Joglo

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000204
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Sejarah rumah joglo bermula dari adanya Kerajaan Islam Jawa terutama zaman Mataram Islam sekitar abad 17 M. konsep bangunan rumah joglo mengakar pada masa sebelumnya yaitu masa Hindu Budha, yang mempunyai pembagian ruang-ruangnya yaitu ; bagian luar, bagian atap, dan bagian pusat. Hal ini menunjukan sifatnya yang profan, semi sakal dan sakral. Romah joglo hanya dimiliki oleh bangsawan atau keturunan Raja. Joglo bisa berfungsi sebagai pendopo, rumah joglo melambangkan status sosial pemiliknya. Model ini merupakan perkembangan dari rumah yang sederhana. Joglo merupakan bentuk bangunan yang lebih sempurna dari bangunan-bangunan sebelumnya. Bentuk bangunan ini juga mempunyai ukuran yang lebih besar apabila dibandingkan dengan bentuk bangunan lainnya. Bangunan joglo pada umumnya menggunakan bahan-bahan kayu yang lebih banyak sehingga sangat memungkinkan untuk membuat tambahan ruangan. Ciri yang lain dari bentuk bangunan joglo ini yaitu mempunyai empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut dengan saka guru kemudian pada bentuk bangunan ini terdapat pula bagian kerangka yang disebut sunduk atau sunduk kili yang berfungsi sebagi penyiku atau penguat bangunan agar tidak berubah posisinya. Dalam perkembangannya bentuk bangunan joglo ini mengalami perubahan-perubahan sehingga terdapat berbagai variasi dalam bentuk bangunan joglo. Orang Jawa mulai mengenal banguan yang lebih memusat yaitu bentuk banguan joglo. Bangunan joglo ini masih mengunakan kayu yang lebih banyak. Ciri umum joglo adalah menggunakan blandar tumpangsari (busuran) ke atas. Selain itu mempunyai tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut saka guru yang dilengkapi dengan sunduk yang berfungsi sebagai penguat. Bentuk banguanan joglo diantaranya ; joglo lawakan, joglo sinom, joglo pengrawe joglo angkurat.selai berfungsi sebagai rumah orang Jawa, rumah joglo menunjukan cerminan sikap gotong royong karena sering dipakai sebagai pendapa masyarakat sekelilingnya. Susunan ruangan pada rumah berbentuk joglo yang banyak dimiliki oleh masyarakat biasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan (pendapa), ruang tengah (ringgit), dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga. Rumah joglo yang dimiliki golongan bangsawan biasanya bangunannya lebih lengkap. Rumah joglo terdapat beberapa variasi yaitu: ? Joglo lawakan Bentuk bangunan ini biasanya mempunyai usuk payung yaitu kerangka penahan atap yang berbentuk paying dan bentuknya dari atas makin ke bawah semakin melebar seperti kerangka payung. Bangunan menggunakan tiang sebanyak 16 buah yang 4 diantaranya sebagai saka guru di tengah. Atap terdiri dari empat sisi yang masing-masing bersusun dua dan sebuah bubungan. ? Joglo sinom Bentuk bangunan ini merupakan perkembangan bentuk bangunan joglo yang menggunakan emper keliling rangkap dua. Pada bagian lantainya dibuat tinggi. Tiang yang digunakan sebanyak 36 buah yang 4 diantaranya merupakan saka guru. Atap terdiri atas 4 belah sisi masing-masing bertingkat tiga dengan sebuah bubungan. ? Joglo jompongan Bangunan ini mempunyai tiang sebanyak 16 atau 36 buah. Atap terdiri atas empat sisi masing-masing bersusun dua dengan satu bubungan. ? Joglo pangrawit Merupakan bentuk bangunan joglo yang memakai lambang gantung artinya atap brunjung merenggang dengan atap penanggap yang menempel pada saka bentung. Tiang yang digunakan sebanyak 36 buah yang 4 diantaranya berfungsi sebagai saka guru. Atap terdiri atas empat sisi yang masing-masing bersusun tiga merenggang dan satu bubungan. ? Joglo mangkurat Bentuk bangunan ini sama dengan joglo pangrawit tetapi lebih tinggi dan besar. Jumlah tiang yang digunakan sebanyak 44 buah yang 4 diantaranya merupakan saka guru. Atap bersusun tiga merenggang yaitu bagian atas brunjung, tengah penanggap, dan bawah penitih. ? Joglo hageng Bangunan ini hamper sama dengan bentuk bangunan joglo mangkurat tetapi bentuknya lebih besar. Atap bersusun empat dari atas ke bawah yaitu brunjung, penanggap, penitih, dan paningrat. Menggunakan tiang sebanyak 76 buah dan atapnya memakai satu bubungan. ? Joglo semar tinandhu Bentuk bangunan ini memakai dua pengeret dan 2 tiang utama (saka guru). Bangunan ini mempunyai 8 buah tiang di pinggir dan dua saka guru di tengah.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Ir. Yuwono Sri Sunoto, MM

Ngadinegaran Yogyakarta

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Yogyakarta Heritage

Pemerintahan Yongyakarta

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047