Tarian Binih merupakan tarian pergaulan masyarakat Tamiang yang berakar dari budaya Melayu. Oleh sebab itu tarian ini terdapat di masyarakat Melayu yang ada di Sumatera Utara. Selain terdapat di Melayu, Tari binih ini juga memiliki kemiripan dengan tari bines yang ada di masyarakat Gayo. Tari bineh ini sempat menghilang dari masyarakat Tamiang, namun saat ini tari ini mulai sering tari tersebut mulai sering ditampilkan dalam acara-acara resmi. Tari ini khusus ditarikan oleh anak- anak perempuan (Tamiang= anak dare ) yang didampingi oleh seorang "tuhe binih". Tari ini dilaksanakan didalam ruangan rumah yang dilapisi dengan tikar kerawang dan dibawah tikar itu khusus disusunkan papan, agar diwaktu penari menghentakan kakinya terdengar bunyi dasar sebagai pengganti gendang untuk menyamakan gerak langkah dan lenggang.Jumlah penari sekurang kurangnya enam orang dan pola dasar tarian ini adalah gerak maupun berpola angka delapan. Gerak tari terletak pada gerak kaki, tangan, badan yang meliuk dan kerlingan mata. Selama mereka mengadakan gerak tari selalu diiringi dengan nyanyi yang saling bersahutan. Nyanyian binih ini sahut bersahut hingga pagi hari. Apalagi jika binih yang didalam rumah ditandingi dengan pantun atau syair dari anak bujang yang berdendang sayang diluar rumah. Peserta dalam ber binih ini mengunakan baju tumbe. Pada rambut digunakan sanggul suak yang dihiasi oleh tusuk konde gerak gampe. Sedangkan pada bagian bawah, para peserta mengunakan kain sarung betekat benang emas dan berselendang yang diletakan dibahu menyilang dari kin kekanan (sabe selempang).