Upacara Adat Larung Tumpeng Sesaji di Telaga Sarangan

Tahun
2016
Nomor. Registrasi
2016006770
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image
Asal mula adanya tradisi Larung Tumpeng Sesaji di Telaga Sarangan ini secara pasti tidak diketahui, masyarakat tahunya bahwa tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan dari nenek moyang dan harus dilestarikan. Menurut legenda yang diyakini oleh masyarakat sekitar Sarangan, bahwa tradisi larung sesaji ini berkaitan dengan mitos asal mula Telaga Sarangan. Diyakini bahwa di situ di pulau yang ada di tengah telaga tinggal penunggu yang meminta tumbal sesaji setiap tahunnya. Apabila tidak diberi sesaji maka penunggu itu akan marah dan membuat bencana. Untuk itulah maka agar penunggu itu tidak marah kemudian setiap tahun dibuatlah sesaji yang kemudian dilarung di Telaga Sarangan dan pada perkembangannya disebut dengan tradisi Larung Tumpeng Sesaji di Telaga Sarangan. Hingga saat ini tradisi ini masih tetap dilaksanakan bahkan sudah menjadi agenda wisata Kabupaten Magetan. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan Telaga Sarangan dengan mitos-mitos yang legendaris serta kebudayaan masyarakat sekitar masih menjadi tradisi yang melekat hingga kini. Tradisi Larung Tumpeng merupakan salah satu tradisi budaya di Indonesia. Tradisi ini dilangsungkan di Telaga Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Upacara adat/tradisi ini dilaksanakan setiap tahun sekali dengan perhitungan kalender Jawa setiap hari Jumat Pon di bulan Ruwah. Tradisi Larung Tumpeng Sesaji di Telaga Sarangan bertujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkahNya selama ini dan memohon pada Tuhan agar Telaga Sarangan tetap lestari dan warganya mendapatkan kemakmuran dan bisa hidup sejahtera. Larung sesaji merupakan puncak upacara bersih desa masyarakat sekitar Telaga Sarangan. Selain itu tradisi ini juga dilakukan warga masyarakat Sarangan agar terhindar dari marabahaya dan bencana. Prosesi larung sesaji diawali dengan kirab tumpeng Gana Bahu yang dibuat dari nasi setinggi 2,5 m, dan biasanya menghabiskan beras 50 kg. Arak-arakan tumpeng dimulai dari Kelurahan Sarangan kurang lebih 500 m menuju panggung di pinggiran Telaga Sarangan. Sesaji tumpeng ini dibawa dengan berjalan kaki dan dipikul oleh 4 orang. Upacara dipusatkan di pundhen desa, tepatnya di sebelah timur telaga. Di tempat ini para pejabat Kabupaten Magetan, para perangkat desa, sesepuh dan tokoh masyarakat serta para warga masyarakat berkumpul untuk mengadakan sesaji. Setelah semua sesaji diterima oleh sesepuh desa, maka sesepuh desa membakar kemenyan serta membaca doa. Setelah pembacaan doa selesai, sesaji dibawa ke tengah telaga untuk dilarung, kecuali sesaji yang berisi nasi tumpeng yang berukuran kecil, panggang ayam, cok bakal, dan bunga telon ditinggal di pundhen desa. Usai pembacaan doa, tumpeng sesaji diarak mengelilingi telaga Sarangan dengan menggunakan kapal motor. Setelah sampai di tengah telaga, tumpeng dilarung atau ditenggelamkan. Selain tumpeng Gana Bahu juga ada tumpeng-tumpeng dengan ukuran besar yang berisi sayuran, buah-buahan dan hasil bumi sekitar Sarangan. Dengan dilarungnya sesaji tersebut maka selesai sudah tradisi larung sesaji tersebut. Warga Sarangan dan warga masyarakat pada umumnya berharap dengan selesainya upacara tersebut dijauhkan dari segala musibah dan mara bahaya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Yustina Hastrini Nurwanti, SS.

Jl. Brigjen Katamso 139, Yogyakarta

(0274) 373241 / (0274) 381555 / 085227120416

yustinahastrini@gmail.com

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047