Tari Srimpi Gaya Yogyakarta

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000647
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Konon, kemunculan Srimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan. Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Srimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Srimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi srimpi babul layar, srimpi dhempel, srimpi genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi srimpi anglir mendung dan srimpi bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton. Srimpi merupakan salah satu tari istana, sebagai pusaka keraton, dulunya tarian ini dianggap sakral, tidak sembarang waktu dipentaskan. Akan tetapiseiring dengan perjalanan waktu, Tari Srimpi ini dapat dipentaskan kapanpun dan tidak harus di dalam tembok istana Tari Srimpi gaya Yogyakarta, secara mendasar komposisinya disusun dengan tiga unsur pokok. Unsur pertama adalah gerak tari klasik gaya Yogyakarta; unsur kedua tata busana khas srimpi gaya Yogyakarta; dan ketiga, tema cerita yang diambil dari sumber cerita dramatik baik Mahabarata, cerita Menak atau legenda Jawa lainnya. Unsur pertama gerak tari gaya Yogyakarta, didukung oleh iringan tari yang menjiwai garapan tarinya. Pola sajian srimpi terdiri dari tiga bagian, yakni maju gawang yang biasa disebut jugs dengan kapang?kapang menuju tempat pentas. Gerak kapang-kapang biasanya di?lakukan seperti sikap jalan biasa dengan sikap lengan tertentu. Se?lanjutnya lihat uraian notasi tarinya. Dalam melakukan gerak kapang?kapang dalam maju gawang biasanya disertai dengan cars-cars ber?belok ke kanan atau ke kiri, rangkaian gerak ini diakhiri dengan sikap duduk Bagian kedua merupakan tarian pokok. Dalam tarian pokok ini digambarkan isi tema yang ingin disajikan. Jika dalam inti cerita garapan tari berbentuk sajian perang antara dua tokoh, maka tarian pokok akan diakhiri dengan adegan perang. Bagian ketiga dari struk?tur sajian tari srimpi gaya Yogyakarta adalah mundur gawang, yang merupakan kebalikan dari bagian pertama (maju gawang). Sebagai?mana dalam proses gerak maju gawang, mundur gawang biasa di?lakukan dengan gerak bedalan. Yang penting untuk diperhatikan, sesungguhnya struktur sajian yang terdiri dari maju gawang, tarian pokok (dengan/tidak melakukan adegan perang) dan mundur gawang, merupakan simbolisasi dari kehidupan manusia. Pandangan filsafati Jawa menganggap bahwa kehidupan manusia senantiasa akan berhadapan dengan tiga tahapan hidup; yakni lahir-hidup (dengan berbagai perjuangan dan masalahnya), kemudian mati. Dalam pengertian yang demikianlah tari srimpi ini dianggap sebagai sarana yang mampu memberikan tuntunan pandang?an hidup masyarakat bangsawan pada masa itu. Tari srimpi selalu ditarikan oleh empat orang penari wanita dengan ukuran ketinggian sama; bahkan kalau bisa juga yang berwajah agak mirip. Semua istana di Jawa yaitu kasunanan Surakarta, kasultanan Yogyakarta, kadipaten Mangkunegaran, dan kadipaten Paku Alaman memiliki tari ini, karena bila dibandingkan dengan bedhaya, srimpi memiliki kesakralan yang berada di bawahnya. Fungsi pertunjukan tari srimpi selain untuk memeriahkan hari ulang tahun raja, juga sering untuk menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke istana. Bila melihat tema yang dibawakan oleh tari srimpi yang kebanyakan merupakan perang tanding antara dua orang puteri berbagai wiracarita juga perang tanding antara dua orang kesatria, tari ini merupakan tari berpasangan. Akan tetapi perang tanding itu disusun dalam bentuk dua pasang, hingga srimpi secara utuh menjadi sebuah komposisi tari kelompok yang dibawakan oleh empat orang penari. Perang tanding itu misalnya antara Srikandi melawan Larasati, keduanya adalah isteri Arjuna. Perang tanding antara Permadi (nama kecil Arjuna) melawan Suryatmaja (nama kecil Karna) dari wiracarita Mahabharata. Teknik tari pada tari srimpi sama dengan teknik tari bedhaya yaitu teknik tari puteri yang halus dan lembut. Gerak-gerak perangnya juga dilakukan dengan tempo yang agak lambat dan sangat ritmis, hingga tidak terkesan sebagai perang sungguhan. Seperti halnya tari bedhaya yang berciri istana, tari srimpi juga didahului dengan prosesi masuk ke lantai pentas, dan prosesi meninggalkan pentas. Kedua prosesi ini dalam istilah tari Jawa disebut kapang-kapang. Tarian yang diperagakan 4 putri ini masing-masing mendapat sebutan: air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang Pendopo. Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. nama srimpi dikaitkan keakar kata ?impi? atau mimpi. komposisi penari Srimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3) Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Srimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia. Ada banyak jenis tari srimpi, diantaranya : Tari serimpi sangopati Tari Srimpi Anglirmendhung Tari Srimpi Ludira Madu Tari Serimpi Renggawati. Tari Serimpi Cina. Tari Serimpi Pistol. Tari Serimpi Padhelori. Tari Serimpi Merak Kasimpir. Tari Serimpi Pramugrari.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

?

?

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047