MUSIK BAMBU TADA

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101417
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Maluku Utara
Responsive image

MUSIK BAMBU TADA

Perkembangan musik ini dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Eropa, yakni Portugis, Spanyol, dan Belanda, tetapi lebih didominasi oleh bangsa Belanda melalui sekolah-sekolah zendingnya di tanah Halmahera. Ketika itu, dalam sekolah-sekolah zending tersebut diberikan mata pelajaran seni suara yakni menyanyi yang kemudian berkembang dengan menggunakan iringan musik yakni musik bambu Tada.

Awalnya fungsi musik Bambu Tada ini sebagai alat hiburan pelepas dahaga bagi petani Weda yang sedang menjaga kebun atau sedang berada di rumah bersama keluarga. Dalam perkembangannya dipakai dalam acara-acara khusus mengiringi nyanyian dan tarian. Kemudian berkembang menjadi beragam-ragam instrumen dalam berbagai bentuk dan bunyi yang disebut musik bambu melulu. Cara mainnya dengan diketuk-ketukan ke tanah. Bambu Tada berfungsi sebagai musik pengiring dan dimainkan bersama alat musik lain. Harmoninya pun semakin terasa saat instrumen lain, seperti gitar, rabana dan kaste alat musik tradisional khas Weda  ikut mengiringi atraksi tersebut. Dengan alat-alat musik pendukung yang makin lengkap itulah, akhirnya Musik Bambu berkembang menjadi salah satu alat musik  tradisional bergengsi.  Alat musik ini bahkan menjadi pengiring lagu untuk menghormati tamu agung, pesta perkawinan, upacara adat dan upacara lainnya. Tidak mengherankan jika musik bambu juga hadir dalam perhelatan-perhelatan resmi pemerintah, baik di daerah maupun di pusat.

Pertunjukan musik ini dilakukan setelah panan raya hasil pertanian. Pada awal abad ke-19, musik Bambu Tada mulai di ajarkan dan dimainkan di gereja oleh orang-orang Kristen protestan waktu itu. Sejak saat itu musik Bambu Tada tidak hanya terdapat di Weda, melaingkan tersebar dibeberapa suku di Halmahera seperti; Suku Tobelo, Suku Galela, Suku Sanger,dan Suku Morotai.  Masyarakat keturunan Sawai memang bermukim di beberapa wilayah di Halmahera Tengah.  Bagi masyarakat Weda Bambu Tada  adalah warisan dari leluhur mereka yang pelaksanaannya biasanya diawali dengan membaca do'a memohon keselamatan, kemudian membaca mantra dalam bahasa tradisional bahasa lokal.

Dalam perkembangannya musik Bambu Tada ini hanya merupakan sekadar hiburan di saat masyarakat mengadakan pesta. Tidak diperlukan berbagai pernak-pernik dan aksesoris, permainan Bambu Tada hanya memerlukan sebatang bambu sepanjang  1 meter hingga 1,5 meter, diameter 8 cm, dengan dengan jumlah ruas yang ganjil, ketika sudah menemukan bambu yang ditargetkan atau sesuai dengan persyaratan maka bambu tersebut siap dipentaskan.

  

Makna Filosofis  Musik Bambu Tada

Musik Bambu Tada erat kaitannya dengan unsur-unsur adat dan sosial sehingga dalam membicarakannya sering tidak dapat dipisahkan antara dua unsur tersebut. Bambu Tadi ini mengangkat upacara hasil panen pertanian  ke dalam bentuk pertunjukan. Upacara itu dilanjutkan syukuran dan doa kepada Yang Maha Kuasa demi keberhasilan panen yang akan dilaksanakan. Menjelang terbitnya matahari, panen dilakukan secara gotong royong oleh kaum pria dan wanita. Proses panen lola itulah yang kemudian diabadikan dalam tari musik Bambu Tada.

Musik bambu Tada sifatnya universal. Artinya substansi musik dapat diterima oleh masyarakat secara umum tanpa strata di Kabupaten Halmahera Tengah. Musik adalah soal menikmati, dan dalam menikmatinya setiap manusia memiliki tingkat yang tidak sama.  Bunyi dalam kultur masyarakat Weda bukanlah bunyi sembarang bunyi.  Bunyi atau suara yang memiliki muatan religius, tidak mudah dipahami tetapi dapat dirasakan. Unsur nada dalam bambu Tada  hanya bisa dipahami, apabila memiliki roh, spirit keindahaan itu. Oleh karena itu makna filosofis dalam musik Bambu Tada adalah mengasah kerja sama dan kekompakan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan. Musik, bisa memotivasi  mereka untuk berkumpul. Berkumpul untuk bicarakan berbagai hal. Berdiskusi mengenai pembangunan desa, syukuran panen, festival, dan lain-lain. Dengan musik mereka bisa menghibur diri dan orang lain. Ini yang terpenting. Bersuka cita. Lagu bersyair  yang dinyanyikanpun berfariasi ada yang bersisi tentang pembangunan, keluarga berencana, rohani, cinta, musim panen, musim syukuran panen–tahun baru adat (Suku Sawai).  Juga, lirik yang mengajak orang untuk mengajak orang bekerja dan semangat menjalankan organisasi.

 

Nilai Musik Bambu Tada

Bunyi musik bambu Tada memeliki nilai soial dan adat, sehingga suatu bunyi tidak akan bermakna dalam apabila unsur-unsur bunyi dalam musik tersebut tidak dipenuhinya. Bunyi musik dalam kepercayaan masyarakat Weda adalah bunyi yang memiliki ide, maksud dan tujuan, dan bukan sekedar bunyi. Bunyi-bunyi ini dapat dirasakan dari bunyi yang diekspresikan, intensitasnya, syair yang diucapkannya, serta cara membawakannya. Setiap bunyi yang disuarakan dalam kepercayaan masyarakat memiliki efek atau reaksi baik dalam tatanan alam dan isinya maupun manusianya. Sebagai contoh dalam nyanyian yang mengiringi musik bambu Tada terutama dalam kegiatan (tradisi berkebun) memiliki makna menyuburkan tanaman dan atau merangsang pohon nira utk semakin banyak memproduksi air nira (saguwer). Selanjutnya dalam tradisi berburu masyarakat Weda juga memiliki bunyi-bunyi dan nyanyian yang dapat memberikan hasil buruan yang banyak, demikian sebaliknya, apabila bunyi-bunyian tersebut salah dibunyikan maka akan mendatangkan malapetaka, atau hasil buruan sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Musik Bambu Tada tidak bisa dimainkan sendiri, namun melibatkan banyak orang sehingga  memiliki keindahan nilai estetika nada yang indah.  Jika dimainkan secara kompak dengan walaupun dengan keberagaman nada yang berbeda, dan mengikuti not, akan menghasilkan suara yang indah untuk didengarkan. Maknanya bahwa  dalam kehidupan, kalau melakukan sesuatu dengan kompak, mengikuti aturan, akan berjalan dengan baik, dan mendapatkan hasil yang baik pula. Gerak itu menandakan kesatuan dan persatuan dalam masyarakat. Gerakan yang kompak dan seirama ini sebenarnya merupakan lambang dari semangat gotong royong, yaitu membangkitkan jiwa persatuan dan kesatuan dalam melaksanakan berbagai segi hidup, yang adalah gambarang dari jiwa kegotong-royongan masyarakat Gamrange (tiga negeri bersaudara) yaitu; Weda, Patani dan Maba sejak dulu kala. Jadi semua harus kerjasama, tidak ada yang iri, yang kebagian goyang bambu Tada sedikit, harus tetap ikhlas, yang kebagian banyak juga harus ikhlas, maka hasilnya juga akan indah untuk didengarkan. Dari situlah,  pentingnya sebuah pemimpin, yang dalam hal ini sebagai pemandu yang memberi aba-aba akan menentukan arah terhadap jelek atau indahnya permainan musik Bambu Tada. Oleh karena itu konduktor (pemimpin), juga penting dalam menentukan indah atau jeleknya rangkaian nada. Begitu juga dengan pemimpin, harus ada aturan-aturan yang harus diikuti dan tidak menyimpang dari aturan tersebut.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 28-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Husen Ali SE

Desa Wedana. Kecamatan Weda. Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara

082290808980

isnain77@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 28-01-2022

Maestro Karya Budaya

Husen Ali SE

Desa Wedana. Kecamatan Weda. Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara

082290808980

isnain77@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 28-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 28-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047