Tenun Sambas

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000679
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Kalimantan Barat
Responsive image
Masyarakat Melayu Sambas mulai mengenal dan melakukan praktek menenun secara tradisional (baik teknik ikat maupun teknik songket) pada masa pemerintahan Raden Bima (sultan Sambas yang ke-2, memerintah tahun 1668-1708) yang bergelas Sultan Muhammad Tajudin menggantikan ayahandanya Raden Sulaiman bin Raja Tengah. Sejak masa itulah menenun menjadi seni kerajinan dan diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang. . Di masa Hindia Belanda, gairah menenun dan jumlah kain tenun yang dihasilkan cukup menggembirakan dan boleh dikata hampir di setiap kampung ada perajin dan memiliki alat tenun sendiri. Pada saat itu Raja Sambas mendapat hadiah berupa seperangkat alat mesin tenun dari Kesultanan Brunei, sehingga menginginkan masyarakatnya belajar menenun. Sejak saat itulah proses menenun diajarkan kepada masyarakat yang berada di sekitar keratin dan hingga saat ini tenunan Sambas ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar keratin Sambas. Tenun Sambas merupakan salah satu usaha masyarakat di Sambas yang telah berlangsung secara turun temurun. Pembuatan kain tenun ini dilakukan masyarakat secara manual atau tradisional. Proses pengerjaan secara tradisional ini akan membuat hasilnya akan lebih bagus dibandingkan pembuatan dengan mesin. Usaha tenun songket ini banyak dilakukan oleh penduduk yang bermukim di Daerah Keratondon, Dusun Semberang, Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Sampai saat ini kerajinan tenun songket Sambas ini masih banyak sekali digeluti oleh masyarakat di sekitar daerah keratondan di sepanjang aliran sungai. Hingga saat ini, perajin tenun Sambas ini masih banyak yang bermukim di sekitar keratin Sambas dan Kota Sambas pada umumnya. Dalam memproduksi tenun ini sudah banyak sekali masyarakat yang menggeluti usaha tenun ini, sehinga telah terbentuk beberapa Kelompok Usaha Bersama (KUB) antara lain: KUB Mawar yang berada di Desa Jagur, KUB Melati di Desa Tanjung Mekar dan KUB Tabur Bintang di Desa Sumber Harapan. Nama-nama KUB ini diambil dari nama-nama motif yang biasa dipakai dalam pembuatan tenun songket Sambas ini. Bahan dasar dalam usaha menenun ini adalah benang. Benang yang dipergunakan beraneka ragam, seperti benang dengan aneka warna dan benang emas. Pada saat ini tidak dilakukan lagi proses pewarnaan dengan menggunakan pewarna celupan, tetapi sekarang ini telah tersedia benang-benang dengan aneka warna sesuai dengan kebutuhan. Ada berbagai merk benang yang dapat dipergunakan sebagai dasar kain dengan aneka warna seperti benang steple rayon No. 60/2 cap Naga Hati, benang border rayon merk Toyolon. Untuk benang emas biasanya diperoleh dari India dengan cap Candi Mas dan Fazalco, dan dari Jepang dikenal dengan Mamilon. Kedua jenis benang ini digunakan sebagai bahan untuk membuat motif. Namun untuk sekarang ini benang-bnang lusi maupun benang emas sudah dapat dibeli I Kota Sambas, walaupun jenis dn jumlahnya terbatas. Alat tenun yang digunakan untuk menenun adalah alat tenun gedogan. Alat gedogan tersebut umumnya digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pulau Sumatera seperti Riau, Sumatera Barat, Palembang, Lampung hingga Pulau Kalimantan, khususnya di pesisir Kalimantan Barat (Sambas). Secara keseluruhan, peralatan tenun yang dipergunakan oleh penenun di Kabupaten Sambas adalah: tarauan, luwing, pleting, cucuk/karab, garub/suri, pase, berirak, benik, serarak, injakan, pencual, cacak, pencual dan tandaian, kuda-kuda, kedudukan dan turak. Tenun Sambas ini mempunyai berbagai macam motif dan corak. Semakin sulit motifnya,semakin lama waktu yang diperlukan, dan semakin mahal harganya. Jika motifnya relatif sulit, dalam sebulan seorang penenun terkadang hanya mampu menghasilkan selembar kain. Tapi jika motifnya biasa, dapat diselesaikan dalam waktu dua minggu atau lebih cepat. Salah satu ciri khas tenun Sambas adalah motif pucuknya. Motif pucuk rebung berbentuk segi tiga, memanjang, dan lancip. Disebut pucuk rebung karena merupakan stilirisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan pucuk rebung sebagai ciri khas tenun ini bukan sebuah kebetulan, tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam. Sedikitnya ada tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai ciri khas. Pertama, sebagai pengingat agar orang-orang Sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Semangat terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini. Kedua, orang Sambas harus senantiasa berpikiran lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung. Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga,jika mencapai puncak tertinggi,tidak boleh sombong dan arogan,sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggiat. Motif-motif untuk tenun selalu berkembang disesuaikan dengan keadaan sekarang. Pada masa lalu penenun cenderung berkarya tergantung pada motif-motif tertentu saja, tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan banyak pesanan yang disesuaikan dengan jenis produksi tenun yang dihasilkan, misalnya motif masjid untuk sajadah, dan sekarang ini burung enggang yang merupakan mascot Kalimantan Barat pun diangkat untuk menjadi motif kain tenun Sambas. Pada masa lalu motif yang ada pada kain tenun Sambas ini terkesan monoton dalam arti belum terjadi modifikasi motif. Dalam hal tenaga kerja, pengusaha tenun mencari keluarga atau tenaga yang tempat tinggalnya berdekatan dengan mereka. Dasar pemilihan tenaga kerja ini adalah siapa saja yang ingin bekerja sebagai penenun akan direkrut untuk bekerja dengan pengusaha. Adapun sistem kerja mereka dengan upah borongan bukan harian. Hal ini tidak dimungkinkan untuk harian karena waktu kerja mereka yang tidak ditentukan. Untuk memperoleh modal usaha, para perajin selain dengan memanfaatkan modal sendiri, terkadang untuk memenuhi modal produksinya, para pengusaha tersebut dibantu oleh pemerintah daerah setempat dengan memberikan pinjaman modal dengan angsuran yang relatife ringan. Hasil produksinya berupa kain songket Sambas, untuk pakaian pria seperti kain dan sabuk. Sedangkan untuk pakaian wanita dapat berupa kain, selendang, bahan baju kurung, dan sebagai bahan untuk hiasan seperti paa sajadah, sarung bantal kursi, hiasan dinding dan sebagainya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Ibu Sahidah

l. Pendidikan, Dusun Manggis No. 283, Kec. Sambas, Kab. Sambas

0561-391620

?

Ibu Paumiati, S.Pd

Dusun Semberang I, Ds. Sumber Harapan, Kec. Sambas, Kab. Sambas

?

?

Alfian, SE

Jl. Pendidikan, Dusun Manggis, Ke. Sambas, kab. Sambas

?

?

Pelapor Karya Budaya

Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak

Jl. Letjen Sutoyo Pontianak

(0561) 737906/760707

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047