Bersih Tembuni Lingga

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900848
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image

Masyarakat Melayu di Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga dikenal sebagai salah satu masyarakat yang masih memelihara tradisi lama. Salah satu bukti adalah masih dilaksanakannya berbagai upacara dan ritual Melayu. Upacara yang masih dipertahankan diantaranya upacara peralihan tahap atau selingkar hidup. Masyarakat Melayu di Lingga mengawali upacara selingkar hidup dengan berasuh, yang bertujuan untuk mengetahui dan membenarkan posisi bayi dalam rahim.

Kajian mengenai upacara dan ritual dalam masyarakat Melayu Lingga dan masyarakat Melayu Kepulauan Riau pada umumnya telah banyak dilakukan, seperti yang telah dilaksanakan oleh : Siti Rohana (2008), Suarman dan Sindu Galba (1993), Eva Warni (2000), Muhammad Ishak (2009). Dari sekian banyak upacara dan ritual dalam masyarakat Melayu, ada suatu ritual yaitu ritual menanam tembuni (plasenta), yang masih belum mendapatkan perhatian, karena dianggap hanya sebagai bagian kecil dalam rangkaian upacara kelahiran, tidak megah, tidak melibatkan banyak orang.

Ritual tembuni dalam masyarakat Melayu Lingga didefinisikan sebagai perbuatan khusus terhadap tembuni yang dilakukan atas dasar kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan ajaran agama, dan dilakukan menurut waktu, tempat, tata cara serta tujuan yang ditetapkan. Ritual tembuni pada prisipnya adalah ritual yang dipandang penting, sebagaimana pentingnya ritual yang lain dalam kehidupan orang Melayu Lingga. Di Lingga, meskipun seorang Ibu melahirkan dengan meminta bantuan dokter di rumah sakit atau bidan desa, namun ia akan tetap meminta bantuan kepada dukun kampung untuk membantu mengurusi plasenta bayinya. Jika di daerah lain dukun kampung dipandang sebelah mata karena dianggap tidak memiliki ilmu kandungan yang memadai, di Lingga bantuan dukung kampung dalam persalinan yang sulit dan “janggal” sangat sangat diperlukan oleh tenaga medis. Kenyataan ini menunjukkan kepercayaan orang Melayu Lingga  terhadap Tembuni masih terus bertahan meskipun ilmu kedokteran modern telah mereka terima. 

 Pengertian tembuni yang dipahami orang melayu Lingga sangat berbeda dengan pengeertian dalam ilmu kedokteran. Orang melayu Lingga memiliki pengetahuan sendiri untuk menjawab ketidaktahuan mereka mengenai tembuni. Tembuni berasal dari frase tembus ini, yang berarti setiap bayi harus menembus sebuah lapisan atau selaput di dalam rahim ibu barulah ia dapat lahir ke dunia. Dari segi fisiknya orang Melayu Lingga sering menyebut tembuni dengan hati atau perut ikan, berbentuk tidak beraturan, lembek, berselaput, ada yang berwarna merah namun ada pula yang berwarna kebiruan. Ukuran tembuni pada setiap bayi berbeda-beda, namun ukuran rata-rata adalah seluas dua buah telapak tangan orang dewasa. 

Bagi orang Melayu Lingga tembuni lebih dari sekedar organ kehamilan, sehingga harus mendapatkan perlakuan khusus dan penuh hormat. Didasari pandangan tersebut, adat Melayu menentukan tahapan persiapan kelahiran yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik dari gangguan kesehatan secara fisik maupun dari gangguan gaib yang disebabkan perlakuan tidak pantas terhadap tembuni. Bagi orang Melayu Lingga rangkaian persiapan semasa kehamilan itu tidak dianggap sebagai bagian dari ritual tembuni, namun pada kenyataannya dalam proses tersebut tembuni mendapatkan perhatian khusus sehingga penulis melihatnya sebagai suatu tahap persiapan dari ritual tembuni.

Pelaksanaan Ritual

Rangkain pelaksanaan ritual tembuni terdiri dari ritual mengeluarkan tembuni dari perut ibu, memotong tali puar, mencuci tembuni, memberi bekal, dan diakhiri dengan menanam atau menyimpan tembuni. Saat bayi telah lahir, dukun beranak segera menarik tembuni agar cepat keluar. Jika tembuni terlambat dikeluarkan akan membahayakan nyawa si ibu dan bayi yang baru lahir. Proses mengeluarkan tembuni dari perut ibu dianggap sebagai permulaan ritual tembuni. Setelah tembuni berhasil dikeluarkan barulah dukun beranak memotong tali pusat bayi.

Setelah selesai tahapan melahirkan, orang tua bayi menyerahkan tembuni kepada bidan (orang yang faham) untuk membersihkan tembuni.

Membasuh tembuni diharuskan dengan air yang mengalir (baik sungai ataupun air yang dialirkan dari tempat penyimpanan) agar tembuni benar-benar bersih dari darah. Sebagian orang yang sulit mendapat air di rumah, mencuci tembuni di sungai terdekat dari rumah mereka. Setelah tembuni di cuci bersih di sungai, tembuni dimasukkan kedalam sumpit dan dibawa pulang kerumah. Sebelum tembuni dikuburkan, tembuni harus izin dulu dengan orang tua dan anggota keluarganya dengan cara tembuni memasuki rumah melewati pintu depan sambil membaca salam (assalamualaikum), dan keluar lewat pintu belakang.Menurut dukun beranak perbuatan ini bertujuan agar si kakak tersebut mengetahui rumah keluarganya dan tidak bersedih karena menganggap dirinya diabaikan oleh keluarga. Apabila si tembuni merasa diabaikan dan bersedih, maka dikhawatirkan ia akan selalu mengganggu ketenangan adiknya.

Tembuni tersebut dicuci bersih dengan sabun, tembuni dibaluri dengan garam, asam dan gula . Ketiga bahan ini disebut alat pembasuh. Pemberian garam, asam dan gula terhadap tembuni mempunyai tujuan tertentu. Garam dan asam berkhasiat untuk menyamarkan bau amis dari tembuni, sehingga tidak tercium oleh binatang buas dan makhluk halus yang suka mamakan tembuni. 

Setelah dibaluri dengan asam, garam dan gula,tembuni dibungkus dengan cara dikucung yaitu membungkus dengan satu ikatan pada bagian atas bungkusan. Tembuni dibungkus menggunakan kain putih (kira-kira setengah meter) yang biasa digunakan untuk mengkafani jenazah. Kain tersebut dipersiapkan oleh keluarga si bayi, biasanya oleh ayahnya, sebanyak satu meter. Setelah dibungkus dengan kain putih, tembuni dimasukkan ke dalam sebuah sumpit atau topong bersama dengan “bekalnya”. Bekal dimaksud adalah benda-benda tertentu yang dipercaya memberikan pengaruh terhadap sifat si bayi dan kondisi kehidupan bayi dimasa akan datang. Bekal tersebut biasanya terdiri dari 1 paku, 1 buah keras (kemiri),dan 1 buah pensil. Buah keras atau kemiri diyakini bermanfaat untuk “mengeraskan semangat” si bayi agar menjadi kuat sehingga tidak mudah diganggu oleh makhluk gaib. Semangat adalah jiwa atau roh si anak.

 Setelah semua beka lengkap tembuni kemudian ditanam (dikubur) di sekitar tempat tinggal si bayi.Tembuni harus ditanam ditempat yang layak. Tembuni ditanam dengan cara meletakkan sumpit di dasar lubang, kemudian ditimbun dengan tanah. Sebagian orang membuat lubang udara pada bagian samping lubang dengan memasang sebuah bambu kecil. Setelah ditanam dibacakan petuah kepada tembuni dengan tujuan agar si kakak (tembuni) rela meninggalkan keluarganya dan tidak mengganggu adiknya. Setelah itu ayah si bayi memasang lampu colok atau lilin di atas kuburan tembuni. Pemasangan api tersebut berguna untuk memberikan kehangatan kepada si tembuni dan menghindarkan tembuni dari gangguan bunatang buas, serta dari gangguan makhluk gaib.

Mencuci tembuni dengan air mengalir, membaluri tembuni dengan alat pembasuh dan membekali tembuni merupakan simbol-simbol yang saling terkait. Mencucui tembuni dengan air yang mengalir bermakna harapan semoga kehidupan anak didunia terus mengalir, dan tidak ada satupun yang dapat menghalangi si anak mencapai kehidupan ideal. Alat pembasuh tembuni dan bekal yang dikubur bersama tembuni merupakan penjelasan lebih rinci mengenai apa yang dianggap orang Melayu Lingga sebagai kondisi kehidupan ideal di dunia dan cara mencapainya

 Melalui garam, asam dan gula itu orang Melayu mendefinisikan kondisi kehidupan mereka di dunia. Kehidupan yang bahagia dan sejahtera dimana segala kebutuhan dan keinginan dapat dipenuhi dipandang sebagai kehidupan yang manis bagaikan gula. Sebaliknya, kehidupan yang asam dan asin adalah kehidupan yang tidak bahagia dan selalu mengalami kesulitan dalam memenuhi kehidupan di dunia. 

Setiap bekal yang dimasukkan bersama tembuni, mewakili harapan tertentu. Paku mewakili harapan agar si anak dapat menembus segala rintangan yang akan ia hadapi, menembus segala yang sulit di tembus. Paku juga mempunyai makna agar kelak si anak hidup dijalan yang lurus.

Buah keras bermakna keuletan dan keteguhan hati dengan harapan semoga anak memiliki keteguhan hati dan ulet menghadapi tantangan kehidupan. Sifat yang disebabkan oleh buah keras dapat berpengaruh baik maupun buruk, Sifat tersebut akan dianggap baik bila di aplikasikan dalam proses belajar atau dalam mencari nafkah. Sebaliknya sifat tersebut tidak diharapkan bila menyebabkan si anak menjadi nakal.

Pensil sebagai bekal bagi anak laki-laki bertujuan agar sianak rajin belajar, memiliki prestasi yang membanggakan disekolah dan mencapai kesuksesan dengan bekerja dibelakang meja sebagai pegawai atau pengusaha. Sedangkan Jarum jahit dan benang bertujuan agar kelak sianak rajin membantu orang tua di rumah. Dan ketika di rumah menjadi perempuan yang pandai mengurus keluarga.

Setelah semua bekal lengkap tembuni kemudian ditanam (dikubur) di sekitar tempat tinggal si bayi. Tembuni harus ditanam ditempat yang layak. Kriteria kelayakan tempat menanaam tembuni yaitu:

Pertama, tanah tempat menanam tembuni harus selalu kering, tidak diperbolehkan menanam tembuni ditanah nyang berair. Jika tembuni ditanam di tanah yang berair sehingga tembuni terendam air, maka akan langsung berdampak pada si bayi. Perut bayi tersebut akan menjadi kembung dan berwarna kebiruan.

Kedua tidak diperbolaehkan menanam timbuni di jalan yang dilaui manusia ataupun hewan buas.

Ketiga, tidak diperbolehkan sekedar menanam tembuni ditempat yang jauh dari pantauan keluarga. Orang-orang yang memiliki ilmu hitam dan berniat jahat dapat mengganggu proses kelahiran dan dapat mengganggu si bayi dengan membongkar tembuni yang telah di tanam. Apabila tembuni ditanam di tempat yang jauh dikhawatirkan saat dewasa anak tersebut akan berada jauh dari lingkungan keluarganya. Tempat yang dianggap paling ideal untuk menenam tembuni dipojok rumah bagian belakang, atau di batas tanah pekarangan rumah bagian belakang. Orang Melayu bisa menanam atau mengubur tembuni di bawah rumah pohon pisang yang ada di pekarangan rumah. Rumah pohon pisang dianggap ideal karena tanah tersebut dianggap “dingin” sehingga membuat si tembuni merasa nyaman.

Untuk menanam tembuni ayah si bayi harus membuat lubang dengan kedalaman minimal satu hasta. Kedalaman ini ditunjukkan agar tembuni tidak dapat di gali oleh binatang buas dan siluman. 

Timbuni ditanam dengan cara meletakkan sumpit di dasar lubang, kemudian ditimbun dengan tanah sebagian orang membuat lubang udara pada bagian samping lubang dengan memasang sebuah bambu kecil. Setelah ditanam dibacakan petuah kepada tembuni dengan tujuan agar si kakak (tembuni) rela meninggalkan keluarganya dan tidak mengganggu adiknya.

Petuah tersebut :

Wahai Engkau ( menyebutkan nama si Bayi)

Engkau jangan ganggu adik engkau

Engkau jage diri baek-baek

Adek engkau kami yang jage

Jika orang yang menanam tembuni lupa mengucapkan petuah ini, dipercaya tembuni akan selau mengganggu adiknya sehingga bayi tersebut selalu gelisah atau bahkan sakit-sakitan.

Setelah tembuni ditanam ayah si bayi memasang lampu colok atau lilin diatas kuburan tembuni. Lampu colok atau tembunu tersebut ditutup dengan tempurung yang berlubang pada bagian atas, atau kaleng yang telah dilubangi di bagian samping agar apinya tidak padam. Lampu colok terseut harus dijaga tetap menyala selama 7 hari berturut-turut.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

Komunitas Karya Budaya

AMRAN, A.Md

Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga , Jl. Raja Muhammad Yusuf Daik Lingga, Kabupaten Lingga

081371197962

SYAMSUL ASRAR, S.ST, MM

Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga , Jl. Raja Muhammad Yusuf Daik Lingga, Kabupaten Lingga

081277799773

syamsul.asrar@gmail.com

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

Maestro Karya Budaya

Mochtar

Kp. Darat Daik Lingga

0

Hamidah

Kp. Gelam Daik Lingga

082383355626

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047