Mal Saful adalah acara syukuran atau pesta besar yang dilaksanakan oleh kakak laki-laki untuk adik perempuannya yang sudah menikah atau berkeluarga. Tujuan dari mal sapul yaitu untuk menyambut pihak pihak pengantin laki-laki bersama dengan keluarga besarnya untuk datang mengantar purut pernikahan atau biasa juga di kenal dengan jujuran pernikahan ke rumah pengantin perempuan.
Biasanya acara syukuran atau pesta Mal saful ini dilaksanakan secara besar besaran dan semeriah mungkin serta dilakukan bersama-sama dengan melibatkan semua warga masyarakat dan tokoh-tokoh adat yang ada dikampung bahkan bisa juga mengundang keluarga besar kedua mempelai dan warga kecamatan lain untuk menunjukkan bahwa di dalam keluarga tersebut memiliki kerukunan dan rasa persaudaraan yang kuat. Dalam acara Mal Saful ada berbagai rangkaian acara yang dilaksanakan yaitu:
1. Nutu Bilod (menumbuk padi):
Ngakik Bilod (menginjak padi)
Ngeligu bilod (memisahkan tangkai padi dan bulir padi)
Ngatap Bilod (menampi padi)
Nug Bilod (menjemur padi)
Nutu Bilod (menumbuk padi)
Ngatap ambo bilod( Menampi ampas padi)
Setelah Nutu Bilod dilaksanakan maka dilanjutkan dengan proses mal bulak (membuat minuman pengasih/tempayan)
2. Nganjak bagas balin hulak (masak beras dibuat minuman pengasih/tempayan)
Nganjak nuba kotog (masak nasi keras)
Balin sagit nalom sanggan (didinginkandalam baskom)
Ngikir tafai balin nyampur nuba kotog (memarut ragi baru dicampur dengan nasi
keras)
Bagu nyuang sio nolom belanai sukuu jadi bulak (baru dimasukan dalam tempayan
Sampai menjadi minuman pengasih)
Setelah mal bulak (membuat minuman pengasih) dilanjutkan dengan proses mayal bagas suamaning (menghambur beras tempat purut atau barang pernikahan)
3. Mayal bagas sumaning gilad umbang buayo (mengambur beras bentuk buaya tempat purut/ barang pernikahan yang dibawa oleh keluarga pengantin laki-laki.
Pada saat pelaksanaan kegiatan Mal Saful warga masyarakat tidak diperkenankan untuk berjalan masuk hutan untuk bekerja) karena akan ada dampak negatif terhadap kelangsungan hidup (bisa terjadi musibah).
Beras dibentuk menjadi bentuk buaya di atas tikar yang telah di sediakan kemudian dibujak (tombak) atau di potong dan hanya di laksanakan hanya oleh orang-orang tertentu seperti tetua adat atau bangsawan.
Bagi masyarakat Abai buaya menjadi fokus utama dalam kegiatan ini dan dalam pelaksanaan kegiatan ini doa yang di sampaikan di pimpin oleh orang-orang tertentu minimal keturunan orang yang pernah melakukan Mal Saful dengan tetap melaksanakan koordinasi dengan orang-orang tua adat suku Abai maupun orang yang pernah melaksanakan kegiatan tersebut.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
1582922917-tetap-WhatsApp_Video_2020-02-28_at_16.18.26.mp4 | 23.05 MB | download |
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya