ANYAMAN TEDUHU

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101436
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image
Menganyam adalah salah satu bentuk tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting menjadi bentuk sarang yang kuat. Seni menganyam merupakan tradisi kriya yang ditemukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Anyaman dipercaya sebagai hasil kerajinan tangan yang tidak mendapat pengaruh dari luar sehingga termasuk ke dalam tradisi asli masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Anyaman sendiri adalah kumpulan serat yang dirangkai hingga membentuk sebuah benda yang kaku. Menganyam adalah proses rangkai-silang bahan-bahan yang biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada umumnya, tanaman paku-pakuan atau biasa disebut dengan pakis hutan merupakan tanaman dengan ciri-ciri memiliki daun, batang, akar sejati. Teduhu merupakan suatu tumbuhan endemik yang berkembang dan tumbuh liar di sekitar pesisir Danau matano. Sejarah kerajinan anyaman di desa Nuha sudah ada sejak puluhan tahun silam dan turun temurun hingga saat ini, sebelum memanfaatkan bahan baku teduhu, masyarakat memanfaatkan serat alam seperti, daun pandan dan puruh, untuk dijadikan tikar, wadah pakaian, wadah makanan dan lain-lain, sesuai kebutuhan, masyarakat mulai memanfaatkan teduhu sebagai salah satu bahan baku, untuk dibuat kerajinan berbagai bentuk, saat ini pengrajin anyaman teduhu di desa nuha terdiri dari usia 17-83 tahun, kerajinan anyaman teduhu merupakan salah satu warisan budaya yang sampai saat ini masih bertahan. Masyarakat di Desa Nuha, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, memiliki tradisi menganyam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Desa Nuha yang berjarak 11 km di utara Sorowako bisa dijangkau dalam 30 menit menggunakan perahu motor melintas Danau Matano. Potensi terbesar di desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah itu adalah sektor pertanian dan perikanan danau. Ciri-ciri Umum Tanaman Pakis hutan adalah : a. Memiliki akar, batang daun sejati. Ini berarti antara akar, batang dan daun sejatisudah dapat dibedakan dengan jelas. b. Akar pada tanaman paku-pakuan atau pakis hutan ini bersifat seperti serabut atau istilahnya rizoid denagn pelindung pada ujungnya yang disebut tudung akar. Alat dan Bahan Pembuatana Anyaman Teduhu : a. Alat untuk membuat Anyaman Teduhu Alat adalah suatu benda khusus yang dapat digunakan dalam melakukan sesuatu diantaranya adalah membuat suatu karya atau kerajinan itu perlu membutuhkan yang namanya alat untuk bias mempermudah suatu tujuan yang diinginkan. Ada beberapa alat yang dapat digunakan, yakni sebagai berikut : pisau, gunting, dan parang, 1. Pisau Pada pembuatan anyaman teduhu ini, yang digunakan adalah pisau untuk meraut rotan dan teduhu dengan tujuan agar lebih halus dan tipis. 2. Parang Parang merupakan benda yang terbuat dari besi dan kayu, yang dominan digunakan oleh para petani dan juga bias digunakan untuk menebang pohon, dalam pembuatan anyaman teduhu ini, parang berperan sebagai alat untuk mengambil atau memotong rotan dan teduhu yang akan diolah. 