Okol Desa Setro

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101491
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image

Okol merupakan seni pertunjukan rakyat yang berisikan kegiatan adu ketangkasan dalam bela diri berteknik pegangan dan bantingan (gulat tradisional) yang mengandung nilai - nilai spiritual sebagai ucapan rasa syukur atas hasil panen yang telah diusahakan selama satu tahun di dalam rangkaian upacara sedekah bumi di Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik. Okol berasal dari istilah srokol – srokolan. Okol dilakukan masyarakat di atas jerami (damen) yang melibatkan sepasang petarung secara bergantian, masing - masing didampingi oleh seorang pelandang (wasit). Okol biasanya diadakan pada hari terakhir dari rangkaian sedekah bumi yang dilaksanakan setiap bulan Ruwah (bulan Jawa). Sejarah Okol berasal ratusan tahun yang lalu (kisaran tahun 1817an) dimana saat itu Desa Setro dilanda musim kemarau panjang sehingga ladang petani menjadi kering dan tumbuhan banyak yang mati, bahkan hewan ternak pun kesulitan mencari makan. Kemudian pemimpin desa mengadakan doa bersama supaya turun hujan. Beberapa hari kemudian hujan datang, warga desa senang sekali bisa kembali bercocok tanam karena ladang mereka tidak kering lagi dan lahan pertanian merekapun subur dengan hasil yang sangat memuaskan. Pada saat panen tiba, warga mengadakan syukuran / selamatan dan secara spontan karena rasa gembira, para gembala saling berpelukan dan mendorong (nyrokol / srokol-srokolan / sruduk-srudukan, dalam bahasa Jawa) di atas jerami / damen hasil panen itu dengan maksud meluapkan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah ruah dan bersyukur kepada Tuhan YME atas segala karunia tersebut. Kata srokol-srokolan atau nyrokol tersebut lebih dikenal warga dengan sebutan Okol. Dan warga Desa Setro menjadikannya sebagai tradisi hingga sekarang. Pelaksanaan Okol pada jaman dahulu dengan sekarang tentunya berbeda. Pertandingan okol jaman dahulu bebas dan tidak berpaku pada aturan apapun asalkan tidak saling melukai satu sama lain. Dulu Okol hanya boleh dilakukan khusus oleh orang dewasa, tetapi sekarang pertandingan ini mulai dikenalkan kepada generasi muda supaya tradisi yang sudah ada tidak mengalami kepunahan. Kegiatan ini tidak hanya didominasi kalum laki-laki dewasa tapi juga anak-anak dan ibu-ibu ambil bagian dalam pertandingan ini setiap tahunnya. Dulu pertandingan pun tidak dilaksanakan di panggung, hanya di atas tumpukan jerami. Sekarang tempat bertanding dibuatkan panggung namun tidak menghilangkan tumpukan jerami sebagai ciri khas. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan penonton yang semakin banyak untuk bisa melihat tanpa berdesak-desakan. Aturan-aturan pun ditetapkan supaya peserta pertandingan Okol mengetahui hal yang boleh dan tidak dilakukan saat pertandingan berlangsung. Panitia menetapkan sejumlah peraturan guna menghindari efek negatif diantaranya, dilarang meninju lawan, mengangkat tubuh lawan serta mencederai lawan dengan membelitkan kaki. Sebelum bertanding para peserta biasanya diberi selendang berwarna merah, sementara lawannya menggunakan warna hitam. Pertandingan gulat Okol ini dipimpin 2 orang wasit yang dalam istilah warga setempat dikenal dengan nama pelandang. Untuk tampil dalam Okol, peserta harus mencari lawan seimbang terlebih dahulu, baik postur tubuh, usia dan tinggi badan. Setelah pegulat ditanya apakah mau untuk bertanding dengan lawannya tersebut dan mendapat pengesahan pelandang, barulah peserta bisa memperlihatkan kebolehannya dalam bertarung di atas tumpukan jerami. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan sebagai pendukung okol adalah : 1. Panggung Panggung merupakan arena pertandingan yang berbentuk persegi empat / persegi panjang. Dalam hal ini, panggung digunakan untuk menampilkan pertunjukan Okol. 2. Damen / jerami Damen / jerami adalah batang pohon padi yang sudah dipanen, kering, digunakan sebagai alas untuk bertanding dalam pertunjukan Okol. Fungsi damen untuk menghindari terjadi cacat fisik saat peserta tanding mengalami kekalahan pada saat dibanting. 3. Karung Goni Karung goni adalah kantung besar yang terbuat dari goni, biasanya untuk menaruh beras dan warnanya kecoklatan. Karung goni ini berfungsi untuk menutup jerami yang digunakan dalam pertandingan Okol (ditaruh di atas jerami). 4. Tali / tampar Tali / tampar dalam pertunjukan Okol ini berguna untuk pembatas yang ditalikan pada besi panggung supaya kalau ada peserta yang jatuhpada saat pertandingan maka tidak akan keluar dari panggung. 5. Udeng (pengikat kepala) Udeng adalah pengikat kepala yang wajib dipakai oleh semua peserta Okol yang berwarna merah, sementara lawannya menggunakan warna hitam. Udeng ini dipasangkan oleh seorang pelandang / wasit sebelum bertanding dan dimaksudkan sebagai pemberi tanda peserta tanding. 