Tradisi Bediom atau pindah lamban/pindah rumah pada masyarakat pesisir Lampung Saibatin adalah sama usianya dengan adanya filosofi piil pusenggiri pada masyarakat Lampung yaitu: berjuluk beadok, nemui nyimah, nengah nyappur dan sakai sambaian. Bediom adalah salah satu bentuk aktualisasi nemui nyimah, yaitu seseorang akan dianggap telah dapat bersosialisasi dengan masyarakat Lampung lainya ketika dia telah mandiri menempati rumah sendiri.
Tradisi Bediom mempunyai maksud:
- Bersyukur kepada sang maha pencipta atas diberikannya rejeki menempati rumah baru dan mandiri.
- Mengabarkan kepada penduduk sekitar bahwa rumah tersebut telah ditempati oleh penghuni baru.
- Menciptakan hubungan silaturahmi dengan penduduk sekitar rumah yang baru ditempati.
Tradisi Bediom dipimpin oleh tetua kerabat dari si pemilik rumah baru tersebut. Tetua atau pemuka agama tersebut hingga sampai di acara sholat subuh bersama dan berdoa agar pemilik rumah mendapatkan berkah dan rejeki di rumah baru, ditutup dengan makan bersama dan hiburan. Pelaksanaan Bediom biasanya tengah malam hingga menjelang sholat subuh. Peralatan yang dibawa oleh pemilik rumah dan untuk Bediom adalah alat masak, alat tidur, lampu, Al-Quran dan sajadah.
Tradisi Bediom selain dilaksanakan oleh masyarakat pesisir Lampung Sai Batin pelaksanaan ini juga dilaksanakan olek Kepaksian (kerajaan) yaitu paksi Buay Blunguh, Buay Pernong, Buay Bejalan di way dan Paksi Buay Neyupa. Pada Tradisi Bediom yang dilaksanakan oleh kepaksian (kerajaan) kegiatan Tradisi Bediom dilaksanakan berdasarkan adat istiadat dari kepaksian itu sendiri yang kegiatannya melibatkan seluruh masyarakat 4 kepaksian yang ada dan kerajaan-kerajaan lainnya yang berada di marga Sai Batin dan Marga Pepadun.
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya