Barongan Blora

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700526
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image
Kesenian Barongan bersumber dari hikayat Panji. Kesenian ini diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun/Pujonggo Anom dan Singo Barong. Prabu Klana Sawadana dari Kabupaten Bantar Angin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahkanlah Patih Bujangganong/Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh 4 orang perwira yang diawali dengan: Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih, dan Kuda Sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantar Angin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua prajurit dari Bantarangin dpat ditaklukan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Klana Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama lurah Noyotoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus Raden Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai di hutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya untuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Nyotoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara seperguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari (ditantang) ia dapat hidup kembali. Peristiwa itu dilaporkan ke Raden Panji, kemudian berangkatlah Raden Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang bersamaan Adipati Klana Sawedonojuga menerima laporan dari Bujangganong (Pujang anom) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa malu amarah Raden Klana Sawedana mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di hutan Wengker dan bertemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawedana melawan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa pecut Samandiman. Singo Barong kena pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya. Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawedana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud melamar Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawedana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawedana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia (Gembong Amijoyo) lagi. Akhirnya Singo Barong takluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan itu dipimpin oleh Raden Panji melakukan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenia Barongan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047