Waru Ranta Bada

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101389
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Sulawesi Tengah
Responsive image
Diskripsi Pakaian Adat, Pakaian Adat Perkawinan, Pakaian Tradisiomal To Bada Tampo Lore dan Sejarah Perkembangannya di Sulawesi Tengah. I. PENDAHULUAN Sejarah penggunaan pakaian secara khusus merupakan ciri masyarakat kebanyakan manusia. Tidak diketahui kapan awal manusia memakai pakaian tapi pakar antropologi percaya bahwa kulit binatang dan kulit pepohonan sebagai bahan pakaian dengan penutup sebagai perlindungan dari cuaca dingin, suhu panas dan hujan terutama saat manusia berimirgasi atau berpindah ke iklim yang baru. Pakaian dan tekstil sangat penting dalam sejarah manusia dan mencerminkan bahan yang telah digunakan. Signifikansi sosial dari produk jadi mencerminkan budaya mereka.kulit kayu atau yang biasa disebut batu ike pada situs arkologi dikbupaten Poso dan Kabupen donggala saat itu inilah khas pakaian kulit kayu (ranta) lembah Bada Tampo Lore SulawesiTengah. Pakaian mulai muncul pada kehidupan manusia sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Dari beberapa penemuan salah satu penemuan benda-benda yang digunakan untuk membuat baju yaitu jarum jahit yang diyakini milik budaya Soluteran yang ada di Prancis dari 19.000 SM. hingga 15.000 SM. Lalu ditemukannya alat tenun pertama di Dolni Vestonice, Republik Ceko. Setelah mengenal tradisi menenun, manusia mulai memanfaatkan benang yang dipintal dari kapas, bulu domba, atau ulat sutera untuk dijadikan kain sebagai bahan dasar pakaian. Dari zaman kuno sampai sekarang, mereka memiliki pandangan masing-masing tentang berpakaian sendiri menurut kebudayaan mereka. Setiap bangsa mengenal tradisi berpakaian pada masa yang berbeda sesuai dengan kebudayaan masing-masing. Jauh sebelum memasuki abad Masehi, bangsa Mesir, Persia, Yunani dan Romawi sudah mengenal tradisi berpakaian.Kain kulit kayu iniKonon sudah dibuat sejak zaman prasejarah ini dibuktikan sejak penemuan pemukul yang disebut Peboba, Petutu, Petuki. Seiring dengan perkembangan. Maka pada saat itu Masyarakat Adat To Bada Tampo Lore tertarik melirit mangambil atau membali menukarkan hewan kerbau untuk membeli kain tenun Balacu atau yang disebut Kain Blacu yang merupakan jenis kain yang mentah dalam istilah tekstil disebut kain greige menta dalam istilah kain ini menurut pada proses pembuatan kain, kain blacu merupakan semua kain hasil dari penenunan yang belum diproses finising atau proses celuk warna lanjut (Finishing maupun pewarnaan dapat dikategorikan kain Blacu dalam Bahasa Bada (balatu). Saat itu kai balatu sangat digemari karena memliki warna corak ada yang putih coklat dan sudah bisah dibentuk motif yang sangat sederhana hingga orang bada saat ini mulai menjahit untuk dijadikan pakaian adat laki-laki dan pakai adat Perempuan. Bahkan digunakan sebagai selimut (Pahua). II. JENIS-JENIS PAKAIAN ADAT MOTIF WANITA DAN MOTIF LAKI-LAKI TO BADA Dengan masuknya kain balacu di Indonesia yang di bawah langsung oleh para pe dagang saat itu mulailah Pakaian adat To Bada Tampo Lore untuk membuat bentuk-bentuk atau busana Motif Wanita yaitu 1. Motif Pakaian adat TORAHAPE (Waru Torahape) yang digunakan oleh semua kaum wanita bisah juga di pakai dalam acara apa saja 2. Motif PETAMANGKI Motif Pakaian adat Perkawinan (Waru ada Poitambi) yang digunakan oleh turunan anak Bangsawan. 3. Motif pakaian adat PEAMPIRE Motif Pakaian adat yang digunakan untuk acara-acara penghormatan (Pepomahile) 4. Motif Pakaian adat PETANDU BAULA A. Motif Pakaian Adat TORAHAPE Motif pakaian adat Torahape adalah pakaian yang digunakan oleh semua kaum wanita tidak terkecuali pakaian ini digunakan dalam acara apa saja dikarenakan pada saat itu masih kurannya kain dan belum ada motif-motif tenung tertentu yang di dapatkan saat itu, sehgingga motif ini hanya di buat dari hasil guntingan kaing yang dikombinasikan untuk dijadikan Motif. Sepeti pada gambar tersebut. Sedangkan Roknya (Wini) masih mengunakan kain Kulit kayu (Ranta) yang dibuat dengan barbagai alat yang disebut Peboba, Petuki, petutu dan Batu ike.diolah. dalam Bahasa To Bada Tora Bea. Biasa diproses selama 15 hari pembuatanya. Dibuat dalam bentuk lipatan susun dua dan memakai manic-manik alami yang disebut pihu-pihu dari kain dan kalide selaku hiasanya. B. PAKAIAN ADAT MOTIF PETAMANGKI DI GUNAKAN PENGANTIN (WARU ADA POITAMBI) Pakaian Adat Motif Petamangki digunakan dalam acara perkawinan adat Tora Popoitambi (waru ada Poitambi) Petamangki artinya motif yang masi bercorak motif Torahape Motif ini di tambahkan motif bunga atau kotak-kotak melambakan kekayaan alam di sekitar Tampo Bada. Pakaian ini digelar pakaian keturunan anak bangsawan sedangakan roknya (Wini) terambil dari Kain Rongkong pada abat ke 17 biasanya di belih kepada pedangan-pedanganyang datang mencari kerbau di Tampo Bada.pembelian itu ditukarkan kain rongkong sehingga pakaian ini dikatakan pakaian bangsawan yang mampu saja membeli kain rongkong ini. tetapi yang lainya masih bertahan pada rok (Wini) terbuat dari kulit kayu yang disebut (wini tora Bolu). Warna roknya (wini) berwarna Coklat atau Hitam sesuai pilihanya. Dilipat bahagian belakang memperlihatkan ikatan talinya menandahkan bawah sudah di beri ikatan oleh pasanganya. Dan arti lain memperlihatkan seekor burung sedangkan di depan hanya bersusun dua. C. PAKAIAN ADAT MOTIF PEAMPIRE (WARU ADA PEAMPIRE) Pakaian adat Motif Peampira ialah pakaian bercorak Kotak-kotak dan dan daun-daunan yang melambangkan kekayaan alam sekitar Tampo Lore (Bada) dari berbagai macam keanekaragaman hayati alamnya pesona yang yang indah berwarna warni juga digunakan oleh semua kaum Wanita yang digunakan dalam setiap acara penjembutan tamu acara acara acara penghormatan lainya. Pakaian ini mulai ada berhubunagan dengan adanya kain Tetoron yang datang diperjual belikan oleh para pedangan yang mencari Buah biji Kopi dan tidak terlepas mencari ternak kerbau. Sedangkan roknya (wini Masih menguna Rongkong Kain kulit kayu (Wini Ranta) D. PAKAIAN ADAT MOTIF PETANDU BAULA ( WARU ADA PETANDU BAULA) Pakaian Adat Motif Petandu adalah pakaian Motif Petandu Baula artinya lambing tanduk kerbau karena kerbau adalah berfungsi sebagai mahar, sebagai sangsi Adat dan Lain-lain. bahan kainya terambil dari bahan tenunan Meludru ada yang warna hitam dan ada warna merah pakaian ini digunakan dalam semua acara-acara resmi utamanya perkawinan adat Mempopoitambi. Sedangkan Roknya (Wini) diambil dari kain Rongkong juga yang di bawah oleh para pedagang dari selatan ditukarkan kerbau saat itu. Pakaian ini banyak diminati kaum generasi muda karena sudah dibentuk mengikuti perkembangan jaman tidak lagi memiliki kerah yang mengunakan tali untuk mengukur kecil besarnya leher. D. PAKAIAN TRADISIONAL (Sehari-hari)Pakaian Tradisional adalah Pakaian yang digunakan dalam aktifitas keseharian seperti pergi ditempat kerja disawah atau kekebun dan lain-lain. Bahan kainya yang gunakan yaitu kain tetoron atau kain kulit kayu yang sudah dijahit dengan bentuk (kaewa) warna atau motifnya tidak tertentu warna ada yang merah, Putih atau biru, bahkan hitam . (campuran atau temporer). II. PAKAIAN ADAT LAKI-LAKI (WARU ADA TOMOANE) Pakaian Adat laki-laki (waru Ada Tomoane) ada memiliki 3 (tiga) motif dan Warna Dasar hitam dan merah bahkan putih yaitu : 1. Motif pakaian Pebu u Ile 2. Motif Pakaian Tadulako Pesanggori 3. Motif pakaian Petandu Baula Dari ketiga pakaian motif pakaian adat ini semua memiliki arti-arti atau makna-makna tersendiri baik itu diambil dari kekayaan alam atau lambang kekuatan suku saat itu. Sebab saat itu saatnya adanya perang suku. A. PAKAIAN ADAT PEBU U ILE (waru ada Pebu,u Ile) Pakaian Adat motif Pebu u Ile adalah pakaian yang digunakan oleh keturunan bangsawan bermotif pebu u Ileh yang artinya lambang kekuatan karena ular memiliki kekuatan yang sanggat susah dikalakan itulah alasanya sehinga diambil motif pebu u Ile. Dan warna dasar kain ini hitam kainya diambila dari kain balacu karena perkembagan yang begitu cepap saat itu maka kainnya diambil dari kain meludru dan di motif. Hingga sampai sekarang masih di lestarikan dan tidak mengalami kepunahan. B. PAKAIAN ADAT BERMOTIF PE SANGGORI (WARU ADA PESANGGORI) Pakaian Adat Motif Pesanggori adalah Pakaian adat motif yang melambangkan kekuatan seorang sang Tadulako dimana dia selalu menankap orang atau memerintahkan oleh para prajutinya. Bahan kainya dahulu terambil dari kain meludru tetapi sekarag sudah di ambil dari kain kulit kayu yang dimotif bahan-bahan pakaian ini bisah digunakan oleh seorang prajurit prang suku yang disebut para hulu baling. Sekarang masih aktif di pakai oleh masyarakat di Tampo Bada. C. PAKAIAN MOTIF PETANDU BAULA (WARU ADA PETANDU BAULA Pakaian adat Motif Petendu Baula (waru ada Petandu Baula adalah pakaian yang terambil dari bahan kain meludru berwarna hitam bermotif tanduk kerbau sebagai kerbau artinya segala-galanyadari kerbau baik itu mahar pelangaran adat dan lain-lain. sedangkan celananya masih mengunakan kain Balacu . Pakaian ini bisah juga dipakai oleh orang biasa (Tauna maro,a) masyarakat lainya . Pakaian umum semua bisah memakai dan biasa dipakai dalam acara-acara penghormatan (Medupa, ritual dll) atau acara-acara lainya III. PAKAIAN ADAT TO BADA TAMPO LORE DARI KAIN KULIT KAYU (RANTA) KABUPATEN POSO SULAWESI Seiring dengan perkembangan jaman. Tradisi pembuatan kain kulit kayu (Topobea) di Sulawesi Tengah Kabupaten Poso Tampo Lore. (Bada). Mulai Punah bahkankan sebahagian masyarakat tidak mengunakan pakaian kulit kayu lagi, dengan gerak Cepat Pada Tahun 1993 Bapak Toni Taula salah satu Pemerhati Budaya Tampo Lore (Bada) mendorong para pengrajin kuli kayu (Topobea) agar tetap melakukan dan mempertahankanya. Begitu Juga Pada Tahun 2013 ia berusah bekerja sama dengan Komunitas Budaya Palindo Bada yang yang bergerak dibidang pelestarian Kulit kayu, Tarian Tradisional dan Musik Tradisional yang dibawah Pimpin oleh bapak Yonathan Tokii, S.Pt selaku Pemerhati Budaya Sulawesi Tengah yang berdomisili di kota Palu. Tujuannya agar prosas ini cepat terpublikasi di kenal oleh masyarakat luas. Maka dengan penyertaan Tuhan dan kekuatan do,a Tahun 2018 Bapak Toni Taula terangat Jadi Maestro Kebudayaan Indonesia Pelestari Kain kulit kayu. Rencana itu tercapai dan mulai dikenal di tingkat internasional. Sampai Kegiatan dan kealianya tercapai Dan bertekat agar para generasi muda bisah melanjutkanya. Seperti pada gambar dibawah ini. 6 (ENAM) MOTIF PAKAIAN ADAT KULIT KAYU (RANTA) TAMPO BADA PAKAIAN ADAT PENGANTIN ANAK BANGSAWAN (TU ANA) PAKAIAN KULIT KAYU (RANTA) MEHIORA Pakaian Adat dari Kulit Kayu (ranta) yang sudah dimotif dengan bahan alami daei tumbu-tumbuhan pakaian ini adalah motif bangsawan bercorak Torahape dan petamangki, Petandu Baula dan memakai rok kain kuliy kayu yang tidak dimotif dan terlipat di bahagian tampan depan yang disebut wini Torabolu dalam bahasa Bada pertanda bahwa sang pemakai ini sudah diikat oleh pasanganya bahkan sudah resmi jadi pasangan hidupnya. Beriku Asesorisnya memakai Bulu-bulu Burung Hora yangsanggat langka ditemukan bulung burung ini dipakai sebagai mejit untuk daya tarik seorang wanita. Berikut memakai Numpi yang di letakan di samping hidungfunsinya juga sama dengan hiora. Pengoda sang pria. ASESORIS PAKAIAN ADAT LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN IV. ASESORIS PAKAIAN ADAT PEREMPUAN IKAT KEPALA (POHEA) KALUNG (ABOLO)

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 28-01-2022

Komunitas Karya Budaya

toko yonatan tokiii

jl. tanjung harapan

082192066123

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 28-01-2022

Maestro Karya Budaya

TONI TAULA

Desa Runde Kec Lore Selatan

082192066123

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 28-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 28-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047