Tayuban

Tahun
2016
Nomor. Registrasi
2016006876
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Istilah Tayub atau tayuban diambil dari beberapa sumber diantaranya adalah : seorang ulama muda dari Cirebon utara menerangkan bahwa tayuban berasal dari kata ?toyib-toyiba? artinya orang yang berbuat baik. Kata ini kemudian berubah ucapannya menjadi ?Tayub/tayuban?. Kemudian dari cerita pewayangan dan majalah budaya seperti penyebar semangat, kawit, dan lain-lain, menyebutkan istilah ?anayuba andrawina? artinya pesta dengan minuman keras. Selain di kota Cirebon kesenian Tayuban, ada juga di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Meskipun namanya sama tetapi terdapat perbedaan, Tayuban Cirebon mempunyai norma dan aturan tersendiri. Tayuban merupakan tarian pergaulan. Pagelaran tari tayub membutuhkan dana yang tidak sedikit, maka hanya orang-orang tertentu saja dengan kemampuan finansial yang cukup, mampu menyelenggarakan pagelaran Tayuban. Dalam acara-acara tertentu, misalnya upacara Nadran, maka Tayuban dengan dana gotong royong. Tarian dalam tayuban tidak terlalu sulit, asal orang tersbut bisa mengerti aturan atau mengerti irama dengan jatuhnya pukulan gong dipastikan orang tersebut bisa menari. Ada beberapa kelengkapan pendukung dalam pagelaran antara lain adalah : 1. Pelaksana yang medapat tanggung jawab dari kanjeng Sultan, mereka adalah pangagung dalem dibawah pimpinan Kajeron yang disebut ?Panitia?. 2. Putri Bedaya yakni remaja putri yang diserahkan orang tuanya untuk mengabdi di keraton. Para putri bedaya ini yang sering dijadikan teman untuk menari bersama tamu agung, dan kemudian di sebuat ?Ronggeng?. 3. Tamu agung yang menemani putri bedaya disebut ?Sema?. 4. Pengawal yang menemani tamu agung disebut ?Maeri? 5. Para pengirim minuman disebut ?Pengirim? Waditra yang mengiringi tari tayub adalah seperangkat gamelan ageng, terbuat dari perunggu, biasanya Laras pelog. Waditra tersebut adalah Genta, klenengan (kalung kerbau terbuat dari perunggu), Gendang, Bedug, Saron, Bonang, Kecrek, Keprak, Suling Bangsing, Kedemung, Kenong, Gambang,Ketuk kemyang dan Gong. Wiyaga Tayuban hampir sama dengan wiyaga wayang kulit. Gamelan dan Wiyaga ini diurus oleh lurah sekar. Berjumlah 15 orang terdiri dari : satu lurah sekar, seorang juru kendang, juru gambang,juru kecrek,juru suling, juru kedemung,juru kenong, juru ketuk, juru gong, juru laden, dan dua orang juru saron, juru bonang. Busana yang dipakai oleh wiyaga adalah: Bendo, kain batik, baju takwa dan celana sontog. Busana yang dipakai ronggeng adalah: Kembanng goyang, sanggung bokor cinatok, sangsangan, suweng emas bermata inten, melati suren, kemben, sampur cinde, nyamping, kemben, dan slepe atau kestagen emas bermata inten. Untuk busana sema disesuaikan dengan pangkat dan jabatannya. Sarana pelengkap lainnya adalah: Cinde sutra berwarna kuning dengan ombyok emas, Amparan cangkir unjukan terbuat dari kayu berukir, cangkir unjukan dengan model endog sepotong terbuat dari poslen dengan ornamen bunga merah dan biru, terdiri dari air mawar atau serbad atau dengan jamu tradisional. Jalanya pertunjukan tari Tayub adalah sebagai berikut : a. Lurah sekar atau penitia menata semua wiyaga dan gamelan. b. Lagu pembukan dengan Gimping walik atau bayeman. c. Setelah para tamu datang, gamelan berganti lagu, mengiringi tari tunggal atau rampak oleh ronggeng. d. Selesai tari pembuka diterukan dengan tari penglabur, yaitu tari yang dilakukan oleh tuan rumah. e. Selesai tari penglapur kepada sema I (penyoder) biasanya diserahkan kepad orang yang datang lebih dahulu atau tamu yang dihotmati. f. Penyoder ini didampingi oleh maeri. Maeri selaku pendamping status sosialnya harus sama dengan penyoder. Pemdamping III (sema III) menyiapkan minuman kehormatan untuk ?ngirim?. Iringan lagu untuk tarian disesuaikan dengan selera penyoder, biasanya lagu-lagu khas Cirebonan. Sema III boleh orang yang rendah status sosialnya dari penyoder dan maeri. g. Setelah minum, penyoder mempersilahkan pengirim untuk menari, lagu sesuai dengan selera penari. h. Setelah pengirim puas menari maka penyoder berkewajiban membayar uang ?Masakan?, arti berkewajiban untuk membayar satu babak pertunjukan. Uang masakan ini nantinya dibagi antara ronggeng dengan wiyaga. Ada lagi yang disebut Kornelan artinya memberikan tip kepada wiyaga dengan membalikan bonang. Kornelan ini sebagai tanda bahwa wijaga tidak mau melanjutkan pertunjukan, jika bonang yang terbalik tidak diberi tip. Pemberian uang masakan berarti pagelaran tayuban satu babak selsei dengan diiringi lagu Oyong-oyong bangkong dan ditandai dengan bunyi genta disambung dengan gamelan Playon. Soder menyerahkan kembali kepada panitia. Babak berikutnya adalah secara bergilir pelaku penyoder menjadi pengirim, pengirim menjadi maeri menjadi penyoder. Apabila perputaran ini telah selesai selesai pula ?babakan Gede? tari tayub. Denikian terus berulang-ulang sampai semua mendapat giliran. Tari tayuban merupakan tari pergaulan, meskipun awalnya hanya berada dilingkungan keraton, tetapi saat ini kesenian tayub sudah memasyarakat.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

Pelaku Pencatatan

?

Keraton Kecerbonan

?

?

Pelapor Karya Budaya

Drs. Hermana

BPSNT Bandung, Jl. Cinambo 136

022-7804249

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047