Tari Saman

Tahun
2013
Nomor Registrasi
201300074
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Aceh
Responsive image

Saman adalah salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Gayo di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Timur (Kecamatan Serbejadi), Kabupaten Aceh Tamiang (Tamiang Hulu). Saman merupakan permainan tradisi yang biasa dilakukan oleh laki laki yang umumnya usia muda untuk mengisi waktu luangnya. Baik pada saat di sawah, mersah, sepulang mengaji di rumah pun mereka menyempatkan diri berlatih Soman . Permainan Soman menjadi sebuah seni pertunjukan yang sering dipentaskan sebagai media silaturahmi, menjalin persahabatan, penyampaian pesan-pesan moral, pantun muda-mudi, penggambaran alam dan lingkungan sekitar, dan sebagainya.

Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, Saman berasal dari kesenian yang disebut pok one yang artinya menepuk tangan sambil bernyanyi. Menurut sejarahnya, Saman dikembangkan oleh seorang tokoh Islam yang bernama Syeh Saman. Selain sebagai penyiar agama Syeh Saman juga seorang seniman sehingga namanya kemudian didedikasikan sebagai nama tarian Saman. Dalam perkembangan selanjutnya kesenian ini digunakan sebagai media dakwah untuk pengembangan agama Islam. Sebagai media pengembang agama Islam, sampai kini masih kita rasakan dalam syair-syairnya, terutama dalam langkah-langkah awal selalu dimulai dengan salam. Dalam tulisan Mudha Farsya (dalam Haba, No. 38/ 2006) disebutkan bahwa Tari Soman lahir lebih kurang pada abad ke-XIV. Tetapi jika tarian tersebut dijadikan sebagai alat dakwah penyebaran Islam, maka tarian tersebut telah ada sebelum Islam masuk ke Tanah Gayo. Hingga saat ini belum ditemukan literatur tentang Syech Saman yang diyakini sebagai pengembang Tari Saman tersebut. Snouck Hurgronje dalam perjalanannya ke Tanah Gayo pada awal 1900-an (Tanoh Gayo dan Penduduknya, 1996), mengatakan bahwa Tari Saman ini dilakukan pada saat akhir bulan puasa oleh para anak muda (laki-laki).

Keberadaan saman pada masyarakat Gayo merupakan sebuah tradisi yang turun temurun dan menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Saman ada dan hid up pada masyarakat Gayo Deret (Gayo Blang) dimanapun mereka berada. Selain dilaksanakan di kampung halamannya, Saman juga dilakukan di daerah - daerah perantauan mereka, misalnya di Banda Aceh, Medan, dan juga di Jakarta. Di kampong halamannya, Soman dimainkan mulai dari tingkat jorong (dusun) hingga tingkat kabupaten. Saman bejamu dilakukan dengan mengundang saman dari daerah lain untuk bersama-sama bermain saman.

Saman adalah bagian dari budaya masyarakat Gayo yang berfungsi sebagai media komunikasi, ajang silaturahmi, dan sebagai hiburan. Umumnya Saman dilakukan di bale saman atau di lapangan kampung yang ditampilkan pada hari-hari besar seperti upacara perkawinan, hari raya dan lain sebagainya.

Ada beberapa jenis-jenis saman, diantaranya adalah:

• Soman Jejunten, yaitu saman yang dilakukan malam hari dengan duduk di atas pohon kelapa yang ditebang.

• Soman Njik, yaitu saman yang dilakukan pada waktu istirahat pada kegiatan menggirik padi.

• Soman Ngerje (Umah Sara), yaitu saman yang dilakukan oleh pemuda pada acara pesta perkawinan.

• Bejamu Besaman, yaitu saman yang dilakukan dengan mengundang grup saman dari kampung lain. Bejamu Besaman dilakukan dengan dua cara, yang pertama Saman Sara lngi (Saman satu malam) yaitu saman yang dilakukan semalam suntuk. Soman ini dilakukan pada hari besar keagamaan (Aidu l Fitri, Aidul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kedua, Soman Roa Lo Roa lngi (Soman dua hari dua malam}, saman ini dilakukan secara terus menerus.

• Soman Bale Asam adalah saman yang dilaksanakan pada siang hari dalam rangka peringatan hari besar. Soman ini dilaksanakan secara bersama-sama di sebuah lapangan dan setiap grup bebas memilih lawannya. Biasanya panitia acara akan mengundang grup saman dari berbagai kampung untuk bertemu dan bertanding.

Tarian Saman ini terdiri dari Keketer, Rengum, Salam, Gerakan Tari, Ulu Ni Lagu, Anak ni Lagu, Saur, Syair, Guncang dan Penutup. Di dalam syair Saman banyak terdapat sisipan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Pada galibnya sebelum tarian Saman dimulai, sebagai mukadimah terlebih dulu seorang tua mewakili masyarakat setempat di mana tarian Saman diadakan, memberi sepatah kata (keketar) yang ditujukan kepada pemain dan penonton. Keketar adalah pidato yang diucapkan oleh seorang tokoh masyarakat atau pemuka adat yang memberikan nasehat kepada pemain Saman dan penonton.

Dalam tarian Saman terdapat Rengum yaitu mukadimah yang berupa tiruan bunyi yang diucapkan bersama-sama. Kemudian dilanjutkan dengan Salam yang diucapkan oleh salah seorang pemain (penangkat/Syech). Setelah itu disebut Ulu Ni Lagu atau permulaan tari. Tahap selanjutnya adalah lagu dan gerakan-gerakan tari. Selanjutnya disebut Anak Ni Lagu adalah gerak tangan yang ringkas dan pendek yang berisi syair yang terdiri dari Saur dan redet. Begitu lagu dinyanyikan pemain membuat Saur lalu disaurkan bersama-sama. Beberapa kali saur diselingi syech menyanyi melengking, dua atau tiga kali lalu naik atau berdiri di atas lutut dan dari syech itulah diberi isyarat lalu disambung dengan Guncang. Guncang ini dilakukan dengan berdiri di atas lutut. Apabila duduk bersimpuh dengan adegan yang sangat cepat sekali dinamakan gerutup. Gerutup dilakukan pada posisi duduk. Dalam satu lagu, hal demikian terus dilakukan berkali-kali yang kemudian berubah berpindah dengan irama atau lagu lain. Dalam penutupan tarian biasanya dilakukan surang-saring atau dengan melakukan tepuk tangan dengan nyanyian bersama disertai saur hingga pertunjukan berakhir.

Pada Tari Saman terdapat empat komposisi pemain, yaitu :

• Penangkat, orang yang mengatur gerakan dan ritme saman, posisi berada di tengah-tengah pemain. Pengangkat adalah tokoh utama (sejenis syekh dalam seudati) titik sentral dalam Saman, yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Ja/u/pertandingan).

• Pengapit, adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerakan tari maupun nyayian/vokal. Tugasnya mengingatkan penangkat apabila lupa gerakan berikutnya, umumnya 2 orang yang posisinya di kanan dan kiri penangkat.

• Penyepit, penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan pengangkat. Sela in sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak. Penyepit membantu pengapit untuk mengingatkan jika ada kesalahan gerak, umumnya dipilih orang yang bersuara merdu.

• Penupang, adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus sehingga menjaga keseimbangan kawan atau menopang temannya agar keseimbangan terjaga. Penupang disebut penamat kerpejejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memegang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.

Dalam perkembangan selanjutnya, Saman dijadikan sebagai kesenian yang diikutsertakan dalam festival Pekan Kebudayaan Aceb (PKA ke-2) tahun 1972 di Banda Aceh. Pada waktu itu saman menjadi salah satu tari favorit sehingga digelari "tari tangan seribu" oleh ibu Tien Suharto. Sejak saat itu tari Saman mulai dikenal luas dan diundang dalam pembukaan Taman Mini Indonesia lndah pada tahun 1974. Kemudian Saman diundang ke berbagai acara tngkat nasional hingga misi kesenian ke luar negeri. Pada perkembangan selanjutnya, saman dijadikan sebagai komoditas komersial.

Berdasarkan hasil survei lapangan menunjukkan bahwa saman mengalami degradasi nilai dan maknanya. Pendangkalan nilai dan makna ini akan mengancam keberadaan saman. Pengaruh televisi, internet, budaya asing dan bentuk-bentuk teknologi lain adalah faktor penyebab utama degradasi nilai dan makna tersebut. Hal ini merupakan ancaman berat terhadap kelestarian saman asli di Ka bu paten Gayo Lues. Hal ini jelas akan membawa dampak buruk bagi saman asli yang tersebar di luar Ka bu paten Gayo Lues, Provinsi Aceh.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047