Engklek

Tahun
2016
Nomor. Registrasi
2016006885
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Engklek merupakan sebuah permainan dengan cara melemparkan trengkal (pecahanan genteng berukuran + 5 x 5 Cm) yang disebut patah.. Permainan ini mengejawantahkan usaha anak untuk membangun ?rumah?-nya. Atau bisa pula bermakna sebagai perjuangan manusia dalam meraih wilayah kekuasaannya. Namun bukan dengan saling sruduk. Ada aturan tertentu yang harus disepakati untuk mendapatkan tempat berpinjak. Engklek dapat dimainkan di lapangan, halaman, jalanan atau bahkan teras rumah, yang penting luas lahan tidak kurang dari 3 x 4 meter. Pada lahan itu kemudian dibuat kotak-kotak dan lingkaran. Masing-masing kotak umumnya berukuran + 30 x 60 Cm, semen-tara panjang jari-jari lingkaran + 1 meter. Kotak dan lingkaran tersebut dibuat dengan guratan kapur, arang atau guratan kayu di atas tanah. Ada tiga pola yang dapat digunakan untuk bermain engklek, sebagai-mana gambar berikut. Engklek biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan berumur 6 ? 12 tahun. Anak remaja jarang terlibat, mungkin karena ?takut? dicemooh ?kekanak-kanakan? oleh teman-temannya, jika kedapatan memainkannya. Begitu pula anak lelaki. Mereka enggan bermain engklek karena ?takut? dicemooh seperti perempuan. Permainan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun beregu. Jika dimainkan secara beregu, satu kelompok maksimal beranggotakan 5 orang. Cara memainkannya tidak terlalu sulit. Ketika akan memulai permainan, terlebih dahulu peserta harus menentukan urutan giliran main dengan cara hompimpah dan suit. Hompimpah akan ditempuh jika peserta lebih dari 3 orang/kelompok. Hompimpah alaihum gambreng, Hompimpah alaihum gambreng, ???????????????.. Jika pada awal hompimpah disepakati, bahwa pemenang adalah telapak tangan terbuka, maka perserta yang telapak tangannya tertutup dinyatakan si kalah. Hompimpah bisa dilakukan berkali-kali sampai tiap peserta mendapatkan urutan giliran bermain. Jika engklek hanya dimainkan oleh dua orang, maka penentuan urutan giliran bermain akan dilakukan dengan sut (suit). Sut adalah ?mengadu? jemari tangan (jempol, telunjuk dan kelingking) dengan ketentuan jempol mengalahkan telunjuk, telunjuk mengalahkan kelingking, dan kelingking mengalahkan jempol. Pemain nomor urut pertama memulai permainan dengan melemparkan patah ke kota 1. Jika lemparannya meleset, maka ia tidak dapat meneruskan permainan, menunggu nomor urut terakhir menyelesaikan permainan. Jika berhasil, maka dia meloncat dengan satu kaki ke kotak 2, kemudian ke kotak 3 Pada kotak yang berpasangan dia boleh menjejakkan kedua kakinya. Dia terus meloncat-loncat dengan satu kaki sampai lingkaran dimana dia boleh menjejakkan kedua kakinya. Dari lingkaran, dia memutar badan, kemudian meloncat-loncat kembali seperti sebelumnya. Pada kota 2 dia memungut patah, loncat ke kotak 1 dan terus keluar. Selanjutnya dia melemparkan patah ke kotak 2, kemudian meloncat-loncat kembali ke kotak-kotak yang kosong (tidak ada patah). Kotak dimana ada patah tidak boleh diinjak. Dengan demikian, bisa terjadi seorang pemain harus melompat dengan melewati dua atau tiga kotak. Ketika melompat, jejakan kaki pun tidak boleh menyentuh garis karena jika melakukannya, maka dia dianggap gugur, dan harus menunggu giliran main. Melempar patah dan melompat dengan satu kaki terus dilakukan hingga lingkaran. Dari sana kemudian berputar, pemain melempar patah ke kotak-kotak yang teratas sampai yang terbawah. Pada kotak yang berpasangan, lemparan harus ditujukan ke kotak sebelah kanan terlebih dahulu. Seseorang dianggap telah menyelesaikan permainan jika dia telah melempar patah ke dalam lingkaran dan bisa meloncati semua kotak sampai ke kotak 1 dengan selamat. Pemain ini kemudian akan melempar patah ke sembarang kotak sambil membelakangi arena permainan untuk menentukan ?rumah?-nya. Di rumah itu dia boleh memberi tanda dengan gambar apa saja, dan rumah itu tidak bisa dikuasai oleh pemain lain, rumah tersebut menjadi wilayah kekuasaan pemain tersebut. Barang siapa yang mempunyai banyak wilayah, maka dialah pemenangnya. Kendati demikian, hanya pemain yang beruntung saja yang dapat menemukan ?rumah?-nya dalam satu kali lemparan. Jika lemparan patah mengenai garis atau ke luar bidang permainan, maka dinyatakan tidak sah. Si pemain harus melempar ulang setelah menunggu giliran pemain berikutnya menyelesaikan permainan.. Permainan engklek biasa berlangsung antara 30 menit sampai 2 jam, bahkan bisa lebih. Namun demikian, kadang terjadi permainan berakhir ketika pemain dipanggil pulang untuk disuruh tidur, mandi, makan atau membantu pekerjaan orang tuanya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Maryono Kurniadi

Jl. Berlian II No.4 Tahap II Permata Harjamukti Kota Cirebon

087829620100 / 089607333959

Maryono_Kurniadi@yahoo.com

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047