3. Gunting Gunting adalah salah satu alat yang digunakan untuk membuat anyamna teduhu, gunting biasanya dipakai untuk memotong tali rapiah b. Bahan baku untuk membuat Anyaman Teduhu Secara umum bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk yang dimana bahan tersebut dapat diolah dan digunakan melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud yang lain atau dapat dijadikan sebagai sebuah karya, dalam proses pembuatan anyaman Teduhu ini menggunakan bahan baku yaitu pakis hutan atau biasa disebut (Teduhu) yang dapat dihasilkan untuk dijadikan sebuah karya kerajinan berupa anyaman Teduhu. Bahan baku tersebut diambil disekitaran pesisir danau Matano yang ada di Desa Nuha. Dalam pemilihan bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan anyaman tersebut yaitu bahan baku yang berkualitas atau yang layak digunakan karena dengan bahan baku yang berkualitas akan dapat menghasilkan karya/produksi yang berkualitas pula. c. Bahan Pokok Bahan Pokok dalam pembuatan anyaman teduhu adalah rotan dan pakis hutan (Teduhu) dapat dilihat sebagai berikut : 1. Pakis Hutan (Teduhu) Pakis Hutan (Teduhu) ini tumbuh dan berkembang di sekitaran Danau Matano, Jenis tumbuhan ini seperti tanaman paku, memiliki daun yang kecil, batangnya kecil dan berwarna cokelat tua, panjangnya kurang lebih sekitar 1 meter. 2. Rotan Jenis Rotan ini seperti bamboo hanya saja rotan ini ukuranya kecil dan agak ringan tapi keras dan tidak mudah pecah. Rotan ini tumbuh di hutan yang jaraknya lumayan jauh dari sekitaran danau Matano dan agak sulit untuk dijangkau dengan cepat. Rotan ini berwarna merah kekuning-kuningan jika sudah kering. Daunnya kecil berwarna hijau seperti daun kelapa, pelapahnya berwarna hijau, dan batangnya agak berdiri d. Bahan bantu Bahan bantu dalam pembuatan anyaman Teduhu di Desa Nuha adalah tali rapiah yang berfungsi sebagai tali pengikat. e. Proses pembuatan Anyaman Teduhu Proses pembuatan Anyaman Teduhu dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Mempersiapkan Alat Untuk mempersiapkan alat, tentu yang perlu kita siapkan terlebih dahuku adalah beberapa parang dan pisau, parang dan pisau. Parang tersebut digunakan untuk memotong rotan dan poengambilan pakis hutan (Teduhu), sedangkan pisau digunakan untuk mengikis dan meraut teduhu yang sudah diambil. 2. Pengambilan pakis hutan (teduhu) Proses pengambilan pakis hutan (Teduhu) ini dilakukan dengan cara menggunakan parang dan posisi tangan kanan yang memegang parang atau tangan kiri untuk memegang teduhu yang akan diambil, sebelum pengambilan teduhu tersebut yang akan dilakukan mencari tanaman pakis hutan yang sudah tua dan laya diambil. 3. Pemotongan Pakis Hutan (Teduhu) Setalah pengambilan pakis hutan (Teduhu) dilakukan di sekitaran pesisir danau Matano, memotong dan membuang daunnya kemudian batangnya diambil dan setelah terkumpul banyak, batang teduhu dibawah pulang di rumah untuk dikupas kulitnya. 4. Pengupasan Pakis Hutan (Teduhu) Dalam Pengupasan kulit pakis Hutan, terbagi menjadi tiga kali pengupasan, yaitu pengupasan kulit luar, pengupasan karena tidak layak diambil untuk untuk menganyam, karena berbahan keras dan mudah pecah, dan setelah itu untuk pengupasan kulit tengahnya juga tidak layak untuk diambil sebagai bahan anyaman karena terlalulembut dan mudah tercabit-cabit. Sehingga yang biasa diambuil sebagai bahan anyaman adalah teduhu bagian dalamnya karena isi bagian dalam teduhu kuat, kecil dan lembut sehingga layak digunakan untuk menganyam. 5. Pengikisan dan meraut pakis hutan (Teduhu) Pengikisan dilakukan setelah pengupasan pada kulit-kulit bagian luar. 6. Pengumpulan pakis hutan (Teduhu) Setelah melakukan pengambilan, pemotongan, pengupasan dan pengikisan pakis hutan (Teduhu) bagian luar, tengah dan bagian dalamnya, selanjutnya yang akan dilakukan lagi adalah pengumpulan teduhu yang sudah dikupas kulitnya. Tanaman yang sudah diambil dan belum dikupas, warnanya hitam kecoklatan dan panjangnya sekitar kurang lebih satu meter belum biasa dianyam karena kulit teduhu mudah pecah dan kasar, setelah dikupas bagian kulit luarnya akan terlihat jelas bahwa bahannya sangat mudah tercabik dan rapuh, sehingga tidak bagus diambil untuk di anyam, kemudian yang terakhir teduhu bagian dalam akan terlihat lebih kecil dan lembut. 7. Pengambilan rotan Tahap selanjutnya adalah pengambilan bahna pokok rotan, pengmabilan rotan dilakukan oleh 1 atau 2 orang laki-laki. Rotan adalah salah satu jenis tanaman liar yang tumbuh di hutan dan sering sekali digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan. 8. Pembelahan rotan Setelah rotan sudah kering, selanjutnya akan dilakukan tahap pembelahan pada rotan dimana rotan yang sudah kering dan masih utuh akan dibelah lagi menjadi beberapa bagian dan ukuran sesuai kebutuhan yang akan digunakan. Alat yang digunakan untuk pembelahan rotan adalah parang. 9. Pengikisan rotan Setelah melakukan pembelahan rotan, tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah metaut atau mengikiskan rotan dengan tujuan agar rotan menjadi rapid an sekaligus juga untuk menghaluskan serat yang tidak rapi akibat pembelahan. Meraut dan mengikis rotan dengan menggunakan parang, karena rotan berbahan keras sehingga tidak bias menggunakan pisau untuk merautnya. Untuk proses pengikisan rotan selain jumlah rotan yang sangat terbatas dan pengambilannya juga terbatas, satu batang rotan saja untuk membuat satu bentuk kerajinan, karena untuk membuat kerajinan anyaman teduhu tidak perlu menggunakan banyak rotan. Proses pengikisan rotan harus berhati-hati, tidak usah terburu-buru dikarenakan nanti rotannya tidak bias sesuai dengan besar kecilnya atau biasa rusak, sehingga dapat dilakukan yang namanya pengikisan, agar pada saat mengayam rotannya mudah melenggkung. 10. Proses mengayam Setelah proses yang dilakukan mulai dari mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk mengayam hingga proses atau tahap-tahap untuk persiapan mengayam telah selesai, maka tahap selanjutnya yang akan dimulai yaitu memulai menganyam dengan alat dan bahan yang telah dipersiapkan. Adapun tahap-tahap untuk proses menganyam ini adalah sebagai berikut : a. Pemasangan Rotan Menyiapkan rotan yang sudah dibelah menjadi beberapa bagian, kemudian membuat lingkaran dengan ukuran yang sesuai dengan keinginan atau membuat lingkaran besar dan kecil. b. Pengikatan rotan menggunakan tali rapiah Mengambil tali rapiah lalu mengikat ujung rotan yang salin bertamu (melingkar) agar rotan tidak mudah lepas pada saat dianyam. c. Menganyam Ketika rotan sudah di buat lingkaran kecil dan besar, kedua ujung rotan diikat dengan menggunakan tali rapiah yang akan dilakukan adalah menganyam. Teknik menganyam yang dilakukan dengan teknik anyaman yang ada pada umumnya, menganyam dengan teknik yang tersendiri yaitu teknik mengait dan mengikat. 