Kabata merupakan Tradisi lisan yang terlihat hampir menyeruak di berbagai aspek ke hidupan masyarakat Tidore, Kabata memang tidak dapat dimainkan seorang diri. Dalam satu kelompok kabata dibutuhkan 8-10 orang. Biasanya, ketika kabata dipergelarkan, mereka duduk berpasangan sembari berbalas pantun secara selaras sambil memainkan musik dari lesung dan alu. Kabata dimainkan oleh lebih dari satu kelompok. Kelompok pertama akan menyampaikan dua bait pantun yang akan dibalas oleh kelompok yang lain. Kekompakan, kemampuan spontanitas, keindahan bahasa, kemerduan suara, kedalaman dan penghayatan pada syair merupakan seni dalam pertunjukan Kabata.
Keindahan dan kedalaman dari nilai-nilai seni kabata itu juga yang mendorong masyarakat untuk terus melestarikan sastra lisan kabata. Selain itu, ada khasiat kabata bagi keharmonian kehidupan, juga bagi masyarakat dan kehidupan bernegara di Tidore. Selain syair-syair kabata yang dilantunkan untuk penyembuhan, Dalam kehidupan sosial, kabata hadir di setiap musim panen tiba. Dalam pemilihan Sultan Tidore, syair kabata pun turut hadir dalam musyawarah pemilihan. Kabata juga hadir menjadi media kritik kepada pemerintah untuk perbaikan layanan publik atau masalah lain yang sedang dihadapi masyarakat. Gerak politik di Tidore memang tak lepas dari dukungan akar budayanya.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
1581641364-tetap-KABATA_TIDORE.mp4 | 584.86 MB | download |
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya