Gula Saparua

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800809
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Maluku
Responsive image
Pulau Saparua memiliki hasil kerajinan yang sudah dikenal oleh masyarakat Maluku yaitu Gula Saparua. Dinamakan Gula Saparua karena gula ini berasal dari Pulau Saparua, lebih tepatnya Negeri Tuhaha. Tradisi ini telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Sumber-sumber sejarah tentang lahirnya Gula Saparua tidak bisa ditemukan dalam bertuk tulisan atau arsip karena orang di Maluku lebih mengenal tradisi Oral atau bertutur. Namun menurut cerita dari masyarakat pelmbuat Gula Saparua, tradisi pembuatan Gula Saparua telah ada dan diwariskan secara turun temurun dari sekitar tahun 1900an. Tradisi pembuatan Gula Saparua lahir dari kebutuhan akan gula untuk kebutuhan hidup masyarakat di negeri Tuhaha, yang kemudian memanfaatkan hasil yang disediakan oleh kekayaan alam di Negeri Tuhaha. Nira adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon aren. Cairan ini mengandung gula antara 10-15%. Nira dapat diolah menjadi minuman ringan, maupun beralkohol, sirup aren, gula aren. Pagi dan sore adalah waktu yang tepat untuk menyadap air nira, karena jika terlambat menyadap air nira akan berubah mennjadi asam cuka dan tuak. Pada pagi hari biasa jauh sebelum matahari bersinar & sore hari sebelum matahari terbenam. Pohon aren aren mulai bisa di sadap pada usia 5 tahun dan puncak produksi antara 10-20 tahun dan subur, bisa menghasilkan 15-20 liter nira aren tiap hari.Bagian pohon aren yang di sadap adalah tangkai bunga jantan.Kucuran air nira ini di tampung dalam bambu atau ember yang sudah dimodifikasi untuk menampung air nira. Setelah proses pengembilan air nira dari beberapa pohon aren, dan dikumpulkan ke walang tempat memasak, maka proses pembuatan gula Saparua siap dibuat. Sebelum memproduksi masuk tahap memasak dan mencetak, terlebih dahulu harus mempersiapkan peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang nantinya akan dipakai untuk membuat gula aren. Pertama yang harus dilakukan adalah menyiram air nira ke dalam wajan yang telah disediakan di atas tungku pembakaran.Biasanya air nira ini disaring agar kotoran yang ada tidak ikut masuk bersama air nira ke dalam wajan.Hal ini mencegah gula aren tidak kotor. setelah air nira dimasukan ke dalam wajan, kayu bakar yang telah disiapkan dimasukan ke dalam api untuk memperbesar nyala api. Nyala api yang dihasilkan harus merata dan terus menerus sehingga memasaknya dapat cepat. proses pengadukan harus terus dilakukan agar pengentalan dapat merata. Setelah semengka bahan gula merah itu di kasih santan kelapa agar cepat mengental. Sementara proses memasak, batok kelapa yang dipakai untuk menaruh gula aren disiapkan. Batok kelapa dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan.Di bawahnya yang terdapat lubang, ditaruh daun singkon agar nantinya gula aren mudan untuk dilepas. Ketika gula aren sudah benar-benar masak, wajan yang berisi gula aren diangkat dari tungku pembakaran.Gula aren yang sudah diangkat kemudian mulai diaduk kembali agar tidak mengeras.Setelah itu gula kemudian dimasukan ke dalam takarannya yaitu batok kelapa. Biasanya proses pengisian gula aren ke dalam batok kelapa harus dilakukan dengan cepat karena jika terlambat akan mengeras. Biasanya untuk melakukan ini dibutuhkan orang yang sudah terampil karena jika tidak terampil maka gula aren akan mengeras di dalam wajan dan tidak dapat dijual. Gula aren yang telah dicetak di dalam batok kelapa didiamkan beberapa menit..setelah gula aren mulai dingin maka gula aren akan dilepas dari cetakannya. Cara melepaskan gula aren dari batok kelapa yaitu dengan cara menekan lubang yang ada pada bagian bawah batok kelapa. Cetakan gula aren yang telah terlepas dari batok kelapa akan ditaruh pada batok kelapa lainnya. tujuannya agar setiap cetakan sudah dipasangkan sehingga dapat mengetahui berapa hasil yang di dapat dalam sekali memproduksi gula aren. Warna hijau kekuningan yang terdapat di atas gula aren adalah daun singkong yang ditaruh di dalam batok kelapa untuk menutupi lubang dari batok kelapa. gula aren yang telah dilepaskan dari cetakan batok kelapa akan ditaruh ke dalam wajan. Tujuannya agar gula aren dapat cepat mengeras kerena terkena panas dari wajan.Setelah semua gula aren sudah mengeras, gula aren dimasukan ke dalam plastik agar tidak terkena kotoran. Gula aren yang akan dijual biasanya akan dibungkus lagi dengan daun pisang kering. Hasil produksi gula Saparua biasanya dijual di pasar Saparua maupun di pasar kota Ambon. biasanya juga dikirim ke kota/kabupaten yang ada di provinsi Maluku maupun di daerah Papua. Dalam pandangan Budaya Orang-orang Lease khususnya di Pulau Saparua, Gula Aren telah menjadi salah satu tradisi yang sejak dahulu kala dipraktekan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan baku. Tradisi pembuatan Gula Saparua, bukan saja berpusat pada Proses produksi air nira dari pohon Mayang sehingga menghasilkan Gula Saparua, namun matarantai Gula Saparua telah menyimpul bingkai tradisi yang ada di pulau Saparua. Banyak bahan makanan yang diolah dengan menambahkan Gula Saparua. Salah satu yang menjadi makan tradisional yaitu Sagu Gula. Mata rantai Gula Saparuan juga menjadi penjaga terpeliharanya tradisi-tradisi lainnya seperti Tradisi Papalele. Tradisi Papalele di Saparua merupakan sebuah Upaya Kaum Wanita untuk membantu meringankan kebutuhan keluarga dengan cara bejalan menggendong bahan jualan dan menawarkannya dari rumah ke rumah, bahkan dari kampung ke kampung dan pada masa sekarang ada juga yang sudah antara Kota, antar pulau. Tradisi ini memiliki ciri khas dimana ibu-ibu Papalele dalam berpakaian masih menggunakan pakaian tradisional orang-orang Saparua yaitu baju cele dan Kain Salele. Gula Saparua memiliki peran besar dalam menjaga dan melestarikan tradisi orang-orang Saparua yang dalam pranata adat dan budaya di Maluku merupakan salah satu Suku Bangsa yang kebudayaannya hampir-hampir telah hilang karena pengaruh Budaya Eropa dalam hal ini Belanda sangat kuat. Disamping itu juga Gula Saparua sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat khususnya Ibu-Ibu di Pulau Saparua sehingga roda perekonomian rumah tangga tetap berputar. Meskipun di dalam pemapakannya sudah mulai menggunakan barang-barang pabrik seperti plastic untuk membungkus awal, namun teknik pembuatan dan pemapakan sebagian besar masih menggunakan bahan-bahan alami seperti daun pisang, batok Kelapa.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047