Manten Pegon Surabaya

Tahun
2021
Nomor. Registrasi
2021010625
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image

anten Pegon adalah upacara pernikahan atau proses pertemuan antara mempelai laki-laki dengan pihak mempelai perempuan. Di masa kolonial, pakaian menjadi simbol dan status sosial masyarakat tertentu, seperti halnya sebagai penanda kekuasaan. Awalnya, pakaian menjadi batasan dan pembeda antara penjajah atau penguasa dengan kaum yang dijajah yakni bumiputera. Namun di tahun-tahun selanjutnya, orang-orang Belanda dan masyarakat bumiputera sudah mulai menyeragamkan tata berpakaian, walaupun tidak semua pribumi mampu menderajatkan dan memposisikan diri dengan orang-orang Belanda. Pada perkembangan ini orang-orang Belanda tidak lagi melihat pakaian sebagai pembeda, melainkan melihat dari tingkah dan perilaku. Disisi lain, pakaian juga dapat menjadi simbol untuk berbagai acara ataupun kegiatan, seperti dengan halnya pernikahan. Upacara Manten Pegon begitu identik dengan ciri khas masyarakat Surabaya dengan karakternya yang bersifat multikultural dan terbuka. Pelaksanaan upacara Manten Pegon ini terdiri dari dua bagian yakni upacara pranikah dan upacara nikahan. Upacara pranikah dimulai dari njodokno/nelisik, ndelok/nontoni, nakokno/ngelamar, peningsetan, malam manggulan (midodareni), upacara langkahan. Sementara itu upacara nikahan terdiri dari ijab kabul dan temu pengantin. Dalam pelaksanaan upacara Manten Pegon, kedua mempelai (laki-laki dan perempuan) harus dirias sedemikian rupa. Busana yang digunakan oleh mempelai perempuan mirip seperti busana panjang atau dress selayaknya perempuan Eropa (Belanda), dengan tata rambut yang identik dengan budaya Jawa karena menggunakan sanggul, untaian melati, kembang goyang, dan mahkota. Sementara itu, dari pihak mempelai laki-laki menggunakan jubah dan sorban sebagai tutup kepala dimana hal ini identik dengan budaya Arab. Selanjutnya, pengantin laki-laki akan diarak menuju rumah pengantin perempuan, dengan mendapat kawalan dari pendekar silat yang membawa ayam jago dan di iringi oleh hadrah (terbang jidor) yang melantunkan bacaan shalawat. Sebelumnya, masing-masing mempelai telah mempersiapkan pendekar silat untuk adu parikan (pantun), kemudian adu kekuatan, tetapi kemudian pertandingan itu dimenangkan oleh pendekar utama. Hal ini dilakukan sebagai simbol bahwa mempelai laki-laki berhasil mendapatkan mempelai perempuan setelah menghadapi berbagai macam rintangan.


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 25-02-2021

Pelaku Pencatatan

Harpi Melati Surabaya

Jl. Dewi Sartika Blok A/19 Perumahan Makarya Binangun, Waru, Sidoarjo

082132439415

irene.wuryanti1951@gmail.com

Pelapor Karya Budaya

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya

Jl. Tunjungan No. 1-3 Gedung Siola Lt. 2 Surabaya

0315318524

disbudparkotasby@gmail.com

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 25-02-2021
Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 25-02-2021
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 25-02-2021

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047