6. Selendang Selendang dalam pertunjukan okol berguna untuk mengikat tubuh peserta dan dimaksudkan untuk menghindari kecurangan saat pertandingan okol. Selendang juga bisa digunakan sebagai pegangan bagi pegulat musuh untuk membanting ataupun menumbangkan musuh. Guna selendang disini sama halnya dengan ikat pinggang dalam olahraga Sumo dari Jepang yaitu sebagai alat berpegangan untuk membanting musuh. Dalam pertandingan Okol, terdapat beberapa tahapan, antara lain : 1. Persiapan a. Peserta Okol harus mencari lawan seimbang terlebih dahulu, baik postur, usia dan tinggi badan. b. Sebelum bertanding para peserta biasanya diberi udheng (pengikat kepala) warna merah, sementara lawannya menggunakan warna hitam beserta selendang yang diikatkan di pinggang masing-masing peserta. c. Peserta juga diperiksa kuku-kuku jarinya. Kalau memiliki kuku panjang, maka akan dipotong oleh pelandang / wasit. Penggunaan ikat pinggang modern juga tidak diperkenankan karena dikhawatirkan akan melukai lawan. d. Para peserta Okol baru bisa bertanding setelah mendapat pengesahan dari pelandang / wasit. e. Pelandang / wasit dalam setiap pertandingan umumnya berjumlah 4 orang. 2. Pertandingan Okol a. Peserta Okol bertanding di atas panggung dengan peraturan / ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia guna menghindari efek negatif. b. Peserta Okol dilarang meninju lawan, mengangkat tubuh lawan serta mencederai lawan dengan membelitkan kaki. c. Peserta Okol yang menang tidak Diperbolehkan mengacungkan genggaman tangan, tetapi hanya diharuskan melambai-lambaikan tangan. d. Peserta yang menang maupun kalah mendapat apresiasi yang sama. Dalam hal ini tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Adapun elemen tari pada okol yang ada di Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik antara lain: 1. Gerak Gerak pada Okol tidak seperti gerakan tari karena Okol merupakan gulat tradisional. Maka dari itu gerak yang ada pada okol ini sama halnya dengan olahraga Sumo dari Jepang. Pada saat bertanding para pegulat memakai selendang yang digunakan sebagai alat berpegangan bagi pegulat musuh untuk membanting ataupun menumbangkan musuh. 2. Tata Rias Dalam pertandingan okol ini, para peserta tidak diwajibkan / dikhususkan untuk berias. Dengan kata lain bahwa dalam pertandingan okol tidak menggunakan riasan apapun. 3. Tata Busana a. Busana Jawa Timuran Busana Jawa Timuran ini dikenakan oleh pelandang (wasit) berwarna hitam dan warna lorek merah putih di bagian dalam. b. Ikat Kepala / udheng Ikat kepala / udheng ada 2 warna yaitu merah dan hitam. Ikat kepala dikenakan oleh peserta tanding sebelum dimulai pertandingan. c. Ikat Pinggang Ikat Pinggang yang dimaksud disini adalah selendang yang dipakai melingkar di pinggang masing2 peserta. Warna yang digunakan juga ada 2, hitam dan merah. Ikat pinggang ini dikenakan sebelum pertandingan dimulai. d. Kostum bebas Dalam pertandingan Okol, para peserta diberi kesempatan untuk memakai kostum bebas karena tidak ada kostum khusus bagi peserta. Yang terpenting kostum peserta nyaman dan sesuai ketentuan pertandingan okol. Makna simbolis dalam seni pertunjukan Okol terdapat pada kostum yang dikenakan oleh peserta Okol dalam bertanding dan pelandang / wasit, diantaranya adalah: 1. Ikat kepala berwarna hitam sebagai lambang keagungan, keluhuran dan keadilan. Hal ini mengandung pesan agar akal pikiran dapat dibentengi atau dikendalikan dengan nilai-nilai tersebut. 2. Ikat kepala berwarna merah sebagai lambang keberanian 3. Ikat pinggang berwarna hitam sebagai lambang keagungan, keluhuran, dan keadilan. 4. Ikat pinggang berwarna merah sebagai lambang keberanian 5. Busana Madura yang dikenakan oleh pelandang / wasit berupa baju berwarna hitam lambang keagungan, keluhuran dan keadilan. Sedangkan kaos warna lorek hitam dan putih melambangkan bahwa di dalam dada manusia ada beberapa macam nafsu yang harus dikendalikan dengan nilai – nilai keagungan, keluhuran dan keadilan Dalam pertandingan Okol ini, baik peserta Okol maupun penonton atau pendukung yang menang tidak diperbolehkan mengacungkan genggaman tangan, tetapi hanya diharuskan untuk melambai-lambaikan tangan dengan tujuan agar menghindari rasa dendam satu sama lain.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

Komunitas Karya Budaya

Warga Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik

Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik

081235280379

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

Maestro Karya Budaya

Ahmad Hanif

Dsn. Setro RT. 004/002 Ds. Setro Kec. Menganti, Kab. Gresik

081235280379

jalanwisatabudaya@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047