Toleat

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101250
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

Toleat adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Subang terbuat dari bambu menyerupai alat musik seruling. Berdasarkan sejarahnya, alat musik ini diciptakan oleh Mang Parman yang terilhami dari alat tiup permainan anakanak gembala yaitu Empet - empetan atau Ole - olean di pesawahan Pantura Kabupaten Subang.

Terdapat beberapa bahan yang dapat digunakan untuk Empet-empetan, yaitu dari pelepah daun pepaya, daun kelapa, atau jerami. Bahan-bahan yang dipakai tidak permanen, karena mudah rusak atau busuk. Mainan atau alat musik sederhana ini hanya menghasilkan suara “peet” atau “pet-pet”. Hal ini dikarenakan alat musik tersebut tidak - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara mempunyai lubang yang tidak banyak menghasilkan nada. Empet-empetan ini menginspirasi Mang Parman untuk membuat alat musik yang lebih permanen dan bernada, tebuat dari bambu, yang disebut Toleat. (Juwita Sari, 2016; Tiara Tri Aprilia, 2017; Yayat Supriatna, 2013). 

Pada tahun 1980-an, Mang Parman memainkan alat musik Toleat yang menyerupai suling dan bernada seperti terompet pada pertunjukan Sisingaan di Tegalurung, Kabupaten Subang yang disaksikan oleh penilik kebudayaan setempat bernama Odo Wikanda. Sejak saat itu alat musik Toleat menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Subang dan mulai menyebar dan dikenal lebih luas (wawancara dengan Asep Nurbudi, 2019).

Dalam aspek organologis Toleat terdiri atas kepala Toleat, simpay (tali untuk mengikat sumber bunyi), lubang nada, badan Toleat dan lidah Toleat (sumber bunyi). Adapun jenis bahan pembuatan kerajinan tradisional alat musik Toleat ialah bamboo tamiang dan bambu haur. Pembuatan kerajinan tradisional alat musik Toleat diperlukan bahan bambu seruling yang panjangnya tergantung pada ukuran nada dasar yang dibutuhkan yang berfungsi sebagai resonator (awak Toleat; Sunda); kayu maja (kayu bernuk; Sunda) dibentuk lonjong tipis sebagai sumber bunyi (letah Toleat; Sunda); tali dari bahan rotan (tali hoe; Sunda) untuk mengikat kayu maja yang telah dibentuk, berfungsi sebagai sumber getar untuk menghasilkan bunyi dengan cara ditiup. (Yayat Supriatna, 2013).

Adapun tata cara pembuatan Toleat sebagai berikut:

(1) Membuat lubang suara dalam bagian bambu, dalam pembuatan tahap pertama ini butuh ketelitian tinggi agar lubang yang dibuat tidak menembus bagian belakang, serta lubang yang dibuat makin mengecil bagian diameternya;

(2) Langkah selanjutnya ialah membuat beberapa lubang di sisi berlawanan yang berfungsi untuk memberikan nada pada alat musik yang akan dimainkan. Tidak semua bambu dapat digunakan untuk membuat alat musik Toleat, menurut ahlinya Pak Amar, bahwa yang bisa digunakan ialah hanya bambu dari jenis tamiang (dalam bahasa latinnya schizostacgyum blumei). Jenis bambu tersebut bisa ditemukan hampir di seluruh Indonesia;

(3) Tahap terakhir, bagian ujung bambu atau untuk peniupnya dilapisi kulit kayu berenuk yang diikat dengan rotan. (Juwita Sari, 2016). 

Cara atau teknik memainkan Toleat tidak jauh berbeda dengan alat tiup lain seperti halnya suling dan terompet. Teknik memegang Toleat sebagai berikut:

