Tari Cakalele

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000609
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Maluku
Responsive image
Tarian Cakalele adalah salah satu tarian adat yang berasal dari desa-desa yang berada Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah.Hampir di seluruh penjuru Maluku kita dapat menjumpai tarian ini. Tarian Cakalele sendiri merupakan tarian yang melambangkan atau menceritakan peperangan yang dilakukan oleh masyarakat adat di desa tempat tarian ini berada. Begitu juga di desa-desa yang berada di kapulauan Banda yang ketika itu mengalami peperangan dengan musuh dari luar atau penjajah, yang berupaya mengganggu atau merusak tatanan adat dan budaya masyarakat setempat.Tarian Cakalele sendiri merupakan tarian yang sangat sakral, sehingga Tarian ini tidak dapat dipentaskan oleh orang luar, yang bukan bagian dari masyarakat adat di desa-desa kepulauan Banda. Tarian ini hanya boleh dilakukan oleh anak-anak adat desa setempat Tidak semua desa di kepulauan Banda memiliki tarian Cakalele karena tarian Cakalele hanya dimiliki oleh desa-desa adat. Dari 12 desa yang berada di Kepulauan Banda hanya delapan desa yang adalah desa adat. Perbedaan tarian Cakalele di Kepulauan Banda dengan tarian Cakalele di daerah lain di Maluku yaitu tarian Cakalele di banda diekspresikan dalam gerak dan lagu serta kostum yang khas bangsawan Banda. Sedangkan tarian Cakalele di daerah lain menggunakan gerak dan lagu serta kostum perang. Dengan berpakaian warna-warni, bertutup kepala (topi) yang terbuat dari alumunium, bersenjata tombak dan salawaku, penari akan tampil dalam gerak sesuai dengan lagu sebagai suatu perwujudan dari jiwa patriotis dan semangat heroik. Ikat kepala yang digunakan oleh penari Cakalele menggunakan ikat kepala putih yang berbeda dengan daerah lain yang berikat kepala merah. Hal ini merepresentasi budaya dari banda itu sendir yang terbuka dan berbeda dari daerah lainnya. Tarian Cakalele di kepulauan Banda juga memiliki kelebihan yang sangat khas dengan keindahan tersendiri dari seni tari dan artistiknya, maupun dari segi mitos dan mistik dibalik penampilan Cakalele. Tidak heran kalau Cakalelel ini adalah tarian elit dan prestise bagi masyarakat kepulauan Banda sehingga lebih diperuntuhkan untuk menerima tamu-tamu terhormat yang datang ke desa-desa di kepulauan Banda. Tarian Cakalelel tidak selalu dapat dipentaskan dalam setiap momen, dikarenakan disamping biayanya yang cukup tinggi, yang mencapai jutaan rupuah sekali melakukan pementasan, tarian Cakalele juga berhubungan dengan tradisi adat buka kampong dan tutup kampong, yang dalam proses adatnya membutuhkan waktu dan biaya yang sangat panjang dan banyak. Jumlah personil penari Cakalele sangat tergantung pada pengelompokan kampong (desa) secara adat. Kampong yang termasuk dalam kelompok adat Orlima memiliki jumlah penari sebanyak lima orang sedangkan kampong yang termasuk dalam Orsia memiliki jumlah penari berjumlah Sembilan orang. Selain itu terdapat penabuh gendang, pemuluk gong, pemegang Umbul-umbul, serta pemuka adat dalam pasangan suami istri. Secara adat fungsi-fungsi mereka tidak dapat diubah dan diganti oleh personil lain, karena Cakalele adalah sebuah keutuhan adat yang sarat dengan ritual dan mistik. Sebagai master dari Cakalele ini adalah yang bermaksud kapitan. Biasanya kapitan memakai pakaian yang warnanya berbeda dengan personil lainnya, dan master inilah yang sangat mendominasi semua atraksi Cakalele. Cakalele adalah tarian yang secara adat boleh ditampilkan diantara pelaksanaan adat buka kampong dan adat tutup kampong. Lama waktu diantara acara adat tersebut tidak bisa ditentukan, karena disesuaikan dengan kebutuhan untuk apa tarian Cakalele itu dipentaskan. Buka kampong tidak hanya melibatkan para penari dan struktur-struktur lain yang mengitari tarian tersebut, akan tetapi melibatkan seluruh masyarakat kampong dimana acara buka kampong itu dilaksanakan. Seluruh warga merasa terkait dengan kewajiban dan hak-hak mereka terhadap upacara buka kampong, selama menjelang acara sampai dengan acara tutup kampong dilaksanakan. Suasana inilah yang paling berkesan kepada masyarakat Banda dan pelancong di Banda, terutama bagaimana kita berusaha mengenal mitos Cakalele itu sendiri. Hal yang paling berkesan dari acara ini adalah semua warga kampung harus bersih, baik bersih hati maupun lingkungan hidupnya. Selain itu adanya struktul sosial yang berjalan dimana posisi dan kedudukan struktur adat serta budaya didudukan dan dan penghormatan terhadap struktur yang telah diletakan selama ratusan tahun tetap terjaga. Adanya suatu kebersamaan yang dilandasi saling membantu dan menghormati, dimana seluruh di dalam proses upacara, seluruh warga kampong makan bersama-sama di rumah adat, yang biayanya ditanggung oleh seluruh warga secara bersama. Tarian Cakalele yang ditarikan juga sekaligus menjadi bentuk representatif untuk menceritakan sejarah masyarakat banda dalam melawan penjajah. Menggambarkan keberanian dan kegigihan serta semangat patriotik untuk mengusir penjajah dari tanah adat masyarakat Banda. Semangat itu yang kemudian terus dijaga bahkan dipupuk dengan melakukan tarian Cakalele yang adalah karya seni tak terhingga yang menyuguhkan keindahan bahkan daya kreasi tingkat tinggi dari leluhur kita sebagai kekayaan budaya bangsa.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Ramdani Makatit

?

?

?

Arudes Warandi

?

?

?

Subuh Rabiding

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Komunitas adat Andan Orsia Desa Lonthoir/Lonthor

?

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047