Talang Tawing

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101480
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Talang Tawing adalah salah satu aliran air yang ada di Desa Surokontho. Aliran air ini dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah dan keperluan lainnya. Air dari Talang Tawing sangatsubur, bahkan Desa Surokonto merupakan satu-satunya desa di Kadipaten Kendal yang dapat menanam padi selama tiaga kali periode. Selain dimanfaatkan untuk pengairan, Talang Tawing juga dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Pada masa Belanda, dibangun sebuah trowongan air dan bak berukuran 15 x 15 M yang dialirkan ke Desa Surokonto, Sekecer dan Sekranjang. Warga bergotong royong untuk memanfaatkan air Talang Tawing dengan mengalirkan air dengan pipa pipa ke rumah warga untuk keperluan sehari-hari.

Sebagai wujud rasa syukur warga, dituangkan dalam bentuk pelaksanaan nyadran Talang Tawing yang dilaksanakan 3 tahun sekali. Waktunya ditentukan dengan petung setiap Jum’at Kliwon pada bulan Sadran. Apabila dalam satu bulan Sadran tidak ada Jum’at Kliwon, maka dilaksanakan pada Bulan setelah bulan Sadran yang ada Jum’at Kliwon.

Latar belakang sejarah diawali dari kisah seorang senopati dari Kadipaten Surakarta yang bernama Ki Joko Sura, Mbah Kyai Salim, dan Mbah Kyai Dadap. Tiga tokoh tersebut merupakan tonggak awal berdirinya tiga desa tersebut.. Beliau ingin sekali berkelana, hingga akhirnya tiba disuatu tempat. Dan tempat tersebut kemudian diberi nama Surokonto, yang berasal dari kata Suro yang berasal dari tokoh tersebut dan memiliki arti kuat, Konto yang berarti berani. Jadi dulu, tanah di tiga desa ini kering. Memiliki mata air, tapi adanya di Bukit Hutan Tawing. Lalu para pendiri desa ini mengalirkan air tersebut ke bawah sehingga sawah-sawah bisa dialiri air dan dapat ditanami padi

Ki Joko Sura mencoba merealisasikan keinginannya dengan mulai membangun saluran air, dimana saluran tersebut menghubungkan tiga dusun di desa Surokonto yaitu dusun Sekecer, dusun Pengkok, dan juga dusun Sekranjang. Ki Joko Suro mencari bibit padi. Dari kirah mencari bibit padi ini timbul toponim Desa Sekecer saat membawa padi tercecer di Desa tersebut dan Desa Sekranjang saat Ki Joko Suro membuang keranjang tempat padi.

Setelah padi yang ditanam oleh Ki Joko Sura tumbuh subur dan hasil panennya saat itu melimpah, Ki Joko Sura mencoba mencari cara untuk mensyukuri hal tersebut. Hingga akhirnya beliau menemukan cara yaitu dengan mengadakan tradisi upacara semacam sedekah bumi, untuk mensyukuri keberhasilannya dalam membuat saluran air dan bercocok tanam. Tradisi upacara tersebut diberi nama Talang Tawing, mengapa diberi Talang Tawing, karena sebagian prosesinya dilakukan di tempat yang bernama Tawing. Tawing sendiri merupakan bagian dari saluran air yang dibuat oleh Ki Joko Sura.

Hingga sekarang, aliran tersebut masih menjadi penghidupan  warga karena sampai sekarang terus mengaliri  tiga desa tersebut. bahkan tidak hanya sawah, tapi air juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Tradisi talang tawing tersebut digelar melalui doa dan makan bersama, dengan harapan tanah pertanian yang ada di tiga desa tersebut bisa subur dan membawa kemakmuran bagi warganya. Tiga desa yang melaksanan tradisi talang tawing/ sedekah bumi itu yakni, Desa Surokonto Kulon, Suronkonto Wetan, dan Kebon Gembong.

Dalam tahap Persiapan, menyediakan kerbau yang akan disembelih. Selain itu membersihkan tempat penyembelihan. Ketika tradisi akan dilaksanakan, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1.      Acara diawali dengan kegiatan warga membuat iring-iringan membawa nasi tumpeng setinggi satu meter dari masing-masing desa, yang kemudian diarak menuju Bukit Hutan Tawing. Arak-arakan juga disertai dengan hiburan melalui kesenian tradisional seperti pementasan Barongan dan Tari Jaran Kepang.

2.      Menyembelih kerbau di tempat yang telah ditentukan yaitu di Talang Tawing.

3.      Kerbau yang sudah disembelih tadi, sebagian dimasak di tempat dan sebagian lagi dibagikan kepada masyarakat. Dan tidak lupa ¼ bagian untuk konsumsi para pemain wayang.

4.      Sebelum pementasan wayang, wayang-wayang tersebut dicuci di sumber saluran air oleh dalang atau bisa diwakilkan oleh asistennya.

5.      Siang harinya dilaksanakan pementasan wayang. Untuk lakonnya sudah ditentukan atau sudah “pakem”.

6.      Kemudian malam harinya juga dilaksanakan pementasan wayang. Untuk lakonnya bebas sesuai dengan kehendak dalang. Karena hanya sebagai hiburan saja.

 

Makna simbolis Tradisi Talang Tawing merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Sorokonto yangsebagian besar bermata pencaharian sebagai petani terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hasil panen. Hasil panen tersebut sebagian kecil diwujudkan dalam nasi tumpeng atau gunungan setinggi 1 meter dari masing-masing desa. Hasil bumi disusun menyerupai Gunung dengan maksud agar dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akhrerat.

Kegiatan tradisi Talang Tawing sekaligus sebagai ungkapan rasa hormat terhadap leluhur yang telah berjasa memberikan kesuburan terhadap wilayahnya berkat saluran air Talang Tawing.

Fungsi sosial sangat tampak dalam kegiatan ini dengan adanya kerukunan warga dan sikap gotong royong. Dengan Kegiatan Tradisi Talang Tawing, beberapa desa akan berkumpul menjadi satudengan hadirnya perangkat desa sehingga terjalin silaturahmi dan kerukunan antar warga dan unsure pemerintah.

Fungsi pariwisata juga dikembangkan dalam kegiatan ini, terutama wisata religi mengingat lokasi tradisi Talang Tawing beda di bukit dengan pemandangan yang indah.

 


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Warga masyarakat beserta sesepuh pinisepuh, serta elemen pemerintahan desa Surokonto

DESA SUROKONTO WETAN

083108128997

-

SUDARI

DESA SUROKONTO WETAN

083108128997

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

Maestro Karya Budaya

SUDARI

DESA SUROKONTO WETAN

083108128997

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047