Bakakak Hayam

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000061
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Sebagian besar Masyarakat Sunda memelihara ayam kampung sebagai penghasilan tambahan selain dari hasil pertanian. Ayam kampung dijadikan sebagai salah satu bahan makanan pendamping atau pelengkap yang memiliki kandungan gizi yang baik dan mudah diperoleh. Ayam jantan oleh sebagian Masyarakat Sunda dipercaya sebagai salah satu binantang penolak bala agar para arwah leluhur tidak menganggu tetapi justru diharapkan dapat membantu kelancaran berbagai kegiatan pada kehidupan Masyarakat Sunda. Sehingga ayam jantan dijadikan sebagai sesaji utama atau pesyaratan dalam upacara-upacara adat yang diolah dengan cara dibakar/panggang (bakakak). Bakak hayam merupakan makanan pendamping atau lauk pauk untuk kelengkapan makan nasi. Sebagian besar masyarakat sunda khususnya di daerah Pandegelang hayam bekakak digolongkan sebagai makanan untuk kegiatan pesta adat seperti upacara perkawinan, pengantin sunat atau upacara-upacara yang lain. Dalam upacara perkawinan bakak hayam dijadikan sebagai sesaji utama dalam acara uap lingkungung , yaitu makanan yang diperuntukan khusus bagi kedua mempelai bukan untuk tamu undangaan sebagai sayarat yang harus dipenuhi, dengan melalui berbagai proses diantaranya : 1) Hayam bakakak dapat dikonsumsi oleh kedua mempelai setelah acara ijab Kabul selesai dan setelah kedua mempelai duduk di kursi pelaminan. Hayam bekakak disajikan dengan menggunakan piring ceper tanpa nasi kemudian kedua mempelai saling berebut dan tarik-tarikan mengambil ayam dengan tangannya untuk mendapat potongan yang besar. Besarnya potongan melambangkan besarnya rejeki yang kelak akan diperoleh dalam kehidupan rumah tangganya. Contoh, pada saat terjadi tarik-tarikan mempelai laki-laki memperoleh potongan paling besar maka diperlambangkan bahwa kelak dalam kehidupan rumah tangga mempelai laki-laki akan membawakan rejiki paling banyak dibandingkan mempelai perempuan. Begit juga sebaliknya, jika mempelai perempuan yang mendapatkan potongan paling besar maka dapat diperlambangkan bahwa kelak dlam kehidupan rumah tangga mempeleai perempuan akan membawakan rejeki paling banyak dianding mempelai laki-laki. 2) Proses selanjutnya adalah uap lingkung, yaitu sebagai makanan suap-suapan antara pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan sebagai lambang kasih sayang, saling pengertian dan saling melengkapi kekurangan sehinga terbentuk kehidupan rumah tangga yang sakiyah waromah.. Pada upacara pengantin sunat, bakakak hayam disajikan khusus buat pengantin sunat bukan untuk tamu undangan, mempunyai makna atau simbul bahwa anak yang dikhitan akan besar baik tubuh maupun mentalnya. Disajikan setelah anak disunat, diletakan diatas piring ceper bisa dimakan sendiri atau sebagai lauk dengan masi kuning dengan maksud agar anak yang dikhitan merasa bahagia dan sebagai obat agar dapat mempercepat kesembuhan dan merangsang pertumbuhannya. Selain itu, makanan hayam bakakak mempunyai fungsi kekuatan dan tenaga setelah anak dikhitan yaitu mengembalikan tenaga anak yang takut dan lemas akibat disunat atau dikhitan. Bekakak hayam berfungsi sebagai obat, karena dari ramuan bumbu-bumbunya seperti bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Bawang putih yang mengandung minyak astiri, allcin dan alin dapat membantu proses penyembuhan atau mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi. Bawang merah mengandung plavonglikosida bersifat sebagai toksin yang mampu memebunuh bakteri dan anti radang. Ketumbar mempunyai khasiat untuk menghangatkan tubuh, menghindari masuk angin. Sehingga bekakak hayam cocok digunakan obat khususnya bagi pengantin sunat. Dalam perkembangannya bakak hayam dianggap cukup mempunyai nilai ekonomi karena selain dibuat sendiri, sudah mulai banyak dijual direstoran atau dengan cara memesan kepada orang tertentu yang menerima pesanan membuat makanan tersebut. Sebagai piranti upacara adat, bakakak hayam mempunyai nilai budaya, karena orang Sunda makanan tersebut merupakan makanan tradisi yang selalu disajikan pada waktu upacara tertentu, yang merupakan adat budaya suku Sunda. Bakakak hayam memiliki fungsi social karena merupakan makanan yang mencerminkan kebersamaan, terwujud pada saat ada upacara atau kegiatan tertentu. Proses pembuatan Bahan : ayam kampung (jantan), pilahan bumbu, alat memanggang (oven), arang. Bumbu : konet(kunyit), ketumbar, jahe, bawang putih, bawang merah, garam dan penyedap rasa. Cara memasak Ayam disembelih yang sebelumnya didioakan, ayam dibersihkan jerohan (isi perut ayam yang terdiri ampela, hati dan usus diambil dan dipisahkan. Setelah bersih, bagian dada dibelah menjadi dua (ayam dibelah tidak sampai putus, hanya bagian dada saja sementera bagian punggung tetap utuh) hingga bentuknya dibuat lebar. Semua bumbu dihaluskan, kemudian dilumurkan pada ayam secara merata kemudian ayam ditusuk dengan arah tusuk saling silang vertical dan horizontal dan siap dipanggang sambil diolesi bumbu hingga matang (berwarna kecoklatan). Cara penyajian Bakakak hayam disajikan dalam piring ceper dengan bagian pinggir dihias agar lebih menarik dan menimbulkan gairah makan. Bisa dimakan sendirian atau sebagai pendamping nasi kuning/putih. Selain itu dilengkapi makanan camilan berupa jajanan pasar pada upacara khitanan, sedangkan pada pernikahan hanya bekakak hayam saja sebagai sajian utama untuk kedua memepelai.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

?

?

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047