Makan Bajambau merupakan suatu tradisi yang unik di kabupaten Kampar. Tradisi yang bersifat turun-temurun dari zaman dahulu kala tanpa ada perbedaan antara satu suku dengan suku yang lain di dalam masyarakat Kabupaten Kampar. Tradisi Makan Bajambau lazim juga disebut dengan makan bersama pada acara-acara tertentu seperti acara pernikahan, acara aqiqah, acara adat (Penobatan Ninik Mamak), penobatan payung panji adat dan acara syukuran lainnya. Jambau adalah suatu wadah/tempat meletakkan bermacam-macam jenis makanan yang terdiri dari dulang kaki 3 (tiga) dan talam, di dalamnya disusun piring yang berisikan makanan yang akan dimakan pada acara tersebut. Isinya terdiri dari nasi dan berbagai macam sambal yang khas di kabupaten Kampar seperti: panggang ikan, gulai ikan salai, rendang daging, goreng ayam, dadio serta sayur-sayuran. Sebelum makan dimulai didahului dengan petatah petitih yang disebut pula dengan BASIACUONG/BASISOMBOU, dimana percakapan ini dimulai oleh ughang sumondo (limbago) yang ditujukan kepada Ninik Mamak atau undangan yang hadir pada suatu acara tersebut. Dan Ninik Mamak memberitahukan pula kepada Ninik Mamak yang lain dan para undangan yang berhadir tentang maksud himbauan dari ughang sumondo (limbago).
Setelah petatah petitih (BASIACUONG/BASISOMBOU) dilakukan dan telah mendapat persetujuan dari Ninik Mamak yang hadir, barulah makan Bajambau dapat dilaksanakan. Contoh petatah petitih yang disampaikan seperti:
- Ughang sumondo:
“assalamualaikum madok kek datuok’’
Ko bosuo bonou ba kato ughang
Sampai di geleng tuok kiyi juo kanan, lalu pandang iliu
Jo mudiok dek ala upo nan tampak, bunyi nan kadangaghan.
Upo nan tampak condo, pinggang condo nan ala baecek, gole
Condo nan ala baotok, basuo tangan condo nan ala talotak,
Hidangan pulo condo nan ala tasodio.
Mokosuik kami tuok ughang limbago
Kok tibo diayu minta di minum, kok tumbuo kek nasi
Mintak dimakan, baghang nan ado sodo nan ado, dayi ujuong
Sampai pangkal, maksuik sampai baito pun abi. Sadetu dulu tuok.
- Mamak Soko :
“ sampai dek limbago’’
Pulang ke ambo indak kan bajawek panjang , mala dek imbau
Biaso basawiti dek kato biaso bajawab, kan ambo jawab condo kato
Ughang limbago sapata jo duo , sabagai maulangkilin manikam jojak
Sabagai maulang kato ughang limbago tadi.
Dan seterusnya.
Akhirnya setelah mendapat kesepakatan maka makan bajambau dilaksanakan yang dimulai dengan membaca doa makan. Setelah makan selesai Ninik Mamak pun permisi untuk pulang kepada ughang sumondo dengan perkataan petata petiti lagi . Demikianlah acara makan bajambau yang dilaksanakan oleh masyarakat adat kabupaten kampar .
Fungsi tradisi makan bejambau
Tradisi makan bajambau di desa di Kampar mempunyai fungsi tradisi didalamnya, diantaranya sebagai berikut ini:
1. Meningkatkan solidaritas kebersamaan masyarakat.
2. Mempertahankan eksitensi dari tradisi makan bajambau di masyarakat desa.
3. Mempererat tali silaturahmi.
4. Meningkatkan tingkatan seseorang didalamnya.
5. Mendekatkan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
Aturan duduk dalam makan bajambau yang ada di Kabupaten Kampar merupakan hal yang sangat unik, dimana sebelum proses pelaksanaan makan bajambau para tamu yang datang khususnya di acara adat pernikahan tidak boleh sembarang duduk. Karena di posisi duduk itulah kita akan bisa menilai dan menentukan tingkatan seseorang. Misalnya, untuk hidangan jambau khusus yang diutamakan ialah untuk diletakkan di tempat duduk para orang tua-tua, para datuk dan para ninik mamak. Pada awalnya norma terbentuk tidak disengaja. Akan tetapi dalam proses sosial yang relatif lama, tumbuhlah berbagai aturan yang kemudian diakui bersama secara sadar. Kekuatan daya ikat suatu norma tidak sama adanya dalam masyarakat, ada yang lemah dan ada pula yang kuat sampai anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. Norma yang dimaksud agar dalam suatu masyarakat terjadi hubungan-hubungan yang lebih teratur antar manusia sebagaimana yang diharapkan bersama. Adapun arti di dalam duduk tradisi makan bajambau adalah untuk bisa lebih memperkenalkan posisi duduk yang sudah ada sejak turun temurun. Maka dari itu peran ninik mamak, orang tua dulu untuk bisa memperkenalkannya agar posisi duduk dalam makan bajambau dapat bisa dipertahankan sampai sekarang ini.
Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 24-01-2022
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya