Silat atau Maen pukulan Beksi mulai muncul dalam kancah dunia persilatan Betawi pada masa kurun waktu pertengahan abad 19 atau pada kisaran tahun 1850 – 1860-an. Pada masa itu daerah Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok) berada dalam pengaruh kekuasaan para tuan-tuan tanah. Tuan-tuan tanah ini diberi kepercayaan oleh pemerintah kolonial Belanda di Batavia untuk memungut pajak dari rakyat. Silat kemudian dijadikan salah satu alat untuk melawan dan bertahan dari kesewang-wenangan centeng yang dipelihara oleh tuan tanah. Lahirnya silat atau maen pukulan Beksi mirip dongeng. Sebab jurus-jurus silat ini konon diajarkan oleh siluman macan putih.
Sejak kemunculannya pada pertengahan abad 19 itu, secara perlahan maen pukulan Beksi menyebar keseluruh wilayah Batavia dan daerah sekitarnya serta mengalami perkembangan jurus dan variasi gerakan. Perkembangan dan penyebaran silat Beksi tak lepas dari peran dan jasa empat murid utama Ki Iban (Ki Jdan) yakni, Ki Ceng Ok (seorang peranakan Cina) dari kampung Dadap, Ki Tempang dan Ki Muna dari Kampung Rawa Lumpang, dan Ki Dalang Ji’ah dari Teluk Naga.
Dari sekian murid utamanya ini, yang paling terkemuka adalah Ki Ceng Ok yang memiliki paling banyak murid. Banyak pemuda Betawi dari berbagai daerah yang berguru kepadanya, seperti dari Kebayoran, Pasar Minggu, Parung, Kranggan, Cibarusah, Muaragembong, Pondok Benda, Cabang Bungin dan lain-lain. Dari Ki Ceng Oklah silat Beksi menyebar ke Jakarta. Dengan tangan dingin para murid Ki Ceng Ok, seperti Ki Marhali, Ki Buang, Ki Haji Gojali dan lainnya, tradisi silat Beksi dapat kita temui saat ini.
Untuk generasi sekarang, merupakan generasi kedelapan mengenal empat tokoh guru besar murid-murid Ki Marhali. Keempatnya adalah Kong Hasbullah, Kong Noer, Kong Gozali, dan Kong Simin, berasal dari kampung Petukangan, Pesanggerahan – Cipulir, Kebayoran Lama. Dikenal dengan sebutan tokoh Beksi Empat Serangkai.
Sampai tahun 2015 ini maen pukulan Beksi sudah sampai pada generasi ke-VIII. Jika diurutkan mulai generasi pertama sampai generasi terakhir sebagai berikut :
Generasi I : Raja Bulu
Generasi II : Ki Jidan (Ki Iban)
Generasi III : Ki Lie Ceng Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji’ah
Generasi IV : Kong Marhali, Nyi Mas Melati
Generasi V : Kong H. Gozali, Kong H. M. Nur, Kong H. Hasbullah, Kong Simin
Generasi VI : Dimroh, H. M. Nuh
Generasi VII : H. Machtum, Tong Tirih, Sabenuh, dan lain-lain
Generasi VIII : Basir, Abdul Azis, Abdul Malik, H. A. Yani, Muhali Yahya, dan lain-lain.
Maen pukulan Beksi memang khas Betawi. Hal ini sangat jelas sekali dari istilah atau nama-nama jurus yang jika dibandingkan dengan nama-nama dari aliran silat dari daerah lain akan jelas sekali kekhasannya. Jurus-jurus dasar Beksi ada 12. Nama-namanya antara lain :
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang-Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir/tunjang
Sebelum memulai latihan, peserta yang baru diterima menjadi murid perguruan Beksi, diharuskan mengikuti upacar Ngerosul atau Rosulan. Upacara ini merupakan tawasul kepada para wali dan para guru besar yang telah melahirkan ilmu silat Bekasi.
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2015
Gd. Nyi Ageng Serang Lt. 6, Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22 Kuningan, Jakarta Selatan.
5263234
megaf87@yahoo.com
Gd. Nyi Ageng Serang Lt. 6, Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22 Kuningan, Jakarta Selatan.
5263234
megaf87@yahoo.com
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya