Kethek Ogleng Gunung Kidul

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800704
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Kethek Ogleng berasal dari kata Kethek yang berarti tokoh yang sakti dan suka berlagak. Dalam bahasa Jawa memiliki istilah yang tepat untuk menggambarkan Kethek Ogleng yaitu gumleleng atau berlagak. Karakter Kethek yang suka berlagak ini tercermin dalam setiap sikap dan tindakannya yang diwujudkan dalam dialog dan gerak tari. Sosok kera memang memiliki kedudukan yang istimewa dalam seni pertunjukkan di Indonesia. Dalam wiracarita Ramayana dapat dijumpai satria yang juga berwujud kera yaitu Anoman namun sosok Kethek Ogleng lebih bersifat antagonis. Kethek Ogleng bagian dari ekspresi masyarakat atas kisah-kisah siklus Panji sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi kisah Mahabarata dan Ramayana pada waktu itu. Tokoh Kethek Ogleng berasal dari Cerita Panji yang mengisahkan tokoh Panji Asmorobangun yang berkelana mencari kekasihnya yaitu Dewi Sekartaji dari Kerajaan Jenggala yang hilang secara tiba-tiba. Dalam proses pencariannya Panji melakukan penyamaran agar identitasnya tidak diketahui, begitupun dengan Dewi Sekartaji. Pengembaraan pencarian kekasih melalui penyamaran hadir dalam pertunjukkan Kethek Ogleng. Tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam pertunjukkan ini adalah Kethek Ogleng, Endhang Roro Tempe, Mbok Rondo, Panji Asmorobangun, dan Monyeng. Endang Roro adalah anak gadis dari Mbok Rondo yang suatu hari diminta untuk mengirim makanan ke ladang. Saat dalam perjalanan, ia bertemu dengan Kethek Ogleng dan seketika itu pula Kethek Ogleng terpesona dengan kecantikan Endang Roro. Kethek Ogleng terus berusaha merayu Endang Roro untuk mau menerimanya sebagai suami. Kethek Ogleng adalah sosok yang pandai melantunkan tembang-tembang dan menari sehingga dengan suara emasnya Endang Roro melantunkan lagu merdu dan membuat Kethek Ogleng tertidur nyenyak. Saat Kethek Ogleng tertidur, Endang Roro lari menginggalkan Kethek Ogleng. Pada saat Kethek Ogleng terbangun ia pun kaget karena tidak menjumpai Endang Roro dan berlari berusaha untuk mengejarnya. Saat Endang Roro berusaha kabur dari Kethek Ogleng ia bertemu dengan satria tampan dan meminta pertolongan darinya. Kethek Ogleng datang dengan memaksakan kehendaknya agar Endang Roro mau menjadi isterinya. Satria tampan menolong Endang Roro mengalahkan Kethek Ogleng. Perkelahian diantara satria tampan dengan Kethek Ogleng berlangsung sengit karena keduanya memiliki kesaktian yang tinggi . Akhirnya Kethek Ogleng kalah dan saat itu pula satria tersebut berubah menjadi Panji Asmorodono. Cerita Panji inilah bahan dasar pembuatan pertunjukkan Kethek Ogleng. Pertunjukkan diawali dengan seorang dhalang yang melantunkan suluk membuka kisah dengan menceritakan sosok Kethek Ogleng yang selalu diikuti oleh sosok Monyet. Pada awal pertunjukkan inilah disajikan keterampilan Kethek Ogleng dalan menari kemudian disusul dengan penuturan Kethek Ogleng tentang seorang gadis desa berparas cantik yang bernama Endang Roro Tompe. Kemudian pertunjukkan mengikuti alur cerita dengan menampilkan dialog, tari, tetembangan dan diiringi gamelan. Pertunjukkan ini digelar di tempat-tempat terbuka seperti lapangan, halaman, kebun terbuka yang luas dan panggung terbuka. Dalam perkembangannya pertunjukkan ini juga digelar di pendopo dan gedung-gedung pertemuan. Pada tahun 1970-an,keberadaan Kethek Ogleng ada di setiap kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta ditandai dengan adanya group-group kesenian Kethek Ogleng. Salah satu sanggar yang ada di Gunungkidul yakni sanggar Kendali Sodo yang didirikan pada tahun 2002. Menurut sejarah, pertunjukkan Kethek Ogleng diperkirakan sudah ada di Gunungkidul sejak sebelum zaman kemerdekaan, Kethek Ogleng yang berkembang di daerah Semanu telah ada di tahun 1935. Kemudian dari Semanu seni Kethek Ogleng berkembang di daerah Tepus, Semin, Wiladeg dan beberapa wilayah di Gunungkidul. Kethek Ogleng mengalami masa surut pada masa orde baru ketika berbagai alternatif pertunjukkan mulai beragam dan makin surut pada tahun 2000an. Upaya dibangunnya sanggar dan group tari menjadi solusi untuk mengembangkan kembali seni Kethek Ogleng ini. Kethek Ogleng yang menceritakan proses pengembaraan ini mampu menampilkan keselarasan antara seni gerak tari, seni suara dan seni musik. Perpaduan ini menghasilkan sebuah kerjasama dan keseimbangan. Nilai-nilai tersebut berkembang di dalam masyarakat dalam menghasilkan kreasi-kreasi budaya dan urusan hubungan kemasyarakatan lainnya. Kreasi budaya hiburan melalui Kethek Ogleng ini mendorong masyarakat untuk lebih meningkatkan partisipatif masyarakat. Pesan dari pertunjukkan yakni adanya sikap kesabaran dan keteguhan di dalam mencari seorang kekasih juga mendasari bagaimana pertunjukkan ini dapat diilhami di dalam kehidupan sehari-hari. Alur cerita yang ringan, hangat serta klimaks mendorong atraktif masyarakat sehingga menimbulkan kegembiraan dan semangat di dalam menapaki setiap langkah di dalam pengembaraan cinta seseorang.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047