PACA GOYA : Secara harfiah, paca diartikan membersihkan sedangkan goya adalah tempat keramat yang berlokasi di tengah hutan pegunungan Kalaodi. Secara konseptual, Paca Goya diartikan sebagai pelaksanaan Ritual Adat di lokasi keramat demi keselamatan seluruh anak cucu marga Kalaodi serta perjalanan ritual (jiarah) ke tempat keramat tersebut dengan tata cara adat (cara yang dipakai sesuai aturan adat) dan selanjutnya pembacaan ritual doa.
Paca Goya secara garis besar meliputi kegiatan : pembersihan lokasi keramat secara bersamaan oleh seluruh anak cucu, penyediaan tempat saji (belahan seruas bambu sebagi pengganti piring), sekaligus menyajikan makanan khas sejumlah anak cucu, dilanjutkan perajalanan suci (ziarah) secara bersamaan oleh seluruh marga Kalaodi. Perjalanan ini dipimpin oleh ketua adat yang dalam bahasa adat disebut SOWOHI. Setibanya rombongan ke tempat keramat, segera akan dilakukan pembacaan doa ritual yang dibawakan langsung oleh SOWOHI Kalaodi dan didampingi oleh para pemuka adat.
Di tempat keramat, ritual yang dilaksanakan disini adalah pembacaan doa secara tradisi oleh Sowohi. Dalam suasana sunyi sepi, doa yang telah tersusun rapih oleh para lelehur pun dipanjatkan kepada sang Khalik.
Paca goya yang dilakukan oleh komunitas masyarakat Kalaodi adalah sebuah prosesi tradisi RITUAL khas masyarakat Kalaodi di bukit pegunungan Tidore yang secara adat dimaksudkan untuk berdamai sekaligus bersahabat dengan alam sekitar. Ini merupakan cara masyarakat adat menyampaikan doa permohonan kepada Sang Khalik secara tradisi dengan harapan agar dikaruniai berupa alam yang subur, alam yang terus setia memberikan dan memenuhi kebutuhan umat. Atas ijin Allah, semoga alam mampu memberi kemudahan hidup bagi mereka, baik panen yang melimpah ruah, air yang cukup untuk mempertahankan dan membangun hidup dan kehidupan di sela terjalnya bukit pegunungan.
TRADISI RITUAL ini adalah warisan yang telah selalu digelar oleh para orang-orang terdahulu semenjak ribuan tahun silam dan dilestarikan hingga sekarang, hanya saja pelaksanaannya tidak bisa terencana ataupun terjadwal jauh sebelumnya. Tradisi ini digelar tergantung pada gerak hati yang terilham kepada Sowohi Gam Kalaodi (kepala adat marga Kalaodi). Pelaksanaannya ritual ini dipimpin langsung oleh Sowohi Gam Kalaodi (ketua adat marga kalaodi) yang didampingi oleh para bobato.
Sebagai warisan masyarakat adat daerah pegunungan dari orang-orang terdahulu kepada generasi baru, maka lantunan BORERO GOSIMO (Pesan Bijak dari leluhur) sebagai bagian dari Ritual Sakral pun diperdengarkan kepada seluruh anak cucu marga Kalaodi yang hadir agar diingat selalu. Dan makanan adat yang disajikan berupa Pali (sejenis ketupat, nasi yang dimasak dalam bungkusan anyaman daun enau muda) berlauk telur (ayam kampung) goreng, disertai kuah berisikan sobekan telur goreng, dan disajikan dalam belahan bambu sebagai piring dan potongan bambu pengganti gelas. Seluruh makanan dan minuman disajikan diatas tanah yang dialasi daun pisang sebagai taplak meja dan dimakan bersama dalam posisi duduk jongkong berhadapan di atas tanah, kemudian dilanjutkan dengan RITUAL SAKRAL lainnya anak cucu soa se Gam KAlaodi dilarang melakukan aktivitas di lahan kebun dan hutan doleh kalanganmuda bias menyebutnya dengan NYEPI KALAODI.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
1581999887-tetap-Paca_Goya.mp4 | 624.76 MB | download |
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya