Sere Api

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101442
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image

       

Istilah Sere Api berasal dari bahasa Bugis yang berarti bergerak/menari dalam kobaran api, pertunjukan sere api bermula dari sebuah nazar masyarakat setempat hingga menjadi kesenian tradisi saat ini. Pertunjukan Sere Api adalah pertunjukan yang menampilkan atraksi kekebalan terhadap Api. Hakekat pertunjukan Sere Api merupakan cerminan masyarakat baik secara individual maupun kelompok. tradisi Sere Api sudah ada sejak 1920 di Desa Gattareng, Kecamatan Pujananting, Kaupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Tidak diketahui pasti siapa pencetusnya karena banyak warga sekitar meyakini tradisi ini lahir dari spontanitas nenek moyang. Sere Api kini telah menjadi ritual tahunan warga Desa.

Dulu pernah kejadian bahwa padi di Desa Gattareng Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Sulawesi Selatan tidak pernah membuahkan hasil, kemudian masyarakat setempat bernazar “Jika nanti padi yang ditanam membuahkan hasil yang melimpah, maka masyarakat akan membunyikan lesung (menumbuk lesung) “ maka kepada pemangku adat masyarakat mewakilkan nazar mereka melalui doa-doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan perintah atau amanah yang diberikan pemangku adat secara turun temurun kepada masyarakat setempat, setiap kali padi sudah mulai menguning maka dibunyikanlah lesung (menumbuk lesung) oleh masyarakat Desa Gattareng hingga musim panen tiba.

Saat musim panen tiba dilaksanakan tradisi Sere Api sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Pelaksanaan tradisi Sere Api merupakan penghujung dari perayaan agraris dalam masyarakat Gattareng dan merupakan perayaan yang paling ditunggu oleh lapisan masyarakat karena dalam perayaan inilah makanan khas panen raya disajikan.

Tahapan-tahapan dalam tradisi Sere Api yang dilaksanakan dirumah pemangku adat serta dihadiri oleh seluruh pemain sere api adalah sebagai berikut :

1.      Tahap Awal

a.      Mappangnguju

Prosesi awal sebelum melakukan pertunjukan. Biasanya mappanguju dilakukan sehari sebelum pertunjukan atau ketika pertunjukan sere api mendekati akan dimulai. Mappanguju (bersiap-siap) ini merupakan rangkaian ritual untuk para pemain sebelum pertunjukan. Sebelum dilakukan ritual beberapa yang harus disiapkan oleh Hadia selaku pangolo yaitu dupa, kapur sirih, dan minyak kelapa, ketiga hal ini



merupakan media dalam memanjatkan doa keselamatan dan menghubungkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mengawali dengan membaca doa dengan dupa di posi bola (pusat rumah) yang diyakini tempat berdoa paling baik atau tempat menghadap tuhan. Kemudian 12 pemain secara bergantian masuk di pusat rumah untuk diberkahi agar terhindar dari bahaya saat pertunjukan dimulai.

Tata cara pelaksanaannya, pangolo membasuh satu persatu pemain dimulai dari meminum air digelas sebanyak tiga kali kemudian pangolo membasuh tangan kiri dan kanan dengan kapur sirih dari telapak kemudian naik kebagian atas tangan lalu dibasuh minyak, begitupun yang dilakukan dengan telapak kaki kiri dan kanan. Hal tersebut dilakukan hingga semua pemain selesai.

Jika pangolo sudah selesai maka ditutup dengan membaca ayat suci alquran. Kemudian pemain siap berangkat untuk melakukan pertunjukan. Ritual tidak hanya sampai disitu saja, ketika semua selesai pemain keluar dihalaman rumah pemangku adat, dan pemain yang lainnya ikut berkumpul, jika semuanya sudah siap maka lesung dibunyikan.

b.      Mabbaca-baca

Berfungsi agar diberikan keselamatan dan kesempurnaan dalam melakukan pertunjukan. Adapun perangkat dan bahan yang digunakan untuk ritual ini yaitu Utti Manurung (pisang kepok), Bitte (hasil panen yang sudah ditumbuk dan dikeringkan dicampur dengan kelapa dan gula merah), kappara’ (talang) dan kemenyan. Kemudian para pemain berkumpul kembali untuk menutup doa bersama yang dipimpin oleh Puang Baco.

 

2.      Tahap Pertunjukan

a.      Mappallua Api

Merupakan proses penyalaan api dengan kayu untuk dibakar, sehingga menghasilkan luapan api yang besar. Hal ini terlihat ketika kegiatan dalam proses pembersihan ari-ari padi pada saat panen tiba. Gambaran proses penyalaan api dilakukan ketika usai mengambil buah padi, dan ari-ari padi dikumpulkan hingga menggumpal tinggi dan siap untuk dibakar. Pada pertunjukan sere api kayu yang disusun membentuk kerucut dibakar, sedangkan ketika proses bercocok tanam ari-ari yang dibakar dan dijadikan pupuk untuk ditanami kembali

b.      Mallata’

Merupakan menumbuk lesung dengan bersamaan atau secara gotong royong berdasarkan lubang dari lesung yang dapat digunakan. Penggambaran mallata dalam pertunjukan sere api merupakan suatu proses penghilangan kulit gabah yang akan menjadi beras sebelum menggunakan pabrik. Pada sere api mallata’ dilakukan oleh perempuan- perempuan baik muda ataupun tua yang memang diharuskan untuk menumbuk lesung dengan isi gabah.

c.       Massesse

Merupakan gerakan yang dilakukan ketika ingin memulai masuk kedalam api. Messesse lebih kepada gerak peralihan ketika ingin memutari api secara bergantian. Beberapa pelaku sering melakukan massesse untuk memberikannya ancang-ancang atau pancingan untuk masuk kedalam. Massesse artinya lebih kepada bentuk pengamanan atau ketertiban pada saat pertunjukan, dengan bentuknya yang mengitari pinggiran arena tempat penonton tidak terlalu mendekat ke api.

d.      Maccuwe

Merupakan mengikuti setiap tindakan yang dilakukan oleh pemimpin dalam pertunjukan sere api. Pemimpin dalam hal ini yaitu salah seorang pemain sere api yaitu Puang Baco. Status Puang Baco sekaligus pemangku adat di Desa Gattareng. Maccuwe lebih kearah sistem kekerabatan yang diaplikasikan oleh orang-orang terdahulunya.

e.       Mamanca

Merupakan gerak penguat ekspresi ketika pertunjukan sere api berlangsung. Mamanca dilakukan oleh para pelaku sere api berdasarkan kemauan pelaku. Gerak yang hadir merupakan kaitan dari kepribadian sikap pelaku secara individu dan kelompok. Mamanca akan dijelaskan secara terperinci pada gerak mamanca yang dilakukan pada setiap pelaku. Mamanca mempunyai empat macam ragam gerak sebagai dasar pa’sere mengeluarkan ekspresinya. Oleh karena itu mamanca adalah penggambaran kebahagiaan masyarakat Desa Gattareng ketika menghasilkan panen yang melimpah.

f.       Malle’ja

Menginjakkan kaki ke bawah dengan harapan apa yang diinjak dapat sesuai dengan harapan. Malle’ja yaitu menginjak api hingga padam. Fokus pelaku yaitu bagaimana dapat mematikan api secara cepat, api ini ditafsirkan sebagai lawan main atau musuh yang diinjak sampai mati, dan ketika mati para pelaku menganggap lawannya (api) kalah.

g.      Mattulili

Merupakan adegan yang dilakukan oleh beberapa pa’sere api ketika penghujung pertunjukan. Mattulili dilakukan lebih kearah proses barazanji (pembacaan doa kesyukuran) yang dilakukan usai pertunjukan sere api berlangsung.

 

Bentuk perlindungan pada tradisi sere api adalah mengupayakan agar tradisi sere api ditetapkan sebagai Waisan Budaya Tak Benda, selain itu upaya perlindungan terhadap tradisi sere api adalah dengan menerbitkan peraturan pemerintah mengenai perlindungan ekspresi budaya sere api.

Sere api dikembangkan dengan mengembangkan nilai tradisi sere api melalui :

1.      Menyebarluaskan informasi mengenai tradisi sere api mengenai melalui media online dan media cetak

2.      Memberi ruang ekspresi terhadap sere api

3.      Mengangkat sere api menjadi pembahasan utama dalam pelaksanaan dialog budaya

 

Pemanfaatan tradisi sere api dilakukan melalui pemberian kesempatan terhadap pelaku untuk dapat tampil pada setiap event budaya baik ditingkat kabupaten maupun provinsi bahkan ditingkat nasional. Selain itu sere api dapat menjadi sumber penghasilan para pelaku selain dari bercocok tanam.

Pembinaan tradisi sere api dilakukan melalui peningkatan peran aktif dan inisiatif masyarakat dan pemerintah terhadap keberlanjutan tradisi sere api seperti;

 

1.      memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk belajar dan mengetahui lebih dalam      tentang tradisi sere api

2.      memberi dukungan (bantuan finansial) kepada para pelaku tradisi sere ap melalui pemerintah   daerah Kabupaten Barru dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Barru


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Komunitas Karya Budaya

SERE API GATTARENG

Desa Gattareng, Kec. Pujananting, Kab. Barru

085342446538

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Maestro Karya Budaya

Sulfiana Mansyur Putri, S.Pd., M.Sn

Dusun Palludda, Desa Pattappa, Kec. Pujananting, Kab. Barru

082193626690

upimansyur15@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047