Blangkon Yogyakarta

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700521
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

Blangkon, ikat kepala pria dalam tradisi busana Jawa. Terbuat dari jalinan kain polos atau bermotif hias (batik), dilipat, dililit, dijahit, sehingga menjadi semacam topi yang dapat langsung dikenakan oleh pemakainya. Blangkon kelengkapan pakaian tradisional Jawa, di samping fungsinya sebagai penutup kepala juga terkandung maksud simbolik berupa pengharapan dalam bobot nilai-nilai hidup.

Masyarakat Jawa beranggapan bahwa kepala seorang lelaki mempunyai arti penting dan amat diutamakan, sehingga masyarakat Jawa kuno menggunakan Blangkon sebagai pakaian keseharian dan dapat dikatakan pakaian wajib.

Riwayat blangkon, dapat dirunut panjang baik dalam lajur sejarah lisan, mitologi, babad, maupun sastra tulis. Pengenaan ikat kepala, berbentuk surban sudah dikenali sejak hikayat Ajisaka, pendatang yang mengenakan kain penutup kepala (surban) sebagaimana tradisi asalnya (masyarakat Keling, India). Ajisaka yang diyakini sebagai cikal bakal pengembang peradaban di Jawa salah satu yang disebut-sebut sebagai sumber muasal blangkon.

Pada awalnya, penutup kepala dalam pakaian sehari-hari maupun resmi dalam masyarakat Jawa tengahan, sejatinya desain lilitan yang disusun dari lembaran kain segitiga. Hal demikian berbeda dengan penutup kepala masyarakat Jawa kuno yang cenderung sering digambarkan menggunakan gelung rambut panjang dan lembaran jamang yang dililitalikan di kepala tanpa menutup bagian atas kepala (rambut atas). Jamang terbuat dari kulit binatang (busana tradisi panjen atau gedhog). Dalam tradisi masyarakat Jawa tengahan (pasca Majapahit), dikenal penutup kepala yang tersusun dalam suatu desain lilitan kain yang menutup hingga semua bagian atas kepala, termasuk rambut (pria, yang pada waktu itu ditradisikan berambut panjang). Bahkan rambut termasuk yang ditekuk tali ke bagian belakang, yang nantinya terlilit lembaran kain sehingga membentuk tonjolan rambut tertali dan tertutup kain. Lembaran kain segitiga (gunung) tersebut disebut iket. Untuk kepraktisan maka iket dibuat menjadi blangkon.

Iket lembaran berupa kain berbentuk segi tiga dengan alas memanjang. Berupa kain polos hitam, cokelat, biru, atau putih. Umumnya, berhias corak batik tertentu. Iket lebaran polos dan bercorak batik memiliki makna dan maksud tertentu. Sehingga warna dan corak ragam hias kain iket lembaran mengandung makna sebagai bagian dari maksud melestarikan nilai dan proses edukasi perilaku bagi pemakainya. Hal semikian terkait dengan nilai ajaran hidup dan harapan masa depan sebagaimana yang terdapat pada corak dan motif ragam hias pada kain batik sinjang (kain jarik) yang dikenakan sebagai bebet baik untuk pria dan terlebih-lebih kaum hawa.

Kelahiran blangkon sering dikaitkan penambahan varian pengenaan iket lembaran dan iket tepen dalam tradisi busana Jawa, yang tercermin pula dalam busana tari klasik. Kelahiran blangkon secara masif diperkirakan bersamaan dengan beralihnya penutup kepala dari kain (iket tepen) ke penutup kepala dengan tropong dalam dunia pertunjukan wayang wong.

Dalam perkembangannya, blangkon membawa corak lokal, yaitu blangkon gaya Yogyakarta, gaya Surakarta, dan gaya wilayah kultur lainnya, seperti Sunda, Semarangan, Pesisiran, dan Jawa Timuran. Pada hakikatnya, "blangkon" dalam arti penutup kepala dari lilitan kain tinggal pakai bak topi, menjadi kekayaan tradisi budaya yang menyebar dan dimiliki oleh masyarakat tradisi. Blangkon gaya Yogyakarta saat ini masih berkembang. Tidak saja dalam memenuhi kebutuhan tradisi melainkan juga sampai dengan mengisi ceruk bisnis turistik sebagai souvenir beridentitas Yogyakarta.

Blangkon gaya Yogyakarta, masih terus diproduksi berikut desain khasnya beserta seluruh simbol, makna, dan ajaran nilai yang terkandung di dalamnya.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Arjo Dwiwarno

Dusun Pathen, Desa Sumberagung, Kec. Jetis, Kab. Bantul

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047