Wayang Kulit Sasak

Tahun
2013
Nomor Registrasi
201300058
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Responsive image

Wayang Menak Sasak adalah pemberian nama terhadap wayang kulit yang berkembang di Lombok. Pemberian nama Menak Sasak sangat dipengaruhi oleh cerita yang diambil dari Wong Menak dan berkembang di Lombok. Seperti halnya di Jawa Barat, kedatangan Wayang di Lombok juga sangat dipengaruhi oleh kedatangan agama islam di sana. Sebenarnya ada data akurat yang dapat dijadikan alat pembuktian mengenai kapan Wayang Menak Sasak mulai diperkenalkan dan siapa yang pertama mendatangkan serta mempopulerkannya di Pulau Lombok. Selain itu, ada beberapa sumber lisan yang memberikan gambaran mengenai sejarah Wayang Menak Sasak, antara lain "Amaq Satriah". Menurut Amaq Satriah, konon di sebuah kampung yang bernama Kampung Rambitan di bagian Lombok Selatan hidup seorang yaitu wali Nyato. Semasa kanak-kanak dia pergi ke Pulau Jawa menonton wayang. Bersama teman-temannya is berangkat dari Rambitan sekitar waktu isya dan pulang ke Lombok keesokan harinyamsebelum matahari terbit. Setibanya di rumah, dia menceritakan kepada teman-temannya yang tidak ikut ke Jawa tentang cerita wayang yang ditontonnya. Setelah berajak dewasa, Wali Nyato mencoba menggelar pentas wayang, meskipun dalam bentuk sangat sederhana. Waktu itu wayang terbuat dari ranting-ranting pohon yang bercerita tentang guru dan murid yang mengamalkan ilmu agama (agama Islam).

Cerita lain mengenai Wayang Sasak di Lombok juga diceritakan oleh I Gusti Muharta. I Gusti Muharta menjelaskan bahwa pada sekitar abad ke-16 - menjelang kedatangan agama Islam ke Pulau Lombok - Pulau Lombok pernah mengalami kemarau panjang yang berlangsung kurang lebih tujuh tahun lamanya. Seluruh penduduk bumi Sasak hidup dalam keadaan menderita. Berbagai upacara dipersembahkan kepada kekuatan gaib pelindung desa. Kerajaan-kerajaan yang berkuasa pada masa itu tidak mampu merubah keadaan, bahkan keadaan penduduk semakin memprihatinkan. Untuk mengatasi masalah tersebut para raja yang ada di Pulau Lombok mengadakan musyawarah. Musyawarah menghasilkan keputusan untuk mengutus Datu Perigi ke Gunung Rinjani untuk memohon petunjuk dari Dewa. Dalam masa pertapaannya, Datu Perigi didatangi seorang laki-laki yang berpakaian serba putih. Laki-laki tersebut bersedia membantu untuk menghilangkan bencana atau penyakit yang melanda bumi Lombok dengan memberikan obat penawar kepada Datu Perigi. Pria tersebut berpesan, setiap orang yang diberikan penawar obat tersebut terlebih dahulu mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima agama Islam sebagai agama mereka yang baru. Syarat tersebut disanggupi Datu Perigi dan menerima penawar pemberian pria berbaju dan jubah putih tersebut.

Usai menjalani masa pertapaan, Datu Parigi menyampaikan amanat pria berjubah putih tersebut, yang konon bernama Sangu Urip Pati Atu yang kemudian disebut Sangupati. Obat pemberian Sangupati dibagi-bagikan kepada penduduk yang membutuhkan. Mulai saat itu penduduk mulai berangsur-angsur pulih dan bersamaan dengan turunnya hujan menyirami bumi Lombok yang dilanda kemarau panjang. Sebagai bentuk rasa syukur seluruh penduduk mengadakan pesta besar-besaran. Pesta itu dinamakan Gawe Mangajengan, pesta menganut agama baru yaitu Islam. Pesta berlangsung di Lendang Rembang Lombok Timur. Dalam acara pesta itu dipegelarkan wayang semalam suntuk. Bertindak sebagai dalang adalah Pangeran Sangupati.

Cerita wayang di Lombok pada dasarnya mengambil cerita Menak yang bersumber dari Cerita Amir Hamzah yaitu paman Nabi Muhammad SAW. Versi lain menyebutkan bahwa cerita Wayang Menak mungkin berasal dari Iran yang masuk ke Indonesia melalui tanah Melayu, masuk melalui Jawa dan menyebar ke Lombok.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047