Upacara Tradisi Babad Dalan

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101284
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

Upacara adat Babad Dalan adalah salah satu upacara adat yang berlangsung turun temurun di Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. Upacara adat ini merupakan perwujudan ungkapan rasa syukur warga masyarakat Desa Sodo kepada Tuhan setelah panen padi, permohonan keselamatan dan kesejahteraan serta dihindarkan dari semua bencana. Secara khusus, upacara adat ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur Ki Ageng Giring yang telah berjasa kepada masyarakat, baik terkait dengan syiar agama Islam maupun di bidang pertanian.

Dikenalnya nama upacara adat Babad Dalan yaitu, “babad” yang berarti upaya membersihkan semak belukar / tanaman perintang, dan “dalan” berarti jalan, tidak terlepas dari keberadaan tokoh sejarah Ki Ageng Giring, salah satu tokoh yang terkait dengan berdirinya dinasti Mataram. Berdasarkan babad tanah Jawi, beliau adalah keturunan Raja Brawijaya IV, yang bersama dengan Ki Ageng pemanahan, keturunan Raja Brawijaya V, menjadi murid Sunan Kalijaga. Meskipun pada akhirnya, keturunan Ki Ageng Pemanahan yang memegang pemerintahan Dinasti Mataram Islam, tokoh Ki Ageng Giring adalah tokoh penting dalam sejarah Mataram Islam.

Keberadaan tokoh Ki Ageng Giring berkaitan erat dengan munculnya upacara adat Babad Dalan di Desa Sodo, yang secara harfiah berarti upaya membersihkan tanaman perintang / semak belukar untuk membuat atau menemukan jalan. Berdasarkan aspek kesejarahan dikenal dalam 2 versi yaitu versi pada masa Ki Ageng Giring masih hidup dan versi ketika beliau sudah meninggal. Versi pada saat beliau masih hidup, ketika memerintahkan untuk pembuatan jalan menuju ke padepokannya sebagai tempat menimba ilmu terkait dengan makna filosofis Babad Dalan yaitu mengartikan Babad Dalan sebagai sanepan (perlambangan). Babad diartikan cerita dan Dalan berarti jalan menuju kebenaran sejati. Babad Dalan dari arti filosofi adalah cerita orang-orang yang akan berguru (mencari ilmu) kebenaran. Orang hidup harus siap ber-Babad Dalan artinya hidup ini penuh rintangan, karena godaan nafsu, maka harus dibabadi (dibersihkan) menuju jalan kebenaran yaitu agama yang lurus. Oleh karena itu Babad Dalan dimaknai membersihkan laku angkara murka dan kembali kejalan ilahi. Sedangkan, versi ketika beliau sudah meninggal, terkait dengan terjadinya peristiwa bencana di Desa Sodo. Upaya tokoh masyarakat untuk mengatasi bencana tersebut, membawa pada usaha untuk menemukan makam Ki Ageng Giring, sebagai upaya spiritual mengatasi bencana. Babad Dalan inilah yang secara harafiah diartikan sebagai upaya membersihkan tanaman perintang / semak belukar untuk membuat atau menemukan jalan, yaitu ketika para sesepuh (tokoh) masyarakat Desa mencari atau menelusuri jalan menuju ke makam leluhur yaitu Ki Ageng Giring. Tempat tersebut selanjutnya diberi nama Desa Sodo berasal dari kata Ngusodo yang berarti mencari obat, karena masyarakat menginginkan desa mereka lepas dari bencana. Pencarian makam keramat diyakini mampu memberi kesembuhan bagi masyarakat dengan cara melakukan pertapaan di tempat tersebut. Maka untuk mengenang peritiwa tersebut setiap tahun setelah panen padi masyarakat desa memperingati Babad Dalan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Rangkaian upacara adat babad Dalan dimulai setelah musim panen padi, yaitu pada hari Kamis wage, dengan puncak acara di hari Jumat kliwon, dan diakhiri pada hari Senin Pon. Pada hari Kamis Wage dilaksanakan malam tirakatan berupa pengajian bersama di masjid dekat makam Ki Ageng Giring atau di balai Desa. Menjelang acara puncak dilaksanakan bersih desa berupa kerja bakti bersama secara gotong royong, termasuk membersihkan makam Ki Ageng Giring untuk pelaksanaan kenduri (kepungan) yang merupakan puncak sakral upacara pada malam jumat kliwon di Makam Ki Ageng Giring. Kenduri tersebut disiapkan bersama di masing-masing pedukuhan berupa tumpeng ingkung dan kelengkapannya. Upacara ini dipimpin oleh seorang kaum, yang dimulai dengan mengikrarkan ujub oleh tetua tokoh masyarakat, selanjutnya diadakan pembacaan doa. Seusai prosesi doa keselamatan, semua makanan dimakan bersama dan dibagi-bagikan kepada masyarakat. Selang tiga hari, sebagai penutup rangkaian upacara, yaitu senin pon dilaksanakan tradisi rasulan, yaitu masyarakat membuat kenduri di balai Dusun masing-masing.

            Perkembangan upacara adat Babad dalan saat ini, merupakan upacara tradisional yang pelaksanaannya telah dikemas sedemikian rupa, yaitu menambahkan acara-acara pendukung seperti acara-acara kesenian, kirab budaya, maupun pasar tiban. Kondisi ini yang menyebabkan upacara adat babad dalan semakin berkembang tanpa menghilangkan acara intinya, karena banyak fungsi yang berperan dalam upacara ini yaitu fungsi keagamaan, sosial, budaya, dan ekonomi. Dalam konteks fungsi sosial, upacara tradisional babad dalan merupakan sarana kesatuan dan memperkuat solidaritas dalam masyarakat. Timbulnya interaksi ketika pelaksanaan upacara mampu mengintegrasikan dan menyatukan masyarakat, sekaligus melepaskan tekanan-tekanan sosial.. Di samping dari masyarakat Sodo dan sekitarnya, upacara ini juga dihadiri oleh pemerintah kecamatan dan kabupaten, perwakilan dari kepolisian, serta wisatawan dari luar daerah Gunungkidul. Para warga Sodo yang merantau pun selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung atau mudik agar dapat mengikuti ritual tahunan yang telah ditradisikan oleh leluhur. Sedangkan dalam konteks fungsi budaya, upacara ini mampu mengangkat atraksi seni budaya yang berkembang di masyarakat, melalui pementasan berbagai seni-tradisi, seperti jathilan, reyog, campursari, dangdut, band, karawitan, dan sholawatan.

            Secara umum, keseluruhan fungsi tersebut memuat nilai keagamaan (religius-spiritual), nilai sosial-kemasyarakatan, dan juga nilai-nilai budaya lokal yang tercermin pada masih kuatnya jiwa kegotong-royongan di kalangan warga masyarakat Desa Sodo khususnya, semangat kekeluargaan, dan tidak memandang keyakinan masing-masing.

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Desa Sodo, Kec. Paliyan, Kab. Gunungkidul

Desa Sodo, Kec. Paliyan, Kab. Gunungkidul

0

-

Masyarakat Desa Giring, Kec. Paliyan, Kab. Gunungkidul

Desa Giring, Kec. Paliyan, Kab. Gunungkidul

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Dadang Nugroho

Desa Giring, Kec. Paliyan, Gunungkidul

081990840655

-

Joko Tirto Wibowo

Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul , DIY

087838545495

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047