Pertama, Toleat dipegang dengan kedua tangan, posisi Toleat menghadap lurus ke depan sejajar dengan mulut. Kedua, siku pada tangan membentuk 60 derajat dan jari-jari tangan membentuk sudut sekitar 30 derajat. Kemudian, Toleat dipegang dengan sepuluh jari tangan berada di bawah /di bagian belakang Toleat. Ketika sedang dimainkan, Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara ibu jari tangan kanan menutup satu lubang nada bagian belakang Toleat dan ibu jari tangan kiri sebagai penahan Toleat. Serta, perlu diperhatikan posisi tangan ketika memegang harus benar, jari tangan kiri memegang atau berada di bagian tiga lubang atas yang menjadi sumber nada dan empat jari tangan memainkan empat lubang bagian bawah. Sedangkan, untuk cara meniupnya (berdasarkan hasil wawancara dengan seorang seniman Toleat, Asep Nurbudi, 28 Oktober 2012, dalam Yayat Supriatna, 2013: 12) ialah dengan menghembuskan atau meniupkan udara dari mulut ke arah lidah sumber bunyi (letah Toleat) dengan menekan bibir sebelah bawah. Apabila dilakukan teknik tiupan yang benar, lidah Toleat tersebut akan bergetar dan menghasilkan bunyi.

Bunyi yang dihasilkan Toleat mirip dengan suara saxophone. Hal serupa terlihat dari hasil suara yang dikeluarkan memiliki nada dasar salendro dan mempunyai delapan lubang nada. Cara menghasilkan nada tinggi pada Toleat, dapat dilakukan dengan meniupkan udara yang cukup besar ke arah lubang Toleat, sedangkan untuk menghasilkan nada rendah hanya diperlukan nada biasa saja, tidak perlu meniupkan udara yang cukup besar. (Asep Nurbudi, 28 Oktober 2012, dalam Yayat Supriatna, 2013: 12).

Toleat biasanya digunakan dalam rangka perayaan serta ritual adat di wilayah Jawa Barat, bahkan Toleat biasa dilantunkan pada saat panen padi hingga pesta selamatan pernikahan dan khitanan yang diadakan baik di waktu siang maupun malam hari. Pada perkembangannya, Toleat dapat dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lain seperti celempung, karinding, hingga gamelan. Nada yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut begitu harmonis sehingga menimbulkan ketenangan bagi siapapun pendengarnya.

Toleat dalam kegiatan panen raya menguatkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam alat musik ini. Selain karena asal muasalnya yang berawal dari alat musik empet-empetan yang lekat dengan kehidupan persawahan, alat musik ini juga memperlihatkan keriangan atas ketekunan dalam pemeliharaan lahan pertanian yang diharapkan dapat membuahkan hasil yang memuaskan. Masyarakat Kabupaten Subang sebagian besar berprofesi sebagai petani serta hidup di daerah persawahan dan perkebunan, baik lahan garapan sendiri maupun lahan garapan orang lain, dengan kegiatan sampingannya yaitu mengembala. Ketika musim panen tiba, masyarakat yang dalam keaktifan kesehariannya bekerja di ladang dan sawah, memainkan alat musik yang berasal dari alam.

Alat musik Toleat yang merupakan alat musik tradisional buatan khas Subang, saat ini tidak hanya berkembang di daerah Jawa Barat saja, melainkan pengetahuan dan pelestariannya telah menyebar ke berbagai daerah seperti Yogyakarta. Hal ini tercermin dalam artikel Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Subang yang ada di Yogyakarta, menjelaskan mengenai alat seni musik tradisional Toleat, bahkan mereka menyuarakan kecintaannya terhadap alat musik tersebut. (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Subang-DIY, 2019). Secara sosial Toleat dianggap sebagai alat musik tradisional yang memiliki fungsi perekat sosial individu-individu, khususnya yang memiliki keterikatan dengan daerah Subang, sehingga dimanapun mereka berada, telah menjadi kebanggaan untuk melestarikan Toleat.

 

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Sanggar Seni Emper Pare Toleatter

Komp. RSS Sidodadi, Blok A, No. 76, Rt 49, Rw 15, Kel. Pasirkareumbi, Kec/ Kab. Subang.

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Maestro Karya Budaya

Maman Suparman (alm)

Kamp. Lio, Ds. Cimahi, Kec. Klari, Kab. Karawang

0

Asep Nurbudi, S.Sn

Komp. RSS Sidodadi, Blok A, No. 76, Rt 49, Rw 15, Kel. Pasirkareumbi, Kec/ Kab. Subang.

085289979548

Asepnurbudi@gmail.com

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047