11. Bentuk Anyaman Teduhu a. Tempat Tissue, terbuat dari tanaman pakis hutan (teduhu), berbentuk persegi panjang, teratur dengan tekstur yang unik dan dengan tekstur yang unik dan memilik warna alami yang dapat memberikan kesan yang tradisional bagi masyarakat Desa Nuha. b. Tempat gelas, terbuat dari tanaman teduhu (Pakis Hutan), berbentuk persegi panjang, terdapat pegangan pada bagian tengahnya terbuat pula dari teduhu, memiliki tekstur warna cokelat tua, serta kombinasi gelap yang alami. Dan berkesan tradisional bagi masyarakat desa Nuha. c. Bossara, terbuat dari tanaman pakis hutan (teduhu), berbentuk lingkaran dan memiliki 2 bagian yaitu memiliki gagang pada bagian atas, memiliki tutup pada bagian atas, memiliki tekstur warna dengan kombinasi gelap yang alami, memiliki fungsi sebagai wadah kue pada acara-acara adat atau acara tertentu, menunjukka kesan yang tradisional dan menjadi salah satu ciri khas Desa Nuha. d. Tempat pensil, terbuat dari tanaman pakis hutan (teduhu), berbentuk selinder dan memiliki ruang, memiliki kombinasi warna yang alami, berfungsi sebagai tempat pensil, menunjukkan kesan yang tradisional dan menjadi salah satu ciri khas Desa Nuha. e. Tas, terbuat dari tanaman pakis hutan (Teduhu) berbentuk lingkaran, memiliki tali selempang dengan panjang sekitar ½ meter yang terbuat dari teduhu, memiliki warna yang alami, dan memiliki kesan yang tradisional. . Menganyam, yang dalam bahasa setempat disebut mo’ena, merupakan cara para perempuan Desa Nuha di masa lampau untuk memenuhi kebutuhan terhadap perangkat rumah tangga. Mereka membuat wadah nasi, tempat menyimpan pakaian, dan tikar dari tanaman perdu yang tumbuh liar di hutan. Seiring waktu, fungsi dan bahan anyaman Nuha mengalami pergeseran. Jika para tetua dua generasi lalu menggunakan tiu (tanaman air) dan tole (semacam daun pandan) sebagai bahan anyaman, kini ibu-ibu Desa Nuha lebih banyak menggunakan teduhu (pakis hutan) yang lebih kuat dan indah. Jika dulu hasil anyaman atau inena difungsikan sebagai wadah pakaian hingga wadah makanan, kini inena menjadi suvenir yang dijajakan kepada pengunjung. Dalam sebentuk tradisi kriya, ada penghargaan terhadap kekayaan alam. Hal itu tampak pada cara masyarakat Desa Nuha memanfaatkan teduhu. Mereka jeli melihat potensi alam yang dimiliki desanya, lantas mengubahnya menjadi bentukan karya yang memikat. Bentuk penghargaan juga tampak pada pemilihan teduhu. Mereka tidak mengambil tanaman muda yang masih bisa tumbuh dan berkembang, melainkan hanya mengambil tanaman yang sudah cukup umur untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku inena. Mereka, para perempuan Desa Nuha, sendirilah yang pergi ke hutan mencari teduhu. Dari bentuk-bentuk anyaman Desa Nuha yang sederhana, ada pelajaran tentang ketekunan dan kesabaran. Untuk membuat wadah kecil berdiameter 12cm, perlu waktu satu pekan, tanpa diselingi kegiatan berkebun atau bertani. Teduhu yang sudah tua dikupas kulitnya, direbus, kemudian dianyam. Tantangan mencari bahan baku hingga masuk ke dalam hutan dan waktu pengerjaan yang tidak singkat membuat pengrajin di Desa Nuha kesulitan beregenerasi. Kini tinggal orang-orang tua yang masih menjalankan tradisi mo’ena( mengayam ).

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Komunitas Karya Budaya

NUHA HANDICRAFT

Jln. Poros, Desa Nuha Kec. Nuha Kab. Luwu Timur

082292684023

yuliantisyamsu1230@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Maestro Karya Budaya

Husni

Desa Nuha Kec. Nuha Kab. Luwu Timur

0

-

Harsini

Desa Nuha Kec. Nuha Kab. Luwu Timur

0

-

Rahia

Desa Nuha Kec. Nuha Kab. Luwu Timur

0

-

Sahilia

Desa Nuha Kec. Nuha Kab. Luwu Timur

0

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047