Peksi Moi

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800708
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Tari Peksi Moi merupakan tarian yang dikenalkan oleh Ulama bernama KH Nahrowi pada tahun 1954. KH Nahrowi berasal dari Ploso Kuning, Minomartani, Ngangglik, Sleman. KH Nahrowi merupakan salah satu ulama yang ikut membangun Masjid Pathok Negoro Ploso kuning dan mendapatkan tugas menyiarkan agama islam di wilayah utara. Salah satu tempat yang dijadikan sebagai tempat penyebaran dakwah islam adalah daerah tempel dan Dusun Soka Wetan merupakan salah satu pusat penyebaran islam. Di Dusun Soka Wetan, KH Nahrowi menggagas untuk membangun masjid yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat sekitar siang dan malam. Ketika malam para pekerja beristirahat, kemudian KH Nahrowi mengajarkan bela diri kepada para pemuda yang sedang berkumpul. Latihan tersebut diberikan supaya masyarakat Suko Wetan terhibur dan meningkatkan semangat dalam bekerja (Ruberto, 1997). Setelah pembangunan masjid selesai dalam kurun waktu 40 hari, hasil latihan beladiri yang telah diajarkan KH Nahrowi kemudian dipentaskan dalam peresmian masjid. Setelah itu, masyarakat mulai menerima dan kemudian disebutkah gerakan pencak silat tersebut sebagai “Tarian Peksimoi” yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Tarian tersebut berupa permainan olah raga dalam bentuk gerakan bela diri atau pencak silat yang diolah dalam bentuk seni (Ruberto, 1997). Tari Peksimoi diiringi dengan alat musik berupa terbang dan bedhuk serta didiringi dengan syair-syair. Peksimoi atau Peksi Moi merupakan singkatan yang terdiri dari Persatuan Kesenian Islam Main Olahraga Bela Diri (Peksimoi), berasal dari Dusun Soka Wetan, Kelurahan Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa tarian merupakan kumpulan gerakan bela diri yang diiringi dengan instrumen. Setiap instrumen dan lagu yang dimainkan memiliki gerakan yang berbeda-beda. Tari Peksimoi merupakan tari yang dilakukan dengan interaksi antar penari tanpa mengikutkan penonton pasif. Tarian ini berupa tarian latar sehingga dapat dimainkan dimana saja. Durasi tarian tergantung pada lagu yang dinyanyikan, ada lagu yang berdurasi pendek ±2-3 menit, bahkan sampai 1 jam. Sya’ir atau lagu yang mengiri tarian Peksimoi merupakan sya’ir berupa ajakan beribadah kepada Alloh S.W.T dan menunjukkan persatuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Tari Peksimoi terdiri dari penari, pemusik dan penyanyi. Penari terdiri dari 12-16 orang, 4 pemusik yang memainkan alat musik berupa 3 terbang dan 1 gendang, serta 2 orang penyanyi. Pementasan tari terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan 35 lagu yang mengiringi, lagu hanya berupa sya’ir-sya’ir ajakan bukan dan tidak memiliki alur cerita. Terdapat 3 jenis bahasa dan 1 rangkaian nada yang digunakan dalam syair Tari Peksimoi yaitu Bahasa Arab (8 bait), Bahasa Jawa (2 bait), Bahasa Indonesia (24 bait), Rangkaian nada (1 bait). Jenis-jenis syair yang dilagukan antara lain: Ya Rasulalloh, Lekas Main, Baru datang, Negara, Manusia, Ya Muhaimin Ya Salam, Sungguh Kami Sekalian, Tholat naba, Lasol, Tidak jadi apa, Minta berhenti, Marhaban, Rupa Jalma, Selamet sempurna, Atur sembah aken, Do mi sol, Hormat kami, Kumpulan ini, Daratan, Minala, Sholatulloh, Ini mana, Kumpulan ini baru mulai, Kalau ada, Kinclong, Memberitahu, Naik sepeda, Salendang, Mintalah ampun, Tabik encik, Kami anak pengajian, Ayam kate, Jangan sampai lama, Assalamua’alaikum, dan Sumur dalam (Rubito, 1997). Kostum yang digunakan berupa pakaian berwarna putih dibalut rompi berwarna biru, jingga, dan ungu, di bagian perut memakai stagen, dan ikat kepala dengan variasi bulu, memakai celana berwarna hitam dibalut dengan jarik motif parang. Kostum dimodifikasi secara berkala dan mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang, kostum didesain lebih menarik dan menyesuaikan model zaman sekarang. Pementasan Tari Peksimoi diawali dengan instrument sebagai pemberitahuan bahwa tarian siap dipertunjukkan, setelah itu syair dilagukan dan para penari mulai memasuki tempat pementasan, tekanan dan tempo gerakan awal tarian disesuikan dengan jenis lagu yang dilagukan. Gerakan tari dinilai kuat dan keras, hal ini karena gerakan tarian tersebut diambil dari gerakan bela diri. Dalam tulisan Ruberto (1997) disebutkan beberapa motif Tarian Peksimoi antara lain: (1) jurus, motif ini berupa gerakan pukulan, tendangan, kuda-kuda, sempoh, perlindungan muka dan gerakan jurus lainnya;(2)Takisan;(3)Gerak menyerang. Kesenian Peksi Moi menjadi bagian penting dari masyarakat Dusun Soka Wetan, Kelurahan Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Seni tradisi Islam yang menjadi sendi dari nilai-nilai keislaman yang dipegang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kesenian ini menjadi ekspresi diri dari masyarakat dalam menyalurkan ekspresi keberagamaan. Artinya di dalam mendalami kesenian ini mereka juga mencoba mengilhami agama Islam. Selain itu, kesenian ini mampu menjadi ajang tali silaturahmi warga masyarakat bahkan mampu menghasilkan keekonomian bagi para pemainnya karena saat mereka tampil dalam sebuah acara akan ada fee yang mereka terima. Kesenian Peksi Moi ini juga tidak memiliki gerakan yang rumit sehingga dapat dipelajari oleh berbagai kalangan usia umur. Kesenian Peksi Moi sering dimainkan oleh anak-anak SMP dan SMA di lingkungan desa dan tampil saat diadakan festival desa atau festival Peksi Moi. Kesenian Peksi Moi tetap menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pembenahan diri masyarakat dalam hal keagamaan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047