Mandau - Kalimantan Tengah

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000932
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Kalimantan Tengah
Responsive image
Mandau dikenal sebagai senjata khas suku Dayak yang hidup di Pulau Kalimantan. Secara khusus, ambang birang bitang pono ayun kajau menjadi sebutan bagi mandau yang dikenal pada masyarakat Dayak di daerah Barito, Kalimantan Timur. Menurut cerita Mandau berasal dari asal kata "MAn-Da-U" , nama seseorang yang datang ke pulau Kalimantan yaitu dari suku kuno china "Namman" atau Barbar Selatan. Mandau adalah nama seseorang yang pertama membuat bentuk senjata pedang yang menyerupai bentuk bilah pedang/parang mandau saat ini. Man Da U datang ke pulau Kalimantan bersama para tawanan perang Bangsa Barbar Selatan, ada laki-laki dan perempuan kemudian mereka dipekerjakan menjadi budak dan mengabdi kepada Man Da U. Man Da U datang ke kalimantan untuk mencari hasil alam, dia berkeliling ke sungai-sungai dan membentuk kelompok-kelompok dari tempat satu dan tempat lainnya. Tubuh-tubuh mereka ditandai dengan ukiran-ukiran tato agar mereka mengenal setiap kelompok klan yang mereka temui. Man Da U terkenal kejam dan ahli dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke pulau kalimantan, Man Da U menjadi terkenal dengan bilah senjatanya yang tajam dan suka memenggal kepala musuh-musuhnya (adat Pengayauan) hingga para bangsa lainnya tidak berani memasuki daerah mereka. Hingga sampai dengan sekarang Mandau menjadi sebutan nama sebuah senjata adat asli Pulau Kalimantan, orang-orang dahulu jika membuat senjata menamakan senjata mereka dengan sebutan senjata Mandau yang sakti seperti leluhur mereka Man Da U yang membawa adat Pengayauan (pemenggalan kepala musuh). Pada dasarnya sebilah mandau terdiri dari 3 bagian, yaitu Hulu/pulang (pegangan), sarung (kumpang) dan Bilah. 1. Bilah Mandau . Bilah mandau terbuat dari lempengan besi mantikei, berbentuk panjang (sekitar 70 cm), berujung lancip, dengan ukuran lebar yang berbeda antara sisi runcing dan pangkalnya. Lempengan besi ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu. Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Dalam kepercayaan masyarakat setempat ambang birang bitang pono ayun kayau harus dirawat dan disimpan dengan baik, karena memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi pemiliknya. 2. Gagang (Hulu Mandau) Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa, kerbau atau kayu pilihan yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia (kayau). . Hiasan rambut pada mandau ini dipercaya akan menyatukan roh orang yang telah terbunuh tetap menyatu dengan mandau tersebut. Hiasan rambut pada Hulu mandau sekaligus menunjukkan berapa banyak orang yang sudah dikayau dengan mandau itu. Semakin banyak yang dikayau maka kesaktian pada mandau juga bertambah. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya. 3. Sarung Mandau. Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan (langgei puai). Fungsi dari langgei puai adalah untuk menghaluskan, membersihkan atau menyerut benda-benda tertentu. Saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Jl. Tambun Bungai, Gg. Batuah N0.45, Palangka Raya Prov. Kalteng

081-349-207-178

?

Talinting Erick Toepak

Jl. Pendeta Seth Adji 8, Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas Prov. Kalimantan Tengah

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak

Jl. Letjen Sutoyo Pontianak

(0561) 737906/760707

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047