Carita Pantun Nyi Sumur Bandung

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101266
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

    Cerita Pantun Nyi Sumur Bandung berkisah tentang perjuangan Nyai Sumur Bandung untuk meningkatkan harkat dan martabat seorang perempuan. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa Nyai Sumur Bandung adalah raja dari Negara Bitung Wulung, merupakan kerajaan kecil yang ada di Tatar Sunda. Nyai Sumur Bandung memiliki keinginan untuk dinikahi Raja Kuta Waringin yang bernama Munding Keling, keturunan dari Kerajaan Pajajaran. Di samping itu, perjuangan Nyai Sumur Bandung pun sangat berat karena harus berusaha mempertahankan azimat peninggalan ayahnya, Prabu Kidang Pananjung, dari kemarahan kedua kakaknya Rangga Wayang dan Langen Sari yang ingin merebut azimat tersebut. Tindakan Nyai Sumur Bandung yang gigih mempertahankan pesan orang tuanya adalah sebagai upaya agar kakak-kakaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
    Selanjutnya,Nyai Sumur Bandung menghadapi ujian yang cukup berat ketika harus mencari kebenaran untuk membuktikan orang yang mengaku sebagai kakaknya, yaitu Langen Sari yang tiba-tiba datang menemuinya. Ujian berat lainnya yang harus dihadapi Nyai Sumur Bandung adalah harus menanggung akibat karena ulah Nimbang Waringin yang menukar bayi Nyai Sumur Bandung yang baru lahir dengan seekor kucing. Munding Keling merasa malu mempunyai anak seekor kucing, maka dibuanglah Nyai Sumur Bandung ke dalam hutan, sementara anaknya dibuang ke sungai oleh permaisuri Nimbang Waringin.
    Mengetahui penderitaan Nyai Sumur Bandung, kedua kakaknya, yaitu Patih Kuda Rangga Wayang dan Patih Kuda Langen Sari sangat marah, namum Nyai Sumur Bandung dapat meredakan amarah keduanya. Nyai Sumur Bandung dapat mengurungkan niat kedua kakaknya dan berusaha menenangkan diri agar semua dapat menahan diri dan memaafkan kesalahan Nimbang Waringin. Upaya Nyai Sumur Bandung tersebut untuk menghindari agar tidak terjadi perselisihan dan pertengkaran yang semakin besar. Karena pertengkaran didalam keluarga besar Kerajaan Kuta Waringin yang melibatkan raja dan permaisuri akan mengakibatkan bencana besar bagi kerajaan.
    Berbagai kejadian yang dialami Nyai Sumur Bandung membuktikan bahwa kedudukan Nyai Sumur Bandung sebagai permaisuri mendapatkan tantangan dan ujian-ujian yaitu ujian dari kakak-kakaknya dan ujian dari Nimbang Waringin, permaisuri Raja Munding Keling. Berbagai ujian yang dihadapinya dapat dilaluinya dengan sikap hati-hati, waspada, arif, dan bijaksana. Ibarat dalam pepatah Sunda “herang caina, beunang laukna”, keinginan dapat dicapai dengan cara dan langkah yang baik, sehingga tidak berdampak negatif.
    Cerita Nyi Sumur Bandung merupakan salah satu cerita tradisional yang termasuk ke dalam cerita pantun. Dalam bukunya yang berjudul Ngalanglang Kasustraan Sunda, Ajip Rosidi mengungkapkan, bahwa cerita pantun merupakan sastra buhun. Nilai sastranya sangat tinggi, seperti halnya pada cerita-cerita pantun yang pernah didokumentasikan oleh K.F. Holle dan C. M. Pleyte (1983: 42). Senada dengan pandangan Ajip Rosidi yang mengungkapkan bahwa cerita pantun merupakan sastra buhun, Sastrawijaya (1995: 42), menjelaskan bahwa cerita pantun dilihat dari jenis sastra termasuk prosa liris. Bagian-bagian tertentu memiliki tanda-tanda puisi yang ditandai oleh kepadatan rima dan irama.

    Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Iskandarwasid (2000: 99) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan carita pantun (cerita pantun) adalah sekelompok cerita yang biasa dituturkan dalam pagelaran seni tutur yang disebut mantun. Berdasarkan pada pandangan para ahli tersebut, cerita Nyi Sumur Bandung merupakan cerita tradisional dalam bentuk prosa liris yang ditandai dengan unsur-unsur puisi, seperti rima dan irama, majas, serta citraan yang dituturkan oleh juru pantun dalam pagelaran seni tutur.
    Cerita Nyi Sumur Bandung mengisahkan tentang raja keturunan Pajajaran. Raja Kuta Waringin yang bernama Munding Keling, suami Nyai Sumur Bandung merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran. Dengan demikian, cerita Nyi Sumur Bandung sebagai cerita tradisional atau cerita buhun dalam khazanah sastra Sunda membuktikan pandangan beberapa ahli tentang cerita pantun yang mengisahkan petualangan raja-raja atau kesatria keturunan Raja Pajajaran. Eringa (1949: 1-7) mengungkapkan, bahwa cerita pantun umumnya mengisahkan petualangan raja-raja atau kesatria keturunan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran dalam meluaskan daerah taklukannya atau dalam mencari putri cantik untuk dijadikan permaisuri. Sejalan dengan pandangan tentang kisahan raja keturunan Pajajaran dalam cerita Nyi Sumur Bandung, Sumardjo (2003: 37), mengungkapkan bahwa pantun Sunda adalah mitos-mitos bagi masyarakat Sunda lama. Cerita pantun berisi kisah raja-raja Pajajaran. Cerita-cerita itu disusun berdasarkan alam pikiran religius masyarakat pada zamannya.
    Sementara itu, terkait dengan aspek kepahlawanan atau wira carita, tokoh sentral Nyai Sumur Bandung merupakan sosok pahlawan budaya masyarakat lama, yang mampu menghadapi dan mengatasi berbagai ujian. Peranan Nyai Sumur Bandung di Kerajaan Kuta Waringin mencerminkan nilai moral terkait dengan pribadi seorang wanita. Nyai Sumur Bandung seorang tokoh wanita, putri Prabu Kidang Pananjung berusaha untuk memperbaiki nasibnya agar lebih baik. Semangatnya yang tinggi dan keteguhan hatinya berhasil menghantarkannya menjadi seorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi, yaitu menjadi Permaisuri Raja Munding Keling, raja Kerajaan Kuta Waringin yang masih keturunan Kerajaan Pajajaran. Sebagai tokoh sentral yang memiliki semangat berjuang tinggi, Nyai Sumur Bandung membuktikan sebagai tokoh yang memiliki nilai-nilai kepahlawanan. Hal itu selaras dengan pandangan para ahli berikut; Kartini, dkk (1984: 5) mengungkapkan bahwa cerita pantun sebagai cerita yang bersifat mitis-ritual-sakral memiliki alur yang pada hakikatnya menggambarkan perjalanan spritual pahlawan budaya masyarakat lama. Senada dengan pendapat tersebut, Sastrawijaya (1995: 40), mengungkapkan bahwa isi cerita pantun kebanyakan menceritakan petualangan, wira carita (kepahlawanan) para satria putra raja, pada waktu mengemban tugas, mengalami bermacam-macam cobaan. Setelah berhasil kemudian dikawinkan dengan putri cantik dan dilantik menjadi raja. Namun, dalam cerita Nyai Sumur Bandung tokoh sentral Nyai Sumur Bandung memiliki peran yang sangat dominan dalam mengemban tugas dan mengalami bermacam-macam ujian, dan pada akhirnya Nyai Sumur Bandung dapat mencapai cita-citanya diperistri oleh Raja Munding Keling, raja Kerajaan Kuta Waringin yang masih keturunan Kerajaan Pajajaran.

    Cerita Nyi Sumur Bandung mulai dikenal masyarakat Ujung Berung sejak tahun 1965. Selain cerita Nyi Sumur Bandung, cerita pantun lainnya yang popular di kalangan masyarakat di antaranya, Eyang Prabu Siliwangi, Kian Santang, Angling Darma, Lutung Kasarung, Ciung Wanara, Mundinglaya Di Kusumah, Bima Wulung, dam Jagat Rasa. Juru pantun pertama yang sering membawakan cerita pantun adalah Aki Enjum. Aki Enjum meninggal pada tahun 1980, kemudian digantikan oleh muridnya, yaitu Raden Padmadipura, kemudia diteruskan oleh Raden Cecep Sopandi. Saat ini murid Raden Cecep Sopandi, yang biasa dipanggil Abah Engkus meneruskan tradisi seni pantun. Abah Engkus mulai membawakan cerita pantun tahun 1989. Banyak cerita pantun yang dikuasainya. Abah Engkus bisa membawakan cerita pantun buhun, pantun beton, dan pantun bajidor.
    Cerita Nyi Sumur Bandung sebagai cerita pantun saat ini biasa diceritakan dalam acara selamatan, di antaranya selamatan panen, selamatan bumi, selamatan 40 hari masa kelahiran, dan babaran munding. Selain itu juga cerita Nyai Sumur Bandung biasa diceritakan dalam acara ruwatan; talaga diapit pancuran (jika memiliki tiga anak, yang lelaki lahir kedua); pancuran diapit talaga (jika memiliki tiga anak, yang perempuan lahir kedua); budak nunggal (anak semata wayang); dan kembang sapasang (anak sepasang lelaki dan perempuan). Jika cerita Nyi Sumur Bandung dibawakan dalam acara selamatan dan ruwatan maka saat juru pantun mantun atau membawakan cerita harus disajikan sesajen. Seiring dengan perkembangab zaman, cerita Nyi Sumur Bandung pun saat ini sering dibawakan dalam acara hiburan terutama dalam pagelaran pantun beton dan pantun bajidor.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Aang Didi

Kp. Cipicung RT 03/09 Ujung Berung

0

Engkus Kuswara

Ujung Berung, Bandung

085864685875

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Maestro Karya Budaya

Aang Didi

Kp. Cipicung RT 03/09 Ujung Berung

0895348697140

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047