Ritual Ngerebeg ini merupakan tradisi yang diwarisi secara turun temurun dan selalu dilaksanakan sehari menjelang puncak karya piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Pakraman Tegalalang yang jatuh enam bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Wraspati Umanis Pahang. Ritual ngerebeg selalu dilaksanakan pada saat rahina Pegat Uakan pada Buda Kliwon Pahang. Ritual diikuti oleh anak-anak dan remaja dimana wajah dihiasi dengan aneka motif menyeramkan tepatnya saat prosesi arak-arakan keliling desa sambil membawa berbagai hiasan dan pelepah busung (janur) dan pelepah daun jaka (aren), juga lelontek, kober (bendera sakral), dan penjor. Prosesi ritual Ngerebeg, yang bermakna membersihkan pikiran dalam bhuwana alit (tubuh manusia) dan bhuwana agung (alam semesta) secara niskala, kemarin diawali dengan menghaturkan sesaji Paica Gede dan Paica Alit di halaman Pura Duur Bingin. Setelah itu, barulah peserta Ngerebeg keliling desa. Pada saat bersamaan, kalangan krama dewasa menghaturkan sesaji di setiap puradan setra (kuburan) yang dilewati dalam prosesi Ngerebeg Ragam hias wajah ini diyakini dapat menghalau kekuatan jahat (bhutakala). Agar bhutakala tidak mengganggu prosesi upacara, maka harus diberi kesempatan untuk melampiaskan. keinginannya melalui ritual Ngerebeg ini. Ritual Ngerebeg jelang puncak karya piodalan di Pura Duur Bingin ini juga dipercaya sebagai upaya untuk menetralkan sifat negatif manusia yang disebut Sad Ripu, yakni enak musuh yang ada di dalam diri manusia yang harus dinetralkan itu terwakili dalam kreasi hiasan wajah menyeramkan para peserta ritual Ngerebeg.