Balogo

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700546
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Kalimantan Selatan
Responsive image
Balogo merupakan salah satu nama jenis permainan tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Nama Balogo diambil dari kata logo, yaitu bermain dengan menggunakan alat logo. Logo terbuat dari bahan tempurung kelapa dengan ukuran garis tengah sekitar 5-7 cm dan tebal antara 1-2 cm dan kebanyakan dibuat berlapis dua yang direkatkan dengan bahan aspal atau dempul supaya berat dan kuat. Bentuk alat logo ini bermacam-macam, ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, bentuk layang-layang, daun dan bundar. Dalam permainannya harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut panapak atau kadang-kadang di beberapa daerah ada yang menyebutnya dengan campa, yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Fungsi panapak atau campa ini adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain. Permainan Balogo ini bisa dilakukan satu lawan satu atau secara beregu. Jika dimainkan secara beregu, maka jumlah pemain yang “naik” (yang melakukan permainan) harus sama dengan jumlah pemain yang “pasang” (pemain yang logonya dipasang untuk dirobohkan) Jumlah pemain beregu minimal 2 orang dan maksimal 5 orang. Dengan demikian jumlah logo yang dimainkan sebanyak jumlah pemain yang disepakati dalam permainan. Cara memasang logo ini adalah didirikan berderet ke belakang pada garis-garis melintang. Karenanya inti dari permainan Balogo ini adalah keterampilan memainkan logo agar bisa merobohkan logo lawan yang dipasang. Regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan, mereka itulah pemenangnya. Permainan Balogo ini mengandung mitos sekaligus filosofi yang luhur sebagai tradisi permainan yang diwariskan nenek moyang Suku Dayak Kalimantan Tengah. Pada kehidupan masa lalu Suku Dayak di Kalimantan Tengah, permainan Balogo itu merupakan permainan yang dipercaya bisa mengukur tingkat kesuburan (keberuntungan) kehidupan mereka. Tradisi permainan Balogo ini memang ada hampir di seluruh wilayah Kalimantan Tengah kendati tidak diketahui jelas sejak kapan tradisi itu mulai berjalan. Pada masyarakat setempat, permainan ini bersifat musiman. Biasanya digelar setelah masa panen padi dan upacara Tiwah. Usai upacara Tiwah dimana para pesertanya dianggap telah banyak ‘membuang’ harta, masyarakat mencoba mereka-reka tingkat keberuntungannya di kemudian hari. Setelah menggelar upacara Tiwah, yang sama artinya dengan membuang harta. Untuk mengukur apakah kita masih memiliki rejeki setelah upacara Tiwah maka dimainkan Balogo. Dalam permainan ini secara tidak langsung terjadi proses penanaman nilai-nilai budaya, sehingga para pemain Balogo tertanam jiwa kejujuran, tidak egois, kerjasama, sikap kerja keras dan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan persoalan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047