Tari Kecak

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000621
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Bali
Responsive image
Tari kecak berasal dari jenis tari sakral ?Sang Hyang?. Pada tari Sang Hyang seseorang yang kemasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan. Dengan menggunakan si penari sebagai media penghubung para dewa atau leluhur dalam menyampaikan sabdanya. Pada tahun 1930-an mulailah disisipkan cerita epos Ramayana ke dalam tari tersebut. Secara singkat ceritanya adalah sebagai berikut. Karena akal jahat Dewi Kekayi (ibu tiri) Sri Rama, putra mahkota yang syah dari kerajaan Ayodya, diasingkan dari istana ayahandanya Sang Prabu dasarata. Dengan ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang setia Sri Rama pergi ke hutan Dandaka. Pada saat mereka berada di hutan, mereka diketahui oleh Prabu dasamuka (Rahwana) yaitu seorang raja yang lalim, dan Rahwana terpikat oleh kecantikan Dewi Sita. Ia lalu membuat upaya untuk menculik Sita, dan ia dibantu oleh patihnya, Marica. Dengan kesaktiannya raksasa Marica menjelma menjadi seekor kijang emas yang cantik dan lincah. Dengan demikian maka mereka pun berhasil memisahkan Sita dari Rama dan Laksamana. Rahwana lalu menggunakan kesempatan ini untuk menculik Dewi Sita dan membawanya kabur ke Alengka Pura. Mengetahui Sita diculik oleh Rahwana maka Rama dan Laksamana menolong sita dengan bantuan bala tentara kera di bawah Panglima Sugriwa maka mereka berhasil mengalahkan bala raksasa Rahwana yang dipimpin oleh Meganada, putranya sendiri. Akhirnya Rama berhasil merebut kembali Dewi Sita dengan selamat. Tari Cak biasa pula disebut tari Kecak atau tari Kera. Disebut tari Kera karena gerak-gerik dan suaranya banyak menyerupai gerak-gerik dan suara kera. Kecak adalah jenis tari Bali yang paling unik. Kecak tidak diiringi dengan alat musik/gamelan apapun, tetapi ia diiringi dengan paduan suara sekitar 100 orang pria. Tari ini bersifat massal dan mementingkan nyanyian bersama seperti nyanyian koor, dan tidak diiringi tetabuhan atau gamelan.Vokal nyanyian bersama itu berfungsi sebagai gamelannya. Sedangkan mengenai komposisi suaranya dibagi demikian rupa sehingga ada yang menjadi juru Ugal, Kajar, Giying, Cek-Telu, Cek-Lima, Cek-Pitu dan lain-lain. Sambil menyuarakan tugasnya masing-masing yang disertai dengan gerak itulah yang kelihatannya seperti menari. Lagu-lagu Cak ini banyak sekali yang menirukan suara alam, seperti suara angin, suara api, air, katak atau ringgung,suara burung dan lain-lain yang dijalin menjadi suatu lagu yang slaing bersahut-sahutan. Ritme naturnya dengan demikian terdengar sangat indah. Konon tari ini katanya sudah berusia sangat tua karena ia sudah ada sebelum manusia mengenal gamelan. Pakaian tari ini sederhana sekali, sekedar memakai kain yang dinamakan ?mebulet ginting?, berbunga pucuk tanpa memakai baju dan mesaput poleng. Adapun pakaian Shinta kadang-kadang mirip pakaian untuk tari pendet. Tari Cak tidak mempergunakan penerangan lampu listrik, hanya memakai lampu (dian) minyak kelapa yang diletakkan di tengah-tengah pentas.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Dewa Putu Astawa

Jl. Surabi Gg. III Denpasar

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Sahadewa

Jl. SMKI Batubulan-Gianyar

(0361) 298